Benarkah Autisme pada Anak Laki-laki dan Anak Perempuan Berbeda?

7 November 2022 11:12 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilsutrasi anak dengan autisme. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilsutrasi anak dengan autisme. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Autisme merupakan salah satu kondisi yang mungkin sering dibicarakan dalam topik kesehatan anak. Mengutip Verywell Family, sekitar 1 dari 44 anak setidaknya berada pada spektrum autis. Selain itu, ada anggapan anak laki-laki lebih berisiko mengalami autisme dibanding anak perempuan. Meski begitu, anggapan tersebut perlu tinjauan lebih lanjut.
ADVERTISEMENT
“Ini mungkin mencerminkan cara sistem diagnostik kita saat ini lebih cenderung mengenali dan mendiagnosis anak laki-laki,” jelas psikolog yang ahli di bidang autisme anak, Jessica Myszak, Ph.D.
Anak-anak umumnya akan didiagnosis mengalami autisme pada usia 5,5 tahun. Namun, sebuah studi menunjukkan bahwa anak perempuan didiagnosis dengan autisme biasanya satu setengah tahun lebih lambat daripada anak laki-laki. Keterlambatan diagnosis tersebut berisiko mengganggu perkembangan dan proses belajar anak.
Lantas, benarkah autisme pada anak laki-laki dan anak perempuan memiliki perbedaan? Simak penjelasannya berikut ini, Moms.

Apakah Autisme pada Anak Laki-laki dan Anak Perempuan Berbeda?

Ilsutrasi anak dengan autisme. Foto: Shutterstock
Menurut Doreen Granpeeshes, Ph.D., BCBA-D, pendiri Center for Autism and Related Disorders, secara keseluruhan anak laki-laki dan anak perempuan memiliki gejala autisme yang sama. Namun, beberapa karakteristik autisme mungkin dianggap lebih dapat diterima secara sosial untuk anak perempuan.
ADVERTISEMENT
“Misalnya, menjadi pendiam, pemalu, pasif, atau terisolasi dapat diterima pada seorang gadis muda dan tidak akan menimbulkan banyak kekhawatiran seperti ketika perilaku ini terlihat pada anak laki-laki. Akibatnya, anak perempuan dapat didiagnosis di usia yang lebih tua,” jelasnya.
Dr. Granpeeshes juga menambahkan, kualitas autisme lebih diterima secara sosial ketika ditunjukkan oleh anak perempuan. Itulah sebabnya anak perempuan dengan autisme terkadang justru salah didiagnosis.
“Bias gender membuat masyarakat menerima perilaku tertentu pada anak perempuan, tetapi tidak pada anak laki-laki. Ketika perilaku ini hadir pada anak-anak dengan autisme, mereka dapat diabaikan untuk jangka waktu yang lebih lama jika anak itu perempuan,” katanya.
Sementara itu, menurut Dr. Myszak, adanya perbedaan diagnosis dan perawatan autisme pada anak laki-laki dan anak perempuan disebabkan oleh kurangnya penelitian tentang autisme pada wanita.
ADVERTISEMENT
“Autisme dapat terlihat sangat berbeda pada wanita, dan karena sebagian besar penelitian dilakukan pada pria, sebagian besar alat pendidikan dan penilaian kami cenderung mengarah pada pengenalan autisme pada pria,” ungkapnya.
Jika anak perempuan menunjukkan tanda-tanda autisme, orang tua mungkin harus segera memeriksakan hal itu ke dokter untuk mendapatkan diagnosis yang jelas.
“Semua orang tua harus menuntut jawaban jika mereka merasa ada sesuatu yang berbeda tentang anak mereka, dan perbedaan ini menyebabkan anak berjuang. Anda mungkin perlu mencari pendapat kedua atau bahkan menghubungi para ahli di tempat lain, sehingga anak Anda menerima diagnosis dini dan memenuhi syarat untuk layanan yang sangat mereka butuhkan,” pungkas Dr. Granpeeshes.