Anak Sering Cemas? Hindari Ucapan Ini ke Si Kecil

16 April 2024 16:00 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anak Sering Cemas? Hindari Ucapan Ini ke Si Kecil. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Anak Sering Cemas? Hindari Ucapan Ini ke Si Kecil. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kecemasan bisa dialami oleh siapa saja tanpa melihat usia, termasuk pada anak. Bahkan, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat, sekitar 7,1 persen anak-anak berusia 3 hingga 17 tahun didiagnosis mengalami kecemasan.
ADVERTISEMENT
Masalahnya, tidak semua orang tua langsung memahami bahwa anaknya mengalami gejala kecemasan. Padahal, ketika anak mengenal gejala yang muncul, Anda pun bisa membantu mengatasi kecemasan yang dialaminya, Moms.
Healthline melansir, beberapa gejala kecemasan pada anak adalah:
Lantas, hal apa yang bisa dilakukan orang tua untuk membantu mengatasi kecemasan yang dialami anak? Nah, salah satu caranya adalah dengan menghindari ucapan yang membuatnya justru semakin cemas dan tidak berdaya. Seperti apa?
ADVERTISEMENT

Bantu Atasi Kecemasan pada Anak dengan Hindari Ucapan-Ucapan Ini

Ilustrasi anak cemas. Foto: FAMILY STOCK/Shutterstock
Moms, ada beragam pengobatan yang umumnya bisa dilakukan untuk mengatasi kecemasan pada anak. Mulai dari terapi perilaku kognitif, pelatihan kesadaran, hingga pengobatan dengan obat-obatan tertentu yang diresepkan oleh dokter.
Meski begitu, sebagai orang terdekat anak, ayah dan ibu juga bisa membantu si kecil mengatasi kecemasannya dengan cara bertutur-kata yang tepat.
Dikutip dari CNBC, CEO dan salah satu pendiri bantuan pendidikan Guild, Rachel Romer, mengatakan bahwa 'Tenang saja, rasa cemas yang kamu alami bukan masalah besar" itu bukanlah ungkapan yang tepat.
Menurut Romer, ucapan 'Tenang saja' tidak membenarkan emosi yang sedang dialami anak. Begitu juga tidak akan membantu mereka memahami perasaannya. Di sisi lain, ucapan tersebut --meski tidak disengaja-- dapat dianggap meremehkan kecemasan yang sedang dialami.
ADVERTISEMENT
Psikolog Wharton, Adam Grant, juga sepakat bahwa mengelola emosi pada anak adalah tugas yang tidak mudah. Ia pun mengutip sebuah disertasi yang dibuat oleh peneliti bernama Alison Wood Brooks, yang diterbitkan dalam Journal of Experimental Psychology, tentang makna dari ucapan "Tenang saja" pada anak yang mengalami kecemasan.
"Yang dia [Brooks] temukan adalah, ketika Anda bertanya kepada orang-orang, 'Apa yang dilakukan saat Anda merasa cemas, dan apa yang Anda suruh orang lain lakukan? Lebih dari 80 persen orang menjawab 'tenang', namun mereka tidak bisa melakukannya'," ucap Grant.
"Jangan lakukan itu, karena kita tahu bahwa kecemasan adalah emosi yang intens dan sangat aktif. Dan tidak bisa hilang begitu saja," lanjut dia.
Ilustrasi anak cemas. Foto: Thanes.Op/Shutterstock
Jadi, bila Anda mengetahui anak mengalami gejala kecemasan, cobalah hindari kata-kata, seperti: "Kecemasan yang kamu alami bukan masalah besar, enggak usah khawatir", "Enggak ada yang perlu ditakutkan, kok!", atau "Kamu cemas banget sih, sabar aja".
ADVERTISEMENT
Tidak hanya ucapan, Anda dan pasangan juga bisa membantu anak-anak mengatasi kecemasannya dengan cara:
1. Latihan Pernapasan
Terkadang, rasa cemas datang tanpa bisa dikontrol. Maka dari itu, Romer menyarankan agar berlatih pernapasan bersama.
"Jika Anda mulai menyelaraskan pernapasan dengan anak, Anda menciptakan ruang untuk mengatasi emosi mereka secara tidak sadar," ungkap Romer.
Strategi ini juga bisa sama efektifnya diterapkan pada orang dewasa. Seorang peneliti kepemimpinan, Brené Brown, mengingatkan bila tidak hanya kecemasan yang bisa menular. Tetapi, Anda pun juga bisa menularkan ketenangan pada anak yang sedang mengalami kecemasan.
2. Ubah Cemas Jadi Gembira
Masih dalam disertasi yang disebutkan, Grant menyebut alih-alih mencoba menenangkan diri, ternyata lebih mudah 'melawan' kecemasan dengan melakukan hal-hal yang menyenangkan. Grant pun mengingatkan bahwa kecemasan tidak hanya menunjukkan kemungkinan sesuatu yang buruk terjadi, tetapi juga hal-hal baik akan datang.
ADVERTISEMENT
Dalam penelitian tersebut, dijelaskan bahwa orang-orang akan dibagi tugasnya melakukan hal-hal yang sebenarnya dapat memunculkan kecemasan. Contohnya, berbicara di depan umum. Hasilnya, subjek yang disuruh berbicara dengan semangat akan menjadi lebih percaya diri, dibandingkan subjek yang disuruh untuk tenang saja.
Orang tua pun dapat melakukan latihan serupa pada anak-anaknya. Sehingga, Anda juga dapat membantu mereka menuju ruang emosional terbaiknya, dan kecemasan pun perlahan dapat teratasi.