Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Anak Positif COVID-19, Apakah Harus Tidur Pakai Masker?
23 Februari 2022 13:05 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Saat anak positif COVID-19 dan harus melakukan isolasi mandiri (isoman), pastikan ia paham tentang beberapa hal yang perlu dilakukan. Misalnya saja, pastikan anak menggunakan masker ketika harus keluar kamar untuk ke toilet atau berjemur di halaman rumah.
ADVERTISEMENT
Ya Moms, masker harus selalu digunakan agar tidak menularkan ke anggota keluarga lain. Apalagi jika ada anggota keluarga yang memiliki komorbid, maka protokol kesehatan di rumah harus semakin ketat.
Namun, jika anak harus menggunakan masker selama 24 jam, tentunya hal itu bisa membuat tidak nyaman. Apalagi, jika anak tidak memiliki gejala apa-apa. Sehingga menurut Ketua Satgas COVID-19 Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr. Yogi Prawira SpA (K), anak harus diberi pengertian.
"Jadi di awal itu diingatkan gitu, (jelaskan kepada anak) kenapa sih kamu harus diisolasi, di rumah tapi enggak boleh ketemu orang. Ya, karena kamu tuh badannya sehat, virusnya masuk, tapi kamu enggak sakit ya cuma ringan aja, tapi kalau ini sampai nularin ke yang lain, belum tentu sekuat kamu, gitu ya," jelas dr. Yogi dalam webinar PediaCARE pada Kamis (17/2).
ADVERTISEMENT
Namun, bagaimana jika anak tidur? Apakah masih perlu menggunakan masker?
Kata Dokter soal Penggunaan Masker saat Tidur untuk Anak yang Positif COVID-19
Walaupun anak sedang isoman dan positif COVID-19, tetap harus ada istirahat masker, Moms. Apalagi jika anak sendirian di kamar, saat tidak ada orang, anak boleh lepas masker.
"Boleh buka masker, pas tidur, tidurnya sendiri terpisah, ya enggak usah pakai masker enggak apa-apa. Tapi, begitu ada orang lain yang berada di ruangan yang sama, harus pakai masker," jelas dr. Yogi.
Kemudian jika anak tidur tidak pakai masker, ventilasi terbaik adalah membuka jendela agar ada udara yang masuk. Tetapi dilihat jam buka jendelanya, takut nyamuk dari luar rumah ikut masuk.
ADVERTISEMENT
Lalu bagaimana dengan penggunaan air purifier?
Air purifier boleh digunakan, namun pertimbangkan kapasitas ruangannya. Gunakan air purifier yang ada hepa filternya, jadi fungsinya tidak hanya menyerap bau.
"Ini yang ada hepanya, jadi dia memang memfiltrasi, jadi virusnya terperangkap di dalam, jadi dia mengeluarkan udara segar," tutur dr. Yogi.
Tempatkan juga air purifier yang memiliki hepa filter ini di dekat anak yang positif, bukan di dekat orang yang negatif. Sebab air purifier fungsinya bukan mengamankan, jadi harus disimpan di dekat orang yang positif.
"Misalnya anak tidur, posisikan di kepala dekat tempat tidurnya. Jadi, udara yang keluar, aerosol yang keluar anak tuh, dihirup sama si hepa filter, kemudian dia keluarkan, cepat-cepat disaring, karena dia kan menyedot (udara)," jelas dr. Yogi.
ADVERTISEMENT
Jadi jika air purifier diletakkan di dekat orang tua yang negatif--misalnya karena tidur bersama, udara yang disedot air purifier adalah yang dikeluarkan orang tua dan hal ini tidak efektif. Lebih baik simpan di dekat anak yang positif, agar virus bisa segera dihirup oleh alatnya, Moms.
Live Update