Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Ya Moms, jumlah sperma yang rendah dapat mempengaruhi kesuburan seorang pria. Baca terus artikel ini sampai habis untuk memahami bagaimana jumlah sperma sangat berpengaruh pada kesuburan pria.
Hubungan Jumlah Sperma dan Kesuburan Pria
Menurut Mayo Clinic, jumlah sperma umumnya dapat diketahui dengan memeriksa air mani di bawah mikroskop, untuk melihat berapa banyak sperma yang muncul dalam pola kotak. Selain mikroskop, komputer biasanya juga digunakan untuk pengukuran ini.
Perlu diketahui, jumlah sperma pria juga sering berfluktuasi. Karena adanya faktor ini, dokter umumnya akan memeriksa dua kali atau lebih sampel air mani dari waktu ke waktu untuk memastikan konsistensi antar sampel.
Setelah sampel air mani diperiksa, akan muncul angka yang menjelaskan ada berapa banyak jumlah sperma yang dimiliki dan menentukan normal tidaknya kondisi seorang pria. Laman American Pregnancy melansir, jumlah sperma yang normal untuk pria sehat adalah 15–200 juta per mililiter air mani.
ADVERTISEMENT
Bila jumlah sperma kurang dari 20 juta per mililiter artinya pria tersebut mengalami kondisi yang disebut oligospermia di mana jumlah sperma dalam air mani yang dikeluarkan saat ejakulasi rendah. Akibatnya proses pembuahan akan sulit terjadi.
Bukankah hanya dibutuhkan satu sperma untuk membuahi sel telur?
Betul, Moms. Tapi ingat, sperma harus berenang melalui ‘rintangan’ agar mencapai telur sebagai targetnya. Dalam proses ini, sebagian besar sperma tidak cukup kuat atau cukup bergerak untuk berhasil. Jadi semakin banyak sperma yang suami miliki, semakin baik peluang pembuahan yang berhasil.
Karenanya jika suami memiliki sperma rendah, coba lah berkonsultasi dengan dokter kandungan. Dokter dapat membantu mencari apa penyebab kondisi sperma rendah atau sedikit yang dialami suami. Namun biasanya, hal ini disebabkan oleh kelainan genetik, diabetes, riwayat perawatan kanker, atau penyakit menular seksual.
ADVERTISEMENT