Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Benarkah Melatih Anak 2 Bahasa Sejak Dini Bikin Speech Delay?
21 Agustus 2024 16:26 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Tapi sebagian orang menyebut, mengajari anak lebih dari satu bahasa bisa membuat si kecil kebingungan. Dampaknya, bisa berpengaruh pada kemampuan berbicara anak sehingga bisa membuat si kecil mengalami speech delay. Lantas, benarkah anggapan tersebut?
Ternyata menurut Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Tumbuh Kembang dan Pediatri Sosial IDAI, Prof DR Dr Rini Sekartini, SpA(K), hingga kini belum ada riset yang memperkuat anggapan anak akan telat bicara bila belajar 2 bahasa sekaligus.
"Sebenarnya secara penelitian tidak ada bukti, (tapi) secara faktor risiko iya. Tapi jika membandingkan dengan anak monolingual, anak bilingual mengetahui kata dengan jumlahnya lebih sedikit," ujar Rini dalam diskusi daring, Selasa (20/8).
Hal ini terjadi karena mungkin anak yang belajar 2 bahasa secara bersamaan, cenderung sedikit bingung dengan kata yang harus diucapkan dalam 2 bahasa.
"Jadi kalau dia punya bahasa Indonesia 50 kata mungkin kalau bilingual 25 kata bahasa Indonesia 25 kata lagi bahasa Inggris. Ya karena mereka harus memiliki kemampuan untuk 2 bahasa dalam pengertian yang sama," kata Rini.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, belajar 2 bahasa secara bersamaan tidak menjadi masalah bisa apabila anak tersebut memiliki tingkat kecerdasan yang normal. Ia akan cenderung tetap berprestasi sesuai usianya dan tidak ada keterlambatan bicara dan bahasa.
Kendati demikian, anak tersebut tetap akan lebih banyak menggunakan salah satu bahasa. Ada beberapa anak yang lancar berbahasa Indonesia maupun Bahasa Inggris, tapi lebih ekspresif saat menggunakan Bahasa Inggris. Begitu juga sebaliknya, termasuk penggunaan bahasa daerah.
Tapi, perlu diwaspadai jika anak tampak tidak menunjukkan perkembangan bicara ya, Moms. Sebab bisa jadi ia memang kebingungan dan pemahamannya dalam belajar berbicara jadi terganggu.
"Tapi kalau kita dikasih dua simulasi jenis bahasa, kemudian dua-duanya nggak berkembang, itu hati-hati kita harus drop salah satunya ya, " tegas Rini.
ADVERTISEMENT
Yang Perlu Diperhatikan Orang Tua Jika Mengajarkan 2 Bahasa pada Anak
Rini menegaskan orang tua harus benar-benar memperhatikan kemampuan dan perkembangan bicara anak, terutama pada usia 2 tahun. Sebab, usia tersebut seorang anak idealnya sudah mengerti satu atau dua instruksi.
Selain itu, anak usia dua tahun idealnya memiliki kosakata lebih dari 50 sampai 100. Pada usia dua tahun juga anak idealnya bisa merangkai kata dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Daerah atau Bahasa Inggris, dengan porsi yang sama. Bila porsinya sesuai, artinya anak tersebut memiliki kecerdasan yang baik.
"Jadi kalau kita lihat anak dengan bilingual memiliki ada yang memiliki perkembangan bahasa yang lebih baik ada juga yang tidak baik," kata Rini.
ADVERTISEMENT
Strategi yang Dapat Diterapkan agar Anak Mampu Bilingual
Salah satu tips dari dr Rini, adalah adanya pembagian tugas pada orang tua dalam penggunaan bahasa. Misalnya, Anda mengajari Bahasa Inggris, suami mengajari Bahasa Jawa atau Bahasa Indonesia.
"Kalau mau mengajarkan harus ada kesepakatan. Kalau pasangannya ekspatriat mereka masing-masing bicara dengan bahasanya, one person one language. Jadi anak, sejak bayi mendapat stimulasi 2 bahasa yang mungkin sama kualitas dan kuantitasnya, " ujar Rini.
Selain itu, bisa pula dengan cara menyekolahkan anak ke sekolah dengan bahasa yang dituju. Misalnya sekolah dengan full Bahasa Inggris dan Bahasa Mandarin.
Sehingga ketika di sekolah mereka bisa menggunakan bahasa-bahasa tersebut. Sementara di rumah bisa menggunakan bahasa Indonesia dan campuran.
ADVERTISEMENT
"Bisa juga dijadwalkan, kapan bahasa lain (dipakai) pagi, siang atau sore? Tapi dipastikan orang tuanya menguasai bahasa tersebut. Yang terjadi sekarang anaknya belajar Bahasa Inggris, Bahasa Mandarin, tapi ibu bapaknya nggak bisa (bahasa itu)," tutup Rini.