Benarkah Hipertensi pada Anak Berasal dari Genetik Orang Tuanya?

27 Mei 2020 9:03 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
PORTRAIT - anak sakit Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
PORTRAIT - anak sakit Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi tidak hanya terjadi pada orang dewasa, tapi juga bisa dialami oleh anak-anak. Dan umumnya, dapat terlihat saat ia masih balita.
ADVERTISEMENT
Hipertensi terbagi menjadi dua kelompok, pertama hipertensi primer yang disebabkan oleh penyakit tertentu, dan hipertensi sekunder yang disebabkan karena faktor kelainan ginjal atau obesitas. Adapun 60-70 persen kasus hipertensi yang dialami anak adalah hipertensi sekunder.
Lantas, apakah hipertensi tersebut dapat disebabkan oleh faktor keturunan orang tua yang mengidap hal serupa? Dokter Spesialis Anak, DR. dr. Krisni Subandiyah, Sp.A(K), mengatakan bisa saja anak mengalami hipertensi karena faktor genetik orang tuanya. Namun kemungkinannya hanya 20-30 persen saja.
Mengukur tekanan darah anak. Foto: Thinkstock
"Hipertensi primer salah satu faktor pencetusnya adalah genetik dari orang tua. Jadi, genetik memang bisa. Oleh karena itu, jika kami ingin memeriksakan tekanan darah anak, kami akan selalu bertanya, perihal riwayat penyakit orang tua, apakah memiliki penyakit ginjal atau tidak," kata dr. Krisni dalam acara dalam siaran langsung Instagram TV Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dengan topik 'Hipertensi pada Anak', beberapa waktu yang lalu.
ADVERTISEMENT
Menurut dokter yang berpraktek di Rumah Sakit Lavalette, Malang, Jawa Timur ini, bayi ternyata juga dapat berpotensi mengalami hipertensi. Meski begitu, kemungkinannya hanya 1-2 persen, Moms.
"Yang paling sering terjadi karena faktor kelainan pada ginjal, penyempitan pembuluh darah di ginjal, penyempitan aorta jantung, dan juga bisa disebabkan oleh kelainan bawaan ginjal dan saluran kemih. Ini biasanya yang sering dialami oleh bayi. Semua kelainan bawaan pada bayi, jadi bisa disebabkan oleh kelainan endokrin misalnya, hipertiroid itu bisa menyebabkan hipertensi," ujarnya.
Mengukur tekanan darah anak. Foto: Thinkstock
Namun dr. Krisni mengungkap, hipertensi bisa terobati dengan baik. Karena itu sebaiknya orang tua perlu segera memeriksakan anak ke dokter, terutama bila Anda atau suami memang memiliki penyakit hipertensi. Bila anak dinyatakan mengalaminya, dokter kemungkinan akan menyarankan Anda untuk dilakukan dua pengobatan yakni non-farmakologi dan farmakologi.
ADVERTISEMENT
Non-farmakologi, kata dr. Krisni, dokter biasanya aka mulai menyarankan mengubah gaya hidup anak tersebut. Misalnya jika anak mengalami obesitas juga, orang tuanya diminta untuk mengajak anak menurunkan berat badan, olahraga secara teratur dan menjaga pola makan. Bila masih belum kooperatif atau tensi darahnya masih tinggi, barulah diberikan obat-obatan anti-hipertensi.
Ilustrasi tekanan darah tinggi. Foto: Pixabay
"Kalau sudah diberikan obat-obatan anti hipertensi, yang jelas pasien tersebut harus kontrol secara rutin. Selain itu, seperti yang saya sampaikan, bahwa pengobatan hipertensi pada anak itu, tidak hanya menurunkan tekanan darahnya saja tapi juga gaya hidup yang harus diatur dan dijaga ketat. Salah satunya memperhatikan pola makan dengan mengganti garam dengan yang rendah natrium dan sodiumnya," tutupnya.