Bagaimana Bayi Bernapas Saat Masih di dalam Rahim?

15 Mei 2023 17:26 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi janin 22 Minggu. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi janin 22 Minggu. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Selama hamil, mungkin Anda bertanya-tanya bagaimana bayi bisa bertahan hidup sedangkan dia tidak mungkin bernapas secara langsung dari dalam rahim. Di sisi lain, bayi di dalam kandungan atau janin membutuhkan oksigen sejak awal kehamilan.
ADVERTISEMENT
Ya Moms, bayi memang baru akan mengembuskan napas pertama kali saat lahir. Perkembangan paru-paru dimulai sejak awal kehamilan, namun belum lengkap hingga trimester ketiga. Antara 24–36 minggu kehamilan, paru-paru mulai mengembangkan alveoli – kantung paru-paru kecil yang terisi oksigen. Sampai kantung ini berkembang sempurna, bayi mungkin mengalami kesulitan bernapas sendiri di luar rahim.
Lantas, bagaimana saat ia masih berada di dalam kandungan?
Ilustrasi Janin. Foto: Shutter Stock
Setelah 5-6 minggu kehamilan, tali pusat berkembang untuk mengantarkan oksigen langsung ke tubuh janin yang sedang berkembang. Tali pusat terhubung ke plasenta yang merupakan sumber makanan dan oksigen untuk janin.
Nah, tali pusat dan plasenta inilah yang mengantarkan nutrisi dari ibu ke bayi, termasuk menyalurkan darah yang kaya oksigen yang penting untuk pertumbuhannya.
ADVERTISEMENT
Artinya, ibu bernapas untuk bayi dan oksigen dalam darahnya kemudian ditransfer ke darah bayi. Ibu juga mengembuskan napas untuk bayi karena karbondioksida dari bayi dipindahkan melalui plasenta ke darah ibu, dikeluarkan dengan embusan napas. Ya Moms, ternyata cara bayi di dalam kandungan 'bernapas', sangat bergantung dengan pernapasan ibu!

Perkembangan Paru-Paru Bayi di dalam Rahim

Ilustrasi janin Foto: Shutterstock
Perkembangan paru-paru biasanya selesai setelah 35-36 minggu kehamilan. Inilah sebabnya mengapa bayi prematur sering mengalami kesulitan bernapas. Ketika seorang ibu harus melahirkan lebih awal, atau ketika dia berisiko melahirkan prematur, dokter dapat merekomendasikan steroid yang diberikan kepada ibu untuk meningkatkan peluang bayi bertahan hidup di luar rahim. Sebab steroid dapat membantu mempercepat perkembangan paru-paru bayi.
Bahkan ketika paru-paru janin sudah berkembang sempurna, janin tidak mungkin bernapas sampai setelah lahir. Bayi yang sedang berkembang dikelilingi oleh cairan ketuban, dan paru-paru mereka dipenuhi dengan cairan ini. Setelah 10–12 minggu kehamilan, bayi yang sedang berkembang mulai mengambil napas "latihan". Tapi napas ini tidak memberi mereka oksigen dan hanya mengisi paru-paru dengan lebih banyak cairan ketuban. Karena normalnya paru-paru janin berisi cairan, janin tidak bisa tenggelam di dalam kandungan.
ADVERTISEMENT
Jika ada masalah dengan plasenta atau tali pusar, tidak ada cara lain bagi bayi yang sedang berkembang untuk bernapas. Akibatnya, masalah dengan struktur ini dapat menyebabkan cacat lahir, cedera otak, atau bahkan kematian janin.

Pernapasan Selama dan Setelah Lahir

Ilustrasi bayi baru lahir. Foto: Shutter Stock
Beberapa bayi lahir dengan tali pusat melilit di leher. Masalah yang relatif umum ini terjadi pada 12-37 persen kelahiran. Dalam kebanyakan kasus kondisi tersebut tidak berbahaya karena tali pusat masih mampu memberikan oksigen pada bayi.
Namun, jika tali pusat melilit sangat erat di leher bayi, suplai oksigen di tali pusat mungkin terbatas. Selama kelahiran, penyedia perawatan akan memeriksa tali pusat, dan jika memungkinkan, membuka tali pusat. Begitu bayi lahir, lingkungan baru – yang meliputi perubahan suhu, kekurangan cairan ketuban, dan paparan udara – memicu napas pertama bayi.
ADVERTISEMENT
Beberapa bayi mengalami buang air besar pertama kali saat lahir, sebelum keluar dari rahim. Kotoran ini disebut mekonium. Selama latihan pernapasan selama atau sesaat sebelum lahir, bayi dapat menghirup mekonium. Menghirup mekonium bisa menjadi serius dan dapat membahayakan kemampuan bayi untuk bernapas di luar kandungan. Jadi bayi yang menghirup mekonium mungkin memerlukan perawatan dengan pengisapan dan oksigen setelah lahir.

Bahaya Kekurangan Oksigen saat Lahir

Bayi prematur. Foto: Shutter Stock
Ketika bayi tidak mendapatkan cukup oksigen selama dan segera setelah persalinan dan kelahiran, itu disebut hipoksia. Hipoksia memutus pasokan oksigen untuk otak dan tubuh sehingga dapat menyebabkan cacat lahir seperti kelumpuhan otak hingga kematian.
Penyebab umum hipoksia:
- Masalah tali pusat, seperti tali pusat yang rusak, atau tali pusat dengan pembuluh darah yang rusak.
ADVERTISEMENT
- Posisi yang tidak normal. Beberapa bayi yang lahir sungsang menderita kekurangan oksigen saat lahir.
- Distosia bahu, yang terjadi saat bahu terjebak di jalan lahir, memperlambat persalinan setelah kepala muncul.
- Pendarahan yang berlebihan selama kehamilan atau kelahiran.
Bayi yang mengalami hipoksia mungkin memerlukan perawatan suportif, seperti terapi oksigen atau ventilator.