Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Anak Suka Makanan Manis, Bagaimana Mengatasinya?
16 Maret 2018 8:51 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
ADVERTISEMENT
Umumnya anak-anak menyukai permen, cokelat, biskuit, donat, es krim dan camilan yang manis. Belum lagi, berbagai minuman kemasan yang tak kalah manisnya dan jadi favorit mereka. Sayangnya, makanan dan minuman manis ini bisa berdampak buruk bagi kesehatan anak bila dimakan berlebihan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, mengonsumsi banyak makanan dan minuman manis juga berarti anak memiliki lebih sedikit ruang tersisa untuk makanan bergizi di perutnya. Pernah dengar kan, anak yang bilang sudah kenyang saat diminta makan nasi dan lauk pauk tapi setelah itu bisa dengan lahap makan es krim atau 2 batang cokelat?
Kalau dibiarkan, kebiasaan ini dapat merusak gigi anak, menyebabkan obesitas, hingga meningkatkan risiko anak mengalami penyakit diabetes!
Jadi, jangan diam saja Moms! Ayo mulai kendalikan asupan makanan dan minuman manis anak dengan memberi batasan berapa banyak makanan dan minuman manis yang boleh dinikmatinya setiap hari.
Bila perlu, bicarakan hal ini dengan dokter keluarga Anda untuk mendapat panduan berapa jumlah atau porsi yang sesuai untuk si kecil. Setelah itu, jangan hanya mengandalkan tekad Anda menjaga batasan atau porsi yang telah disepakati. Lebih baik, gunakan strategi praktis seperti menyimpan permen dan coklat dari pandangan anak Anda.
ADVERTISEMENT
Simpan makanan atau minuman manis anak sesuai porsi hariannya dan jangan biarkan si kecil melihat persedian lain di luar porsi hariannya tersebut. Dengan cara ini, bahkan balita yang baru berusia tiga tahun pun secara bertahap akan dapat menyesuaikan diri dengan jumlah yang telah Anda tetapkan.
Demikian pula, alih-alih membeli sekantong besar permen, belilah permen satuan atau kemasan kecil saja. Begitu juga dengan minuman soda atau jus dalam kemasan.Semakin sedikit permen dan cokelat yang ada di dalam rumah, semakin kecil kemungkinan anak untuk memakannya.
Memang, Anda dan si kecil juga bisa menemui 'godaan' di luar rumah. Saat ada teman atau saudaranya yang berulang tahun misalnya. Tapi acara seperti ini tentunya tidak terjadi setiap hari. Jadi tak perlu terlalu khawatir, Moms. Tetap fokus pada usaha Anda membatasi konsumsi si kecil di rumah saja.
Selain membatasi asupan di rumah, cara lain yang dapat Anda coba adalah dengan mengambil pendekatan positif untuk mendorong anak terbiasa makan makanan yang lebih sehat. Dengan kata lain, kembangkan selera anak pada buah segar sebagai pengganti permen yang manis atau irisan sayuran segar sebagai camilan pengganti cokelat atau biskuit.
ADVERTISEMENT
Anda juga perlu mengajarkan anak untuk terbiasa minum air putih daripada teh manis, jus kemasan atau soda. Intinya, anak jadi suka dengan yang serba manis sebenarnya karena kebiasaan yang salah saja.
Terkait kebiasaan, Anda dan suami juga harus memberi contoh yang baik. Jangan harap anak bisa terbiasa makan sayur dan buah kalau ia melihat orang tuanya juga tidak suka makan sayur dan buah.
Jangan lupa, libatkan pula kakek, nenek, oom, tante, dan pengasuh si kecil dalam upaya mengurangi asupan serba manis ini. Tahu dong, bagaimana si kecil bisa saja memperoleh suplai makanan dan minuman manis dari mereka meski Anda sudah berusaha membatasinya?
Jadi daripada usaha Anda sia-sia, jelaskan pada semua pihak bahwa Anda ingin membangun kebiasaan makan yang sehat pada si kecil dan berharap mereka turut mendukungnya.
ADVERTISEMENT