Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Bagaimana Menciptakan Sanitasi yang Layak di Sekolah?
16 September 2022 11:01 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Sayangnya, hingga saat ini masih banyak sekolah di Indonesia yang memiliki kualitas sanitasi buruk. Menurut Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM., MARS., hampir 300 ribu sekolah di Indonesia tidak memiliki akses terhadap air minum dan toilet terpisah bagi siswa dan siswi. Padahal, ketersediaan lingkungan sekolah sehat yang minimal dapat menyebabkan gangguan pada proses belajar anak-anak.
“Anak-anak perempuan yang tidak pernah mengganti pembalut di sekolah misalnya, itu karena (mereka) tidak nyaman toiletnya dicampur. Mereka juga malu karena di-bully (temannya) saat menstruasi, kemudian memilih di rumah saja, sehingga waktu belajarnya bisa terganggu,” ungkap Maxi saat hadir dalam acara Sosialisasi Panduan STBM Sekolah dan Madrasah yang digelar Kemenkes bersama Plan International, pada Selasa (13/9) di Mercure Hotel Gatot Subroto, Jakarta.
ADVERTISEMENT
Lantas, bagaimana caranya agar sekolah memiliki tingkat sanitasi yang layak bagi anak-anak?
Yang Bisa Dilakukan Agar Sekolah Punya Sanitasi yang Layak
Menerapkan STBM dan MKM di sekolah
Sebagai solusi untuk masalah sanitasi di sekolah, Kemenkes RI bersama Yayasan Plan International menginisiasi program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang responsif terhadap gender dan inklusi sosial yang terintegrasi dengan Manajemen Kebersihan Menstruasi (MKM) dengan meluncurkan sebuah buku panduan sanitasi untuk sekolah.
Pelaksanaan program tersebut mengedepankan prinsip perubahan perilaku dan pelibatan aktif seluruh bagian dari sekolah, termasuk guru, staf, serta anak-anak itu sendiri. Orang tua juga perlu mendorong perubahan perilaku anak karena ‘melek’ kebersihan dan sanitasi juga penting bagi si kecil saat berada di rumah.
ADVERTISEMENT
Program STBM di sekolah mengedepankan lima pilar penting dalam sanitasi, yaitu:
1. Penggunaan toilet ketika buang air besar dan kecil,
2. Cuci tangan pakai sabun dan air mengalir,
3. Minum air yang sudah dimasak serta konsumsi makanan bersih dan matang,
4. Buang sampah pada tempatnya,
5. Membersihkan saluran air di lingkungan sekolah secara rutin.
Melibatkan semua pihak
Direktur Penyehatan Lingkungan, Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, dr. Anas Ma’ruf, MKM mengatakan, menciptakan lingkungan sekolah yang sehat merupakan kewajiban semua pihak termasuk pengajar, staf sekolah, orang tua, hingga peserta didik itu sendiri.
“Upaya menciptakan lingkungan sekolah yang sehat adalah kewajiban kita semua. Tujuannya, supaya lingkungan sekolah itu sehat sehingga bisa memberikan suasana mendukung bagi anak yang sekolah di situ dan seluruh civitas sekolah,” ungkap Anas.
ADVERTISEMENT
Hal yang sama juga disampaikan oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sumbawa, Ikhsan Safitri yang mengatakan perubahan kualitas sanitasi di sekolah dan madrasah tidak akan terjadi apabila minimnya kolaborasi dari pemerintah dan masyarakat itu sendiri.
“Mengubah perilaku higienis anak tidak bisa dilakukan langsung kepada anak, tapi juga harus dilakukan secara kolaboratif. Hubungan dengan orang tua, lingkungan, kepala desa, lurah, camat, itu mutlak untuk mendukung perilaku bersih anak. Jadi, strategi yang kita terapkan adalah memanfaatkan jaring-jaring sekolah yang ada. Di sana kita memanfaatkan K3S yaitu, Kelompok Kerja Kepala Sekolah dari tingkat PAUD, SD, maupun SMP,” ungkap Ikhsan.
Memaksimalkan fasilitas
Kepala Madrasah Ibtidaiyah Lape Sumbawa, Masnun Riasi yang juga hadir dalam acara tersebut secara daring menyampaikan bahwa, madrasah di wilayah Sumbawa sudah mulai menerapkan STBM dan MKM salah satunya dengan cara memaksimalkan fasilitas sekolah.
ADVERTISEMENT
“Upaya yang kami lakukan tentang penerapan STBM dan MKM di madrasah di antaranya, pertama, menyiapkan segala sesuatu yang menjadi sarana pendukung dari pelaksanaan STBM di sekolah seperti toilet yang inklusi. Di dalam toilet juga tersedia adanya kotak MKM, yang berisi pembalut, celana dalam pengganti, dan sebagainya,” pungkas Masnun.