Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Bayi 10 Bulan Alami Hipospadia, Apa Kata Dokter Anak?
14 September 2024 13:00 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Seorang bayi berusia 10 bulan di Palembang, Sumatera Selatan, lahir dengan kondisi langka, yakni hipospadia . Hipospadia merupakan kondisi kelainan bawaan lahir yang menyebabkan letak lubang kencing (uretra) laki-laki tidak berada di posisi yang seharusnya.
ADVERTISEMENT
Uretra adalah saluran yang menghubungkan kandung kemih dengan ujung penis. Dalam kondisi normal, lubang uretra terletak di ujung penis. Namun, pada anak yang mengalami hipospadia, lubang kencingnya terletak di bagian bawah penis.
Sementara yang dialami NEP adalah ketika ia buang air kecil, air pipisnya akan keluar dari bawah seperti anak perempuan.
"Jadi, dia ini kan sebenarnya laki-laki. Tapi cara buang air kecilnya itu [seperti] perempuan. Tapi, dokter bilangnya itu hipospadia," ujar ibu MEP, Ellin Tri Utami, dikutip dari Urban.id --partner 1001 media kumparan.
Akibat kelainan yang dialaminya, MEP mengalami masalah kesehatan yaitu turun berat badan. Ini disebabkan oleh MEP yang sulit makan dan bergerak sejak lahir.
Ellin menjelaskan, ia membutuhkan dana yang sangat besar mengingat MEP yang perlu menjalani operasi bertaap. Sementara MEP belum terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan, lantaran ia sebelumnya tinggal di Bogor, sampai akhirnya ia kini pindah ke Palembang.
ADVERTISEMENT
Pemkot Palembang pun memastikan MEP akan dibantu kepengurusan BPJS Kesehatan, agar bisa segera dilakukan tindakan operasi oleh dokter bedah.
Kata Dokter soal Kondisi yang Diidap MEP Sejak Lahir
Nah Moms, dari kisah MEP, biasanya ahli akan melakukan serangkaian pemeriksaan untuk mengetahui apakah bayi lahir dengan memiliki kelainan atau tidak. Baik itu diagnosis hipospadia, kelamin ganda, dan lainnya, dokter akan melakukan evaluasi dan dilakukan konsultasi bersama dengan dokter bedah anak.
"Idealnya dievaluasi sedari awal kelahiran, jika memang dicurigai tidak cocok sesuai jenis kelamin, bisa dikonsultasikan ke dokter anak dan kolaborasi dengan dokter bedah anak untuk tatalaksana pembedahannya," jelas dokter spesialis anak, dr. Reza Abdussalam, Sp.A, kepada kumparanMOM.
Di sisi lain, dr. Reza mengungkapkan kondisi yang kemungkinan masih bisa dialami juga seperti MEP adalah disorders of sex development atau gangguan perkembangan seksual. Ini merupakan kondisi perkembangan organ kelamin laki-laki atau perempuan yang berbeda dari normalnya. Kondisi ini terjadi kelainan pada perkembangan kromosom seks, gonad, ataupun anatomi organ kelamin.
ADVERTISEMENT
Menurut dr. Reza, gangguan dalam proses pembentukan organ kelamin menyebabkan ketidaksempurnaan pada fungsinya. Umumnya, gangguan perkembangan organ kelamin ini disebabkan oleh faktor genetik, Moms.
"Faktor genetik yang menentukan gonad terbentuk, di mana faktor ini berperan dalam fase penentuan organ kelamin atau sex determination. Atau faktor gonad yang menentukan hormon apa yang akan bekerja, dan faktor ini berperan dalam fase diferensiasi organ kelamin atau sex differentiation," tuturnya.
Rupanya, kelainan ini sudah bisa terbentuk di trimester pertama kehamilan, atau tepatnya sebelum usia 6 minggu. Pada masa ini, biasanya organ genital laki-laki maupun perempuan masih tampak sama. Dan setelah masa gestasi di antara usia kehamilan 6-14 minggu, maka perkembangan organ kelamin akan mulai terjadi diferensiasi.
ADVERTISEMENT
Pada anak, gangguan hormon yang paling sering menyebabkan gangguan pembentukan organ kelamin adalah hiperplasia adrenal kongenital. Ini merupakan kelainan bawaan pada kelenjar adrenal yang dapat menyerang anak laki-laki maupun perempuan.
Dan jika tidak segera diketahui dan diobati, pada bayi laki-laki terutama, bisa menyebabkan kematian. Sementara bagi bayi perempuan, dikhawatirkan dapat memengaruhi penampilan fisik dan menyebabkan gangguan psikososial di kemudian hari.
Lantas, bagaimana deteksi awal untuk mengetahui apakah bayi Anda terlahir dengan kelainan bawaan seperti ini?
"Dari IDAI sendiri sudah direkomendasikan pemeriksaan 17-OH progesteron sebagai skrining awal bayi baru lahir, untuk menentukan apakah ada hiperplasia adrenal kongenital atau tidak," tutup dr. Reza.