Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
Balita 3 Tahun di Jember Keluhkan Sulit BAB, Ternyata Ususnya Dipenuhi Cacing
18 April 2025 13:18 WIB
·
waktu baca 5 menit
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Dikutip dari laman Journal of Medical Case Reports, seminggu sebelum dibawa ke rumah sakit, anak tersebut sudah mengeluhkan berbagai gejala seperti diare dan demam lalu dibawa ke puskesmas. Di sana, ia didiagnosis mengalami infeksi saluran kemih.
Setelah mendapat perawatan, anak itu masih mengeluhkan perutnya tidak nyaman dan perut kembung. Ia kemudian dibawa ke IGD RSD dr. Soebandi Jember untuk dilakukan observasi.
Pada hari pertama perawatan, pasien memuntahkan cacing yang kemudian didiagnosis menderita askariasis. Askariasis merupakan infeksi usus yang disebabkan oleh cacing gelang dan ditularkan melalui tanah. Pada kasus yang parah, askariasis dapat menyebabkan obstruksi usus akibat banyaknya cacing.
Dalam kasus ini, dilaporkan anak tersebut mengalami obstruksi usus akibat cacing A. lumbricoides.
ADVERTISEMENT
"Berat badan pasien 13 kg dan tinggi badan 100 cm. Asupan makanan pasien normal, tidak ada riwayat penurunan nafsu makan sebelumnya sampai minggu ini [saat masuk ke RS]," tulis laporan tersebut, dikutip Jumat (18/4).
Awal Mula Temuan Cacing di Perut Balita 3 Tahun di Jember
Data anamnesis menunjukkan pasien sebelumnya tinggal di Bali, dan baru pindah ke Jember. Selama tinggal di Bali, pasien hampir setiap hari bermain dengan teman-temannya di sungai. Saat bermain itulah ia jarang memakai sandal atau pelindung kaki.
Setelah pindah ke Jember, anak itu bersama kakek-neneknya rutin memunguti sampah di tempat pembuangan sampah. Sang ibu pun biasanya menyuapi makan pasien dengan tangan. Ia juga minum dari sumber air yang kurang bersih dan tidak dimasak.
ADVERTISEMENT
Hasil laboratorium menunjukkan pasien mengalami anemia dan leukositosis. Sementara pemeriksaan laboratorium lainnya normal. Anemia merupakan salah satu tanda telah terjadinya infeksi parasit, karena beberapa cacing memakan darah di usus sehingga menyebabkan berkurangnya kadar zar besi. Sementara leukositosis adalah kondisi tingginya kadar leukosit di dalam tubuh.
Kemudian, pasien berkonsultasi di divisi bedah anak untuk melakukan laparotomi eksplorasi. Hasilnya menemukan terjadi obstruksis usus di tiga area berbeda pada usus halusnya.
Anak itu pun menjalani tindakan operasi untuk mengangkat cacing yang terdeteksi berada di ususnya.
Cacing yang ditemukan diidentifikasi sebagai A. lumbricoides. Cacing ini merupakan salah satu sumber infeksi cacing yang paling umum, di antara cacing yang ditularkan melalui tanah. Infeksi ini sering terjadi di negara tropis dan subtropis, terutama masyarakat yang terbilang miskin dengan kebersihan diri dan sanitasi yang rendah.
ADVERTISEMENT
Setelah menjalani operasi dan pengobatan, seminggu kemudian pasien sudah diperbolehkan pulang dengan tetap menjalani perawatan obat-obatan di rumah.
Kebiasaan yang Membuat Pasien Terinfeksi Cacing A. lumbricoides
Dalam laporan tersebut mengungkapkan beberapa kebiasaan pasien yang membuatnya terinfeksi cacing. Dalam kasus ini, pasien tidak pernah keluar rumah mengenakan pelindung kaki dan sering bermain di sungai. Ia juga kerap pergi ke tempat pembuangan sampah dan memungut sampah dengan tangannya tanpa pelindung apa pun.
"Minum air yang tidak dimasak juga menjadi kebiasaan yang dapat menyebabkan penularan A. lumbricoides, karena kita tahu bahwa kondisi infektif A. lumbricoides dapat berada di tanah atau di air. Kebiasaan pasien, seperti diberi makan dengan tangan oleh ibunya, dapat memengaruhi penularan cacing, yang berkontribusi terhadap proses infeksi ulang jika dilakukan tanpa kebersihan yang baik," menurut laporan tersebut.
ADVERTISEMENT
Gejala askariasis pada setiap orang dapat menunjukkan gejala yang bervariasi, mulai dari tanpa gejala hingga gejala berat, Moms. Umumnya, gejalanya dapat berupa nyeri perut, diare, dan anemia. Dalam beberapa kasus, cacing dewasa yang bergerak melalui rongga anus atau mulut dapat menyebabkan diare atau tinja berdarah.
Kata Pakar Parasitologi tentang Kasus Balita di Jember
Sementara itu, menurut Dosen Prodi Sarjana Terapan (S.Tr) Teknologi Laboratorium Medis Fakultas Ilmu Kesehatan UM Surabaya, Vella Rohmayani, cacing gelang termasuk soil transmitted helminth (STH), karena parasit ini dapat menyebar atau menular melalui perantara tanah yang terkontaminasi oleh telur maupun larva cacing.
Cacing parasit STH dapat menginfeksi saat seseorang bersentuhan atau melakukan kontak langsung dengan tanah. Beberapa kondisi juga dapat meningkatkan risiko penularan penyakit ini, mulai dari kondisi sanitasi yang kurang baik, pola hidup yang kurang bersih, dan kurangnya pengetahuan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Vella menjelaskan, seseorang dapat terinfeksi cacing jika tidak sengaja menelan telur maupun larva cacing bersama makanan maupun minuman yang dikonsumsi. Selain itu, kebiasaan tidak menggunakan alas kaki juga dapat menyebabkan seseorang dapat terinfeksi cacingan, karena cacing dapat menembus kulit dan masuk ke dalam tubuh.
“Anak-anak menjadi salah satu kelompok yang rentan terinfeksi parasit ini, karena mereka memiliki kecenderungan bermain pasir. Bermain tanpa alas kaki dan sering kali kurang menjaga kebersihan tangan atau jarang mencuci tangan terlebih dahulu sebelum makan atau melakukan aktivitas lainnya,” terang pakar parasitologi itu seperti dikutip dari BASRA.
Menurut Vella, infeksi cacingan umumnya bersifat tidak mematikan, tetapi jika dibiarkan tanpa adanya pengobatan akan menimbulkan berbagai masalah kesehatan yang serius, seperti gangguan pencernaan, anemia, menurunkan berat badan hingga kematian.
ADVERTISEMENT
Pada anak-anak, A.lumbricoides dapat menimbulkan gangguan kesehatan yang serius terutama jika menyerang anak-anak, seperti menyebabkan gangguan pencernaan yang dapat berujung pada gangguan pola pertumbuhan, anemia dan kekurangan gizi.
Lakukan beberapa langkah pencegahan untuk menghindari infeksi parasit STH, seperti:
- Menjaga kebersihan tangan
- Mencuci bahan makanan hingga bersih sebelum dimasak
- Makan makanan yang matang
- Pastikan kebersihan sanitas
- Pakai alas kaki saat keluar rumah
- Edukasi kesehatan untuk diri sendiri dan keluarga
“Kasus (di Jember) ini menjadi pengingat bagi kita semua bahwa penanganan masalah kesehatan, termasuk infeksi kutu rambut, harus dilakukan dengan bijaksana dan mengedepankan kepentingan terbaik bagi anak,” pungkasnya.