Apa Bedanya Hipertensi dan Preeklamsia pada Ibu Hamil?

6 Agustus 2020 9:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi ibu hamil Foto: Shutterstok
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ibu hamil Foto: Shutterstok
ADVERTISEMENT
Selama 9 bulan mengandung, penting bagi ibu hamil untuk selalu menjaga kesehatan dirinya. Ya Moms, karena janin di dalam kandungan akan tumbuh dan berkembang dengan optimal apabila ibunya sehat. Kendati sudah menjaga kehamilan, Anda juga harus mewaspadai beberapa kondisi yang dapat menyerang ibu hamil. Salah satunya adalah preeklamsia.
ADVERTISEMENT
Preeklamsia sendiri merupakan salah satu komplikasi kehamilan yang bisa menjadi penyebab kematian utama pada ibu dan atau bayinya. Meski terbilang sangat berbahaya, mereka yang mengalami preeklamsia mungkin akan merasa baik-baik saja dan tidak merasakan tanda-tanda yang mencurigakan.
Preeclampsia Foundation dalam laman resminya menjelaskan bahwa kondisi ini dapat muncul kapan saja selama kehamilan, persalinan, atau bahkan hingga 6 minggu setelah nifas. Namun umumnya, kondisi yang ditandai dengan tekanan darah tinggi ini akan muncul di usia kehamilan lebih dari 20 minggu.
Yang perlu diketahui, salah satu gejala preeklamsia adalah tekanan darah tinggi. Lantas, apa bedanya dengan penyakit hipertensi?
Apa Bedanya Hipertensi dan Preeklamsia pada Ibu Hamil? Foto: Shutter Stock

Penjelasan Dokter tentang Preeklamsia pada Ibu Hamil dan Hipertensi

dr. Rudy Kurniawan, Sp.PD, Dokter Spesialis Penyakit Dalam menuturkan bahwa preeklamsia merupakan suatu gangguan kehamilan yang salah satu gejalanya adalah hipertensi atau tekanan darah tinggi, serta adanya kandungan protein yang tinggi di dalam urine. Ia pun menegaskan bahwa kondisi ini hanya bisa terjadi pada ibu hamil. Sedangkan hipertensi dapat menyerang siapa saja, mulai dari anak muda, dewasa, hingga orang yang sudah lanjut usia. Sehingga, preeklamsia tidak sama dengan penyakit hipertensi.
ADVERTISEMENT
"Kalau kita bicara apakah preeklamsia sama dengan hipertensi, tentu tidak. Karena hipertensi merupakan bagian dari preeklamsia. Mengapa bisa terjadi preeklamsia? Ada banyak faktor," ujar dr. Rudy dalam Webinar bersama Tropicana Slim bertema 'Festival Komunitas Mom Credible, The Smart, Healthy, & Dependable Moms' yang dihelat belum lama ini.
Hipertensi sebagai salah satu ciri dari preeklampsia Foto: Shutter Stock
Dokter sekaligus pendiri Komunitas Sobat Diabet itu menambahkan, beberapa penyebab preeklamsia di antaranya adalah adanya gangguan metabolisme saraf umum seperti obesitas, hormonal, dan genetik. Bahkan menurutnya, gangguan obesitas biasanya menjadi salah satu penyebab ibu hamil berisiko lebih tinggi mengalami preeklamsia.
Selain itu, adanya faktor hormonal lain yang menurutnya tidak bisa dipastikan lebih lanjut juga bisa meningkatkan risiko preeklamsia. Namun, saat hamil tentunya akan terjadi perubahan hormon pada ibu maupun terjadi interaksi hormon dengan bayi di dalam kandungan.
ADVERTISEMENT
"Ada beberapa kondisi tertentu yang meningkatkan terjadinya preeklamsia. Seperti kondisi genetiknya, kalau lebih parah lagi nanti jadi eklamsia (kelanjutan dari preeklamsia)," tuturnya.
Ilustrasi preeklamsia pada ibu hamil Foto: Shutterstock

Cara Mencegah Preeklamsia pada Ibu Hamil

Untuk mencegah kondisi berbahaya ini, dr. Rudy pun menyarankan agar selama hamil Ada dapat menerapkan pola hidup sehat. Salah satunya dengan menjaga asupan makanan. Kemudian, jangan lupa pula untuk selalu rutin melakukan antenatal care atau pemeriksaan kehamilan. Karena hal ini sangat penting untuk mencegah dan mendeteksi dini gejala komplikasi yang mungkin terjadi saat hamil.
******
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu sesama. Yuk, bantu donasi sekarang!