Benarkah Kuku Anak Terkelupas Jadi Efek Samping Flu Singapura? Ini Kata Dokter

10 Juni 2022 11:31 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kuku anak terkelupas. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kuku anak terkelupas. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Flu Singapura atau infeksi Hand, Foot, and Mouth Disease dicurigai mulai banyak menginfeksi anak-anak Indonesia sejak April atau Mei silam. Ya, sejumlah balita di Indonesia terkonfirmasi terserang flu Singapura setelah mengalami beberapa gejala seperti demam, sariawan, dan bintik-bintik atau ruam kemerahan di beberapa area tubuh.
ADVERTISEMENT
Umumnya setelah bintik-bintik atau ruam kemerahan mengering, anak akan segera sembuh dari flu Singapura. Virus menular ini tergolong self limiting disease atau bisa sembuh dengan sendirinya.
Ilustrasi Anak Kena Flu Singapura atau Penyakit Tangan, Kaki, Mulut (PTKM). Foto: Shutterstock
Namun sejumlah orang tua mengeluhkan beberapa kuku di jari kaki dan tangan anaknya mengelupas, sekitar sebulan setelah sembuh dari Flu Singapura. Kuku anak berhenti tumbuh, namun justru tumbuh kuku baru di belakang kuku yang mati.
Benarkah hal itu merupakan efek samping dari Flu Singapura? Simak penjelasan dokter berikut ini.

Kata Dokter soal Efek Samping Flu Singapura pada Anak

Dokter Spesialis Anak, Konsultan Infeksi dan Ahli Penyakit Tropis pada anak, DR. dr. Anggraini Alam, SpA(K) mengatakan sebenarnya efek samping seperti itu bisa saja terjadi, tetapi kasusnya tergolong jarang.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, umumnya kuku-kuku tersebut akan tumbuh lagi. Namun, memang membutuhkan waktu lebih lama dari biasanya.
“Bisa saja terjadi, tapi jarang. Umumnya akan tumbuh lagi, tapi memang perlu waktu,” jelas dr. Anggi, sapaan akrab dr. Anggraini, saat dihubungi kumparanMOM, Rabu (8/6).
dr. Anggi menambahkan, kondisi tersebut bukanlah hal berbahaya, sehingga Anda tidak perlu terlalu khawatir akan kondisi si kecil, Moms.
“Walaupun jarang, virus ECHO (nama lain enterovirus) yang menyebabkan HFMD memisahkan matriks pembentukan kuku dengan kuku. Karena formasi terganggu, kuku dapat terkelupas sebagian atau seluruhnya,” ungkap dr. Anggi.
Ilustrasi kuku anak. Foto: Fitra Andrianto/kumparan
Kendati demikian, hingga saat ini pemerintah belum mengeluarkan aturan spesifik untuk menangani virus ini ataupun efek sampingnya. Sebab, data surveilans tentang penyebaran flu Singapura di Indonesia belum terkumpul.
ADVERTISEMENT
“Belum ada tata laksana yang spesifik. Imunisasi untuk mencegah HFMD pun baru ada di Tiongkok dan mungkin di Taiwan. Juga belum ada surveilans HFMD di Indonesia,” tutur dr. Anggi.
Dengan demikian, menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan cara efektif untuk mencegah dan mengatasi flu Singapura pada anak. Misalnya, mandi dua kali sehari, rajin mencuci tangan, membersihkan genangan air di lingkungan rumah, dan membersihkan mainan-mainan anak yang sering disentuh.