Apa Dampak Bila Anak Tunarungu Dipaksa Bicara? Ini Kata Psikolog

8 Desember 2021 12:53 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mensos Risma membuka acara pameran produk karya Penyandang Disabilitas, lelang lukisan dan kerajinan tangan karya, Rabu (1/12/2021). Foto: Instagram/@kemensosri
zoom-in-whitePerbesar
Mensos Risma membuka acara pameran produk karya Penyandang Disabilitas, lelang lukisan dan kerajinan tangan karya, Rabu (1/12/2021). Foto: Instagram/@kemensosri
ADVERTISEMENT
Beberapa waktu lalu, nama Menteri Sosial Tri Rismaharini atau Risma, sempat hangat diperbincangkan karena memaksa anak tunarungu berbicara. Ya Moms, di Peringatan Hari Disabilitas Internasional (HDI) 2021 pada Rabu (1/12), ia memaksa seorang anak tunarungu yang tidak bisa bicara untuk berbicara di atas panggung.
ADVERTISEMENT
“Aldi, ini Ibu. Kamu sekarang harus bicara. Kamu bisa bicara. Ibu paksa kamu untuk bicara," ucap Risma kepada Aldi yang berdiri di hadapannya, dikutip dari video di Youtube Kemensos Kamis (2/12). Video ini belakangan dihapus, tapi tetap bisa ditemukan di medsos.
“Kamu sekarang, Ibu minta bicara. Ndak pakai alat [alat bantu dengar]. Kamu bisa bicara, Aldi. Kamu bicara, kamu bicara," lanjut Risma membujuk Aldi bicara sambil menyodorkan mikrofon ke mulut Aldi.
Ilustrasi anak tunarungu. Foto: Shutter Stock
Tindakan Risma tersebut menuai beragam komentar negatif karena dirasa kurang bijak. Menurut Dosen Ilmu Kesejahteraan Sosial di Universitas Indonesia, Dini Widinarsih, M.Si, Ph. D, apa yang dilakukan oleh Risma juga bukanlah tindakan yang tepat, karena melanggar hak asasi. Walaupun sebenarnya Risma juga memiliki hak untuk berbicara dan berpendapat.
ADVERTISEMENT
“Tetapi saya pikir, yang perlu dipahami adalah setiap hak asasi orang itu berbatasan dengan hak asasi lainnya. Jadi dalam hal ini, Bu Risma itu mungkin punya hak asasi untuk menyampaikan opininya, tapi hak asasi dia untuk beropini atau berpendapat itu berbatasan dengan hak asasi orang disabilitas yang dia hadapi, bahwa dia (disabilitas) juga punya hak untuk dipahami, diterima, dan lain-lain,” jelas Dini saat dihubungi kumparanMOM pada Jumat (3/12).
Lantas, bagaimana kata psikolog soal tindakan Risma tersebut? Apa dampaknya bila anak tunarungu dipaksa berbicara?

Kata Psikolog soal Dampak Bila Anak Tunarungu Dipaksa Berbicara

Ilustrasi Ibu dan Anak. Foto: Shutter Stock
Menurut psikolog yang menangani anak-anak berkebutuhan khusus, Maria Hardono, M.Psi, setiap anak memiliki proses penerimaan yang berbeda, sehingga jika seorang anak tunarungu dipaksa berbicara, dampaknya juga beragam. Ada anak yang menerima, dan ketika didorong untuk belajar berbicara, dia mungkin akan semangat dan merasa jadi ajakan yang positif.
ADVERTISEMENT
“‘Oh mungkin kalau belajar bicara nanti aku bisa ngobrol sama teman-teman yang tidak tunarungu,’ bisa berpandangan seperti itu,” jelas Maria kepada kumparanMOM pada Jumat (3/12).
Namun untuk anak-anak lain, yang bisa jadi masih belum menerima dirinya tunarungu atau kurang dukungan dari lingkungannya, ketika dipaksa untuk berbicara, mungkin merasa tidak mampu dan justru minder.
“Ketika disampaikan pernyataan seperti itu mungkin dia merasa enggak mampu, merasa minder, malah merasa kok malah dipaksa, jadi memang tergantung penerimaan suatu kondisi setiap anaknya,” ungkapnya.
Ilustrasi anak tunarungu. Foto: Shutter Stock
Sehingga, jangan memaksa anak tunarungu berbicara, apalagi di depan umum. Lebih baik kemampuannya dioptimalkan atau dilatih, karena beberapa anak tunarungu juga memang bisa berbicara jika melakukan terapi.
“Jadi memang kalau dari organ-organnya tidak ada yang bermasalah, itu sebenarnya bisa kok dilatih. Bisa dilatih untuk berbicara, nah, tinggal seberapa baik kemampuan bicaranya itu tergantung setiap anak, beda-beda kan,” jelas Maria.
ADVERTISEMENT
“Tergantung kondisi anaknya, tergantung bagaimana pelatihnya, banyak lah itu banyak faktor. Tapi memang ada kemungkinan ketika tuli itu bisa berbicara, dan itu contohnya di lapangan itu memang ada, bukan cuma secara teori. Emang ada kok anak yang tidak bisa mendengar, tapi bisa berbicara karena dilatih. Itu ada, gitu,” pungkasnya.