Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ASI adalah yang Terbaik, Moms! Ini Alasannya
24 April 2018 12:33 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
ADVERTISEMENT
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik yang dapat diberikan ibu kepada bayinya. Hal ini dinyatakan dengan tegas oleh WHO maupun para ahli kesehatan kandungan. Nutrisi yang terdapat pada ASI adalah yang paling lengkap dan mengandung segala nutrisi yang diperlukan anak demi tumbuh kembang yang optimal.
ADVERTISEMENT
ASI juga sangat cocok dengan sistem pencernaan bayi yang masih peka atau belum sempurna karena komposisi ASI akan berubah seiring dengan pertumbuhan dan sesuai dengan kebutuhan bayi.
Itulah mengapa ASI dapat memenuhi kebutuhan bayi untuk tumbuh secara optimal sampai 6 bulan. ASI juga mengandung makrofag, limfosit dan antibodi yang dapat mencegah bayi terinfeksi dengan penyakit tertentu.
Tidak hanya soal nutrisi, baik bayi maupun ibu dapat memperoleh banyak sekali manfaat dari kegiatan menyusui. Mengutip laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) , pemberian ASI memberi pengaruh biologis dan emosional yang luar biasa terhadap kesehatan ibu dan anak serta terdapat hubungan yang erat antara menyusui eksklusif dan penjarangan kelahiran. Belum lagi keuntungan secara ekonomi.
ADVERTISEMENT
Itulah sebabnya, bayi yang baru lahir ke dunia dan sampai berusia enam bulan, cukup hanya diberi ASI saja atau yang biasa disebut dengan pemberian ASI eksklusif. Saat bayi sudah menginjak usia enam bulan, ibu disarankan untuk melanjutkan menyusui hingga 2 tahun sambil memberikan bayi makanan padat bergizi secara bertahap atau Makanan Pendamping ASI (MPASI).
Meski begitu, pemberian ASI pada bayi maupun usaha ibu untuk dapat tetap menyusui kadangkala terhadang oleh beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya kegagalan menyusui. Termasuk di antaranya, praktik-praktik tidak etis dari pemasaran susu formula selama bertahun-tahun.
Beberapa contohnya dapat kita saksikan dalam film Tigers karya sutradara peraih penghargaan Oscar, Danis Tanovic. Film yang ditampilkan pertama kali di Toronto Film Festival pada tahun 2014 ini diangkat dari kisah nyata, tentang seorang mantan tenaga pemasaran susu formula di Pakistan. Ia mengungkap praktik tidak etis dari pemasaran susu formula selama bertahun-tahun. Tidak main-main, dampaknya mengakibatkan malnutrisi pada bayi atau kondisi gizi buruk sangat serius!
ADVERTISEMENT
Spesialis Ilmu Kesehatan Anak dan aktivis laktasi yang juga merupakan inisiator Klinik Laktasi RS St. Carolus, Jakarta, dr. Utami Roesli, SpA, IBCLC, FABM, mengatakan, praktik pemasaran susu formula yang tidak etis termasuk tindakan kriminal. Pasalnya, banyak ibu muda jadi tidak percaya diri dengan kemampuannya untuk menyusui anaknya.
Lantas, seperti apakah bentuk praktik tidak etis tersebut? Di antaranya adalah kerja sama antara produsen susu formula dengan fasilitas kesehatan seperti klinik bersalin dan atau rumah sakit di mana bayi yang baru lahir akan diberikan susu formula dari RS secara gratis.
Contoh lainnya adalah berbagai bentuk promosi yang masif di situs belanja online dan media sosial, membagi-bagi sampel susu gratis, hingga pemberian gratifikasi atau hadiah kepada tenaga medis (misalnya dengan paket pergi haji, undangan mengunjungi pabrik susu ke luar negeri, dan sebagainya), membuat desain produk susu formula yang menarik dan tersedia dalam jenjang usia.
ADVERTISEMENT
Apakah ada aturan yang dilanggar? Ada, Moms. Yaitu, Peraturan Menteri Kesehatan No. 39/2013, tentang Susu Formula Bayi dan Produk Bayi Lainnya dan No 15/2014 tentang Sanksi Administratif bagi Seluruh Elemen Tenaga Kesehatan yang (Berpotensi) Menghambat Keberhasilan Program Pemberian ASI Eksklusif. Ada pula Peraturan Pemerintah No. 69/1999 tenttang Label dan Iklan Pangan dan No 33/2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif.
Itulah sebabnya Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) mengadakan acara nonton bareng dan diskusi Film Tigers pada Sabtu, 21/4 lalu di Teater Salihara, Jakarta. AIMI mengundang orang tua muda dan media untuk bersama-sama menyaksikan dan mendiskusikannya agar lebih banyak masyarakat yang menyadari fenomena ini dan mau lebih peduli.
Kepedulian dan dukungan semua pihak, penting dalam menentukan keberhasilan menyusui .
ADVERTISEMENT
"Jangan pernah lupa, ASI adalah anugerah yang Tuhan berikan pada manusia. Kita yang miskin harta maupun kaya, tetap sama-sama punya ASI dan bisa menyusui, jadi jangan pernah patah semangat. Tetaplah menyusui!" tambah dr. Utami Roesli yang turut hadir dalam acara nonton bareng dan diskusi ini.