Bayi Prematur Rentan Alami GERD, Solusinya Adalah Pemberian ASI!

22 November 2024 12:36 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi bayi prematur. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bayi prematur. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Bayi prematur mengalami pertumbuhan saluran pencernaan yang berbeda dengan bayi lahir cukup bulan. Sebab, saat bayi prematur lahir, --kelahiran bayi sebelum usia kandungan mencapai 37 minggu--, saluran pencernaannya masih belum berkembang sempurna. Sehingga, masih banyak fungsi saluran cerna yang belum bekerja maksimal.
ADVERTISEMENT
Menurut Dokter Spesialis Anak Konsulen Gastroenterologi Hepatologi RSIA Bunda, Dr. dr. Ariani Dewi Widodo, Sp.A(K), enzim-enzim pencernaan pada bayi lahir prematur masih belum sempurna. Sehingga, masih belum efisien ketika diberi asupan nutrisi.
"Selain itu, ada lagi dinding saluran cerna atau usus, yang harusnya mencegah protein besar dan bakteri, masih sangat tipis. Sehingga, meningkatkan risiko alergi pada bayi," ujar dr. Ariani dalam media briefing World Prematurity Day yang digelar RSIA Bunda Jakarta, Rabu (20/11).
Selain itu, bayi prematur juga rentan mengalami GERD atau kondisi saat isi lambungnya seakan naik ke tenggorokan. Kok bisa?
"Pada bayi tidak prematur pun katupnya belum sempurna, jadi asam lambungnya bisa naik ke kerongkongan. Ada yang namanya GERD of prematurity, yang ditandai dengan sering muntah, bayi rewel atau tidak nyaman setelah feeding," ungkap dr. Ariani.
ADVERTISEMENT
Bila GERD yang dialami bayi prematur tidak segera mendapat penanganan, maka bisa mengganggu pertumbuhannya, Moms. Si kecil juga bisa mengalami gangguan pernapasan, iritasi pada esofagus, atau bayi menolak minum. Dan bila dibiarkan terus-menerus, juga bukan tidak mungkin membuat bayi mengalami malnutrisi, sehingga bisa mengganggu tumbuh kembangnya secara keseluruhan.
"Ketidakmatangan saluran cerna juga bisa membuat protein-protein asing masuk dan bikin reaksi alergi, sehingga memperburuk gizi bayi. Jika tidak ditangani, bisa memperpanjang kondisi ketidaknyamanan bayi dan kualitas hidup bayi dan ibunya akan jadi lebih jelek," jelas dia.

ASI Tetap Menjadi Nutrisi Terbaik Bagi Bayi Prematur

Masalah kesehatan saluran cerna yang rentan dialami bayi prematur mungkin membuat Anda khawatir. Tetapi, tenang saja, karena bayi prematur pun tetap bisa hidup seperti bayi-bayi lainnya selama mendapatkan perawatan dan nutrisi yang tepat.
Ilustrasi Bayi Prematur. Foto: Dok. Shutterstock
Menurut dr. Ariani, bayi-bayi prematur diharapkan tetap mendapat ASI, karena itulah nutrisi yang terbaik, lho! Hal ini dikarenakan ASI mengandung zat-zat aktif yang sangat baik untuk membantu sistem ketahanan tubuh, terutama pada bayi prematur.
ADVERTISEMENT
"Sebuah studi pada bayi prematur yang diberi ASI lebih kecil risikonya GERD dan komplikasi-komplikasi lainnya, daripada bayi yang dapat susu formula. Kalau bayi sakit, ASI dapat mempercepat pemulihan dan bantu kesehatan lebih baik. Untuk bayi prematur, ASI itu penting, makanya harus dibelain banget. Kalau ibu produksi ASI-nya belum banyak, diupayakan oleh ibunya misalnya donor ASI," ungkap dia.
Meski begitu, ibu juga tetap harus memperhatikan asupan yang dikonsumsi. Sebab, ada beberapa bayi yang lahir dengan kondisi alergi makanan atau minuman tertentu. Salah satunya susu sapi dan turunannya.
Mengapa bisa terjadi? Sebab, dinding usus bayi yang belum sempurna akan bekerja dengan membiarkan protein-protein besar melewati saluran cerna, yang salah satunya susu sapi. Bila sampai menembus dinding usus, maka bisa menyebabkan respons berlebihan pada protein asing.
ADVERTISEMENT
Akibatnya, bayi prematur pun akan mengalami diare, muntah, ruam kulit, dan masalah lainnya. Sehingga, bayi yang berisiko tinggi mengalami alergi sebisa mungkin diberi ASI ya, Moms.
"ASI kan sifatnya alami, mudah dicerna, mengandung zat pelindung, mengandung enzim pencernaan dan risiko alerginya sangat kecil. Kalau ibu yang memberi ASI, ibu yang harus dipantang. Kalau anak alergi, ibu jangan konsumsi susu sapi dan turunannya, sehingga protein tidak masuk ASI," ucap dr. Ariani.