Antisipasi Difteri dengan Imunisasi, Bukan yang Lain

14 Desember 2017 14:35 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Cegah Difteri pada bayi dengan imunisasi (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Cegah Difteri pada bayi dengan imunisasi (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Imunisasi menjadi salah satu cara untuk menghalau penyebaran penyakit difteri yang tengah marak akhir-akhir ini. Seiring dengan ditetapkannya difteri sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) oleh Kementerian Kesehatan, imunisasi massal langsung digelar di beberapa wilayah.
ADVERTISEMENT
Rupanya, salah satu faktor yang menyumbang peningkatan kasus difteri adalah lesunya semangat orang tua untuk membawa anaknya berpartisipasi ke program imunisasi. Data Kemenkes menyebutkan bahwa sebagian besar kasus penderita diserang penyakit difteri karena tidak memperoleh imunisasi yang lengkap. Terdapat kekhawatiran orangtua mengenai isu-isu yang beredar seputar vaksin.
Tentu, isu ini tidak sejalan dengan tujuan vaksin. Menurut salah seorang dokter anak, dr. Fransiska Sri Susanti, Sp.A, imunisasi sebenarnya memiliki tujuan dan fungsi yang baik yaitu memupuk antibodi terhadap difteri. Difteri adalah penyakit menular yang bisa ditangkal lewat imunisasi. Hal ini dapat mengurangi risiko anak tertular penyakit.
“Anak yang telah diimunisasi, maka kecil kemungkinannya akan tertular difteri. Kalau pun tertular kemungkinan menjadi sakitnya pun sangat kecil, dan bila ternyata tetap menjadi sakit umumnya anak hanya sakit ringan dan tidak mengalami komplikasi, sehingga cepat sembuh. Dalam kejadian luar biasa (KLB) difteri ini hanya 3% penderita yang telah diimunisasi secara lengkap. Sisanya adalah anak-anak yang tidak diimunisasi dan yang imunisasinya tidak lengkap,” jelasnya saat bercerita secara langsung kepada kumparan (kumparan.com).
ADVERTISEMENT
Masyarakat sebenarnya hanya tinggal datang ke fasilitas kesehatan dan mengikuti anjuran vaksin yang telah terstandar. Sejumlah imunisasi dasar dan ulangan yang bisa diberikan diantaranya adalah DPT (dalam bentuk kombo DPT-HiB-Hepatitis B) pada bayi usia 2 hingga 4 bulan, 18 bulan, dan 5 tahun. DT untuk anak usia 5-7 tahun, dan bisa didapatkan melalui program BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah) di kelas 1 SD. Tak lupa juga, imunisasi dengan vaksin dT untuk anak usia lebih dari 7 tahun hingga dewasa.
Vaksin dT juga bisa didapatkan melalui program BIAS yang telah diberlakukan saat anak berada di kelas 2 dan 5 SD. Dalam hal ini, dianjurkan juga untuk memakai vaksin Tdap bila memang tersedia di tempat yang dituju saat sedang berobat.
ADVERTISEMENT
Pemberian dT perlu diulang setiap rentang waktu 10 tahun untuk kaum remaja dan dewasa. Vaksin ini bisa didapatkan dari dokter anak, dokter umum (untuk anak hingga usia 18 tahun) dan di dokter umum atau internis untuk anak usia di atas 18 tahun.
Dr. Fransiska Sri Susanti, Sp.A, (Foto: Dok Pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Dr. Fransiska Sri Susanti, Sp.A, (Foto: Dok Pribadi)
Ia menambahkan, imunisasi akan efektif melindungi masyarakat apabila lebih dari 80% populasi anak telah diimunisasi. Karena dengan melakukan ini, maka akan timbul herd immunity (kekebalan kelompok) yang dapat melindungi individu-individu lainnya, yang meliputi kaum yang tidak bisa diimunisasi karena usianya yang belum cukup ataupun mereka yang telah memiliki penyakit sebelumnya, sehingga akan menghalangi pemberian imunisasi untuk tubuhnya.
Mengingat pentingnya manfaat dari imunisasi bagi masyarakat, khususnya anak-anak, maka dokter Santi, sapaan akrabnya mengatakan bahwa penting bagi para orangtua untuk sadar dan bertindak cepat untuk melindungi diri sendiri dan anggota keluarga lainnya.
ADVERTISEMENT
Dalam memberlakukan hal tersebut, maka dibutuhkan cara tertentu agar informasi penting mengenai imunisasi dapat diketahui oleh banyak pihak. “Diperlukan sosialisasi secara terus menerus di media massa mengenai bahaya penyakit menular dan cara-cara pencegahannya. Sebaiknya, media massa tidak memberikan tempat pada golongan antivaksin untuk mempropagandakan pandangan mereka,” ucap dokter anak yang bekerja di RS PMI Bogor ini.
Infografis Difteri (Foto: Muhammad Faisal Nu'man)
zoom-in-whitePerbesar
Infografis Difteri (Foto: Muhammad Faisal Nu'man)
“Masyarakat perlu diberi tahu mengenai sumber informasi yang terpercaya misalnya Kementerian Kesehatan, para ahli yang bersangkutan, situs-situs kesehatan yang terpercaya dan pemberian pendidikan serta penyuluhan di sekolah-sekolah. Imunisasi tidak sulit didapat karena Pemerintah telah menyediakannya secara gratis di semua puskesmas dan posyandu di seluruh Indonesia,” tambahnya.
Sebelum mengakhiri pembahasannya, ia menjelaskan secara lebih lanjut bahwa imunisasi juga telah tersedia di seluruh wilayah Indonesia mulai dari kota hingga wilayah terpencil. Menurutnya, pemerintah telah memberikan perhatian yang sangat besar terhadap program imunisasi. Semua sarana dan prasarana program imunisasi telah mendapatkan prioritas yang baik dalam program kesehatan di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Semangat pemerintah tidak akan berarti apa-apa tanpa antusiasme masyarakat. Jadi, ayo lengkapi imunisasi anak Anda agar tumbuh kembangnya tak terganggu oleh penyakit.