Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.90.0
Bayi Lahir Prematur, Ini Tantangan Masalah Tumbuh Kembang yang Bisa Dialami
21 November 2024 14:02 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Indonesia menduduki posisi kelima tertinggi persalinan bayi prematur , dengan 657.700 kasus per tahun dari sekitar 4,5 juta kelahiran bayi setiap tahunnya. Perawatan bayi prematur tentu berbeda dengan bayi lahir cukup bulan. Sebab, bayi prematur sering kali memiliki risiko kesehatan yang lebih tinggi, serta memerlukan penanganan medis yang lebih terarah.
ADVERTISEMENT
Ya Moms, keberhasilan perawatan bayi prematur sangat tergantung pada intervensi medis yang tepat waktu. Salah satunya dengan pemantauan fungsi organ vital. Sebab, ketika bayi lahir prematur ditambah dengan berat badan di bawah 1 kg, seluruh organ vitalnya masih belum terbentuk matang.
Lantas, apa saja risiko pertumbuhan dan perkembangan yang rentan dialami oleh bayi prematur?
Masalah Tumbuh Kembang yang Rentan Dialami Bayi Prematur
1. Gangguan Pernapasan
Menurut Dokter Spesialis Anak dan Konsultan Neonatologi, Dr. dr. Adhi Teguh, Sp.A, Subsp. Neo, masalah kesehatan utama yang dialami bayi prematur adalah gangguan pernapasan. Pada kasus yang ringan, bayi prematur umumnya diberi alat bantu napas berupa pemberian tekanan pada hidung. Sementara kasus bayi lahir prematur yang berat sampai membutuhkan ventilator.
ADVERTISEMENT
"Karena bayi-bayi ini menurut teori belum siap paru-parunya. Paru-parunya sulit mengembang karena unit pertukaran gasnya masih sedikit, ditambah zat surfaktan untuk mengembangkan paru masih minimal. Mungkin 90 persen akan mengalami sesak napas kalau di bawah 1 kg," jelas dr. Adhi dalam media gathering World Prematurity Day yang digelar RSIA Bunda Jakarta, Rabu (20/11).
2. Komplikasi Kesehatan Lain
Masalah kesehatan tidak hanya gangguan pernapasan, karena bayi prematur juga berisiko mengalami serangkaian komplikasi, Moms. Menurut dr. Adhi, masalah selanjutnya yang kerap terjadi apakah tekanan darah bayi bisa stabil dan ia sudah bisa mengisap untuk minum ASI atau susu sesuai arahan dokter.
"Belum lagi komplikasi lain seperti pendarahan otak, kebutaan, kelainan jantung bawaan yang harus dideteksi sedini mungkin, dan kekeroposan tulang," ungkap dr. Adhi.
ADVERTISEMENT
3. Gangguan Oromotor
Bayi prematur juga rentan bermasalah pada oromotor, yang mencakup semua dasar keterampilan makan yang menggunakan sistem gerak otot dari rongga mulut. Jika masalah oromotor tidak ditangani segera, maka bisa membuat bayi jadi kesulitan di awal masa MPASI, hingga berisiko lebih lama untuk naik tekstur saat makan.
"Berkaitan juga dengan pemberian awal MPASI yang agak terlambat. Kemudian naik teksturnya tidak smooth sesuai usia koreksinya, itu sebabkan anak oromotornya bermasalah," tutur Dokter Spesialis Anak dan Konsultan Tumbuh Kembang, Prof. Dr. dr. Rini Sekartini, Sp.A(K).
Masalah oromotor bayi lahir prematur yang tidak segera ditangani sejak awal pun akan berbuntut panjang, misalnya anak jadi mengalami keterlambatan bicara (speech delay). Paparan gadget di bawah dua tahun pun akan semakin memperparah speech delay pada si kecil.
4. Gangguan Perkembangan Motorik
ADVERTISEMENT
Kekhawatiran lainnya orang tua dengan bayi prematur adalah perkembangan otak. Dokter Spesialis Anak Konsultan Neuropediatri, dr. Achmad Rafli, Sp.A(K), mengungkapkan orang tua bayi prematur kerap bertanya tentang ukuran dan bentuk otaknya, perkembangan otaknya kelak, dan apakah bisa memengaruhi perkembangannya.
dr. Rafli menjelaskan, beberapa masalah akibat gangguan motorik yang bisa dialami bayi prematur, misalnya cerebral palsy (lumpuh otak), ADHD, hingga autisme.
"Cerebral palsy artinya anak sudah mulai ada tanda-tanda kaku seperti gerakan anak normal. Nah, itu bisa ditangani dalam dua tahun pertama. Kedua, ini yang ditakutkan, anak enggak pintar, retardasi mental. Jadi, penelitian terbaru kenapa WHO bikin guideline 2022 untuk bayi prematur khusus diperbarui karena retardasi mental itu banyak. Bisa IQ di bawah 70. Yang terakhir adalah ADHD, autisme," jelas dr. Rafli.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, ia menegaskan, jika dilihat dari sisi neurologis, otak bayi sejatinya sudah berkembang sejak trimester pertama kehamilan ibunya. Setiap trimester pun perkembangan otak memiliki 'porsi' masing-masing untuk berkembang.
Maka dari itu, ibu sejak masa kehamilan wajib memenuhi nutrisinya sebaik mungkin dan tidak boleh stres. Sehingga, meskipun anaknya lahir lebih cepat dari waktunya, otaknya tetap bisa berkembang dengan baik setelah lahir.
"Dari neurologis harus dimaksimalkan 1.000 hari pertama kehidupan. Dimaksimalkan nutrisi, kedua adalah stimulasi, lalu bagaimana melihat gangguan-gangguan yang akan terjadi di masa datang. Juga misalnya takut otaknya enggak berkembang, makanya pemantauan lingkar kepala itu sangat penting," tegas dr. Rafli.
5. Masalah Pencernaan
Fungsi pencernaan bayi prematur juga masih belum sempurna ketika dilahirkan. Sehingga, ia akan lebih rentan mengalami gangguan pencernaan, karena gerak saluran cerna belum maksimal, enzim-enzim pencernaan belum diproduksi secara cukup, dan akhirnya membuat penyerapan nutrisi belum efisien.
ADVERTISEMENT
Risiko alergi pada bayi prematur juga bisa meningkat, karena dinding saluran cerna atau usus yang masih tipis. Kondisi ini bisa membuat protein-protein besar dan asing dan bakteri masuk ke dalam usus.
"Karena fungsi-fungsi itu belum matang, maka bisa terjadi GERD, yaitu kondisi saat isi lambung akan naik ke tenggorokan. Nantinya jadi sering muntah, bayi rewel atau tidak nyaman setelah feeding. GERD yang terus-menerus bisa ganggu pertumbuhan, gangguan pernapasan, iritasi esofagus, dan lainnya," kata Dokter Spesialis Anak Konsulen Gastroenterologi Hepatologi, Dr. dr. Ariani Dewi Widodo, Sp.A(K).