Anak Sudah Besar tapi Mengompol Lagi, Kok Bisa?

25 Oktober 2024 15:00 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi anak mengompol. Foto: wk1003mike/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak mengompol. Foto: wk1003mike/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Mengompol atau istilah medisnya enuresis nokturnal masih umum dialami anak-anak kecil hingga usia 5 tahun. Namun, ketika anak sudah usia sekolah dan praremaja tapi mengompol lagi, apa yang bisa orang tua lakukan?
ADVERTISEMENT
Nah Moms, dikutip dari laman Healthy Children, mengompol sesekali pada anak-anak yang sudah terbiasa menggunakan toilet. Sekitar 20 persen anak masih mengompol di usia 5 tahun, dan 10 persen masih mengalaminya pada usia 7 tahun. Dan pada akhir usia remaja, diperkirakan hanya tinggal 1-3 anak-anak yang sesekali masih mengalaminya.
Terdapat dia jenis enuresis nokturnal yang perlu Anda ketahui, yaitu:
Enuresis primer masih lebih umum terjadi pada anak-anak yang lebih tua. Mengompol pada kelompok usia ini bisa jadi menandakan si kecil mengalami infeksi saluran kemih atau masalah kesehatan lainnya, masalah neurologis (berhubungan dengan otak), stres, atau masalah lainnya.
ADVERTISEMENT
Ada beberapa dugaan penyebab anak yang sudah besar jadi mengompol lagi, yaitu adanya keterlambatan perkembangan di setidaknya satu dari tiga organ ini:
- Kandung kemih: Lebih sedikit ruang di kandung kemih pada malam hari
- Ginjal: Lebih banyak urine yang diproduksi di malam hari
- Otak: Tidak dapat bangun di tengah-tengah tidur
Pada bayi dan balita, hubungan antara otak dan kandung kemih belum terbentuk sepenuhnya. Jadi, kandung kemih akan langsung mengeluarkan urinenya setiap kali terasa penuh. Berbeda dengan anak-anak yang sudah lebih besar. Sebab, mereka sudah dapat mengontrol dirinya kapan kandung kemih harus dikosongkan seiring berkembangnya hubungan antara otak dan kandung kemihnya. Mengontrol kandung kemih lebih bisa dilakukan terlebih dahulu di siang hari, dan membutuhkan waktu sedikit lebih lama di malam hari.
ADVERTISEMENT

Anak yang Sudah Besar Mengompol Lagi, Kok Bisa?

Ada beberapa alasan yang bisa terjadi, yakni:

Genetika

Jika salah satu orang tua mengompol setelah berusia 5 tahun, maka anak-anak mereka mungkin memiliki masalah yang sama sekitar 40 persen. Namun, kemungkinannya bisa menjadi 70 persen mengalami masalah yang sama jika kedua orang tuanya masih mengompol di usia sekolah.
Ilustrasi anak praremaja stres. Foto: Shutterstock

Stres

Ini adalah salah satu alasan paling umum pada anak-anak yang mengalami enuresis sekunder. Misal, anak mengalami stres, baik itu pindah rumah dan sekolah baru, melihat keretakan hubungan orang tua atau orang tua meninggal, dan peristiwa besar lainnya.

Tidur Terlalu Nyenyak (Deep Sleep)

Kondisi ini bisa dialami anak yang sedang memasuki masa pubertas. Sebab, pola tidur yang nyenyak ini menjadi salah satu perkembangan normal anak menuju usia remaja.
ADVERTISEMENT

Obstructive Sleep Apnea atau Mendengkur

Dalam kasus yang jarang terjadi, mengompol bisa dialami anak-anak yang punya kebiasaan tidur mendengkur. Mengapa? Anak dengan kondisi ini memiliki saluran napas yang tersumbat, sehingga dapat menghentikan pernapasan mereka untuk sementara waktu saat mereka tidur. Hal ini dapat mengubah keseimbangan kimiawi otak, yang kemudian memicu mengompol.

Konstipasi atau Sembelit

Kandung kemih dan usus terletak sangat berdekatan di dalam tubuh. Namun, usus yang tersumbat (konstipasi) dapat menekan kandung kemih, sehingga membuat anak 'kehilangan' kontrol untuk sementara. Jika anak mengalami nyeri atau mengejan keras saat buang air besar, bisa jadi menyebabkan ia mengompol.

Penyakit Kandung Kemih atau Ginjal

Hal ini dapat terjadi jika anak mengalami masalah kontrol kandung kemih, baik di pagi maupun malam hari. Termasuk mengalami gejala lain seperti nyeri saat buang air kecil atau buang air kecil yang lebih sering.
ADVERTISEMENT

Penyakit Neurologis

Terkadang, masalah sumsum tulang belakang yang berkembang seiring pertumbuhan dapat menyebabkan seorang anak mengompol. Jika anak mengalami gejala lain, seperti mati rasa, kesemutan, atau nyeri di kaki, maka perlu diperhatikan masalah tulang belakangnya. Namun, kondisi ini masih terbilang jarang terjadi, Moms.

Kondisi Medis atau Pengobatan Lainnya

Dalam kasus yang jarang terjadi, kondisi medis lain seperti diabetes bisa menyebabkan enuresis pada anak-anak. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak-anak dengan gangguan perhatian (hiperaktif) lebih mungkin mengalami enuresis, karena adanya perbedaan senyawa kimia di otaknya. Jika si kecil sedang menjalani pengobatan lain, maka ia juga mungkin mengompol lagi.
Ilustrasi anak mengompol. Foto: Shutterstock

Apa yang Harus Dilakukan Ketika Anak Mengompol Lagi?

Mengompol dapat berdampak pada emosional anak. Ia akan merasa malu, cemas, atau memiliki harga diri yang rendah. Sehingga, hal ini dapat memengaruhi hubungan, kualitas hidup, dan akademik di sekolah.
ADVERTISEMENT
Namun, orang tua perlu memahami bahwa terkadang mengompol bukan kesalahan anak semata. Anda juga bisa mengingatkan orang-orang terdekat anak lainnya agar tidak mempermalukan atau menghukum anak yang mengompol.
Dan tenang saja, sesekali mengompol akan hilang dengan sendirinya di akhir masa remaja atau lebih cepat. Sebaliknya, bila mengompol terjadi lebih sering, ajaklah anak ke dokter untuk dilakukan evaluasi. Sehingga bisa dicari tahu penyebab dan langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasinya.