Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Benarkah Mengajari Anak Bahasa Asing Sejak Dini Membuatnya Speech Delay?
25 Januari 2024 14:25 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Namun ada yang menyebut mengajarkan lebih dari satu bahasa pada anak sejak dini justru bisa membuatnya speech delay. Sebab anak kebingungan mencerna dua bahasa, karena belum memahami konsep tersebut.
Tapi benarkah anggapan itu? Simak penjelasan lengkapnya berikut ini dikutip dari Michigan State University.
Apa Benar Ajarkan Bahasa Asing Sejak Dini Bikin Anak Speech Delay?
Banyak penelitian yang mempelajari seperti apa kondisi otak pada anak yang mendapat paparan lebih dari satu bahasa sejak dini. Salah satunya yang dilakukan oleh ahli bahasa Antonella Sorace dari Universitas Edinburgh, Skotlandia.
Menurutnya, antara usia 0-3 tahun, otak anak kecil secara unik cocok untuk mempelajari bahasa kedua karena otak berada pada tahap paling fleksibel. Bahkan bayi yang terpapar bilingual unggul dalam mendeteksi perubahan bahasa sejak usia 6 bulan.
ADVERTISEMENT
"Mereka dapat mempelajari bahasa kedua semudah mereka belajar berjalan dan mempelajari bahasa utama mereka," tuturnya.
Senada dengan Sorace, ahli pendidikan anak usia dini dari University of Washington, Tracy Trautner, juga menyebut bahasa kedua tidak berdampak negatif terhadap bahasa ibu anak.
Moms, saat dewasa, kita belajar bahasa asing dengan mempelajari tata bahasa, menghapalkan suku kata, cara pengucapannya, dan lain-lain sehingga terdengar cukup rumit. Namun anak kecil menyerap bunyi, struktur, pola intonasi, dan aturan bahasa kedua dengan sangat mudah.
"Hingga usia 8 tahun, pelajar muda mendapatkan manfaat dari telinga yang fleksibel dan otot-otot bicara yang dapat mendeteksi perbedaan antara bunyi-bunyi bahasa kedua," tutur Trautner.
Anak Bilingual Lebih Mampu Kelola Fokus dan Memecahkan Masalah
ADVERTISEMENT
Anak-anak bilingual juga disebut lebih mampu untuk mengelola fokus atau disebut memiliki fleksibilitas kognitif. Kedua sifat tersebut memerlukan pengendalian diri, suatu sifat yang sangat diinginkan dalam kelas dan kehidupan anak usia dini.
Ketika balita bilingual mencoba berkomunikasi, bahasa-bahasa di otak “bersaing” untuk diaktifkan dan dipilih. Anak harus memilih salah satu dan menekannya. Sementara di sisi lain diperlukan perhatian dan kemampuan otak untuk menjadi fleksibel, yang mungkin terjadi pada usia dini. Gangguan tersebut memaksa otak untuk menyelesaikan konflik internal, memberikan pikiran latihan yang memperkuat otot-otot kognitifnya.
Anak-anak bilingual juga lebih mahir dalam memecahkan teka-teki mental tertentu. Sebuah studi tahun 2004 yang dilakukan oleh psikolog Ellen Bialystok dan Michelle Martin-Rhee menemukan bahwa anak bilingual lebih berhasil dalam membagi objek berdasarkan bentuk dan warna dibandingkan rekan-rekan mereka yang monolingual yang kesulitan ketika karakteristik kedua (menyortir berdasarkan bentuk) ditambahkan.
ADVERTISEMENT
"Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman bilingual meningkatkan pusat komando otak, sehingga memberikan kemampuan untuk merencanakan, memecahkan masalah, dan melakukan tugas-tugas yang menuntut mental lainnya," kata Trautner.
Tugas-tugas ini termasuk mengalihkan perhatian dari satu hal ke hal lain dan mengingat informasi, seperti mengingat urutan petunjuk arah ketika bersiap ke sekolah di pagi hari atau, untuk orang dewasa, mengendarai mobil.
Meskipun anak kecil mungkin lebih mudah mempelajari bahasa kedua, ada manfaatnya juga bagi orang dewasa. Para peneliti menemukan bahwa orang dewasa muda yang menguasai dua bahasa memiliki kinerja lebih baik dalam tes perhatian dan konsentrasi lebih baik dibandingkan dengan mereka yang hanya berbicara satu bahasa.
Mereka juga merespons lebih cepat atau lebih akurat dibandingkan rekan-rekan mereka yang hanya satu bahasa, menurut Kapa dan Colombo, 2013. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh latihan yang diterima otak kita saat beralih antara satu bahasa dan bahasa lain ketika memutuskan bagaimana cara berkomunikasi. Hal ini memungkinkan kita untuk lebih fokus selama kuliah dan mengingat informasi yang relevan.
ADVERTISEMENT
Mempelajari bahasa kedua juga dapat melindungi kita dari penyakit Alzheimer. Penelitian otak baru-baru ini menunjukkan bahwa otak orang bilingual berfungsi lebih baik dan lebih lama setelah mengidap penyakit tersebut. Rata-rata, penyakit ini tertunda selama empat tahun dibandingkan dengan mereka yang hanya berbicara satu bahasa.
"Jangan takut bahwa mempelajari dua bahasa akan membingungkan atau mengalihkan perhatian anak Anda. Ingat, otak mereka fleksibel, dan keterampilan yang berkembang selain mempelajari bahasa kedua tidak dapat diukur," tegas Trautner.
Anak bilingual belajar bahwa suatu benda tetap sama meskipun benda tersebut mempunyai nama yang berbeda dalam bahasa yang berbeda (object permanence). Misalnya, kaki tetap menjadi kaki dalam bahasa Inggris dan juga Prancis. Penelitian juga berulang kali menunjukkan bahwa pembelajaran bahasa asing meningkatkan keterampilan berpikir kritis, kreativitas, dan fleksibilitas pikiran.
ADVERTISEMENT