Benarkah Mimisan saat Hamil Jadi Tanda Preeklamsia?

27 Mei 2023 9:17 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
 Ibu hamil mimisan. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ibu hamil mimisan. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Mimisan jadi keluhan yang umum di antara ibu hamil. Mimisan saat hamil bisa terjadi kapan saja selama kehamilan, namun, kondisi ini lebih sering terjadi pada trimester kedua dan ketiga, Moms.
ADVERTISEMENT
Kondisi ini dikatakan wajar, sebab, tubuh ibu memang mengalami kenaikan volume darah hingga 50 persen selama kehamilan. Akibatnya, pelebaran pembuluh darah pun terjadi dan meningkatkan risiko pendarahan.
Adanya peningkatan volume darah membuat mimisan saat hamil juga dikaitkan dengan risiko preeklamsia. Lantas, apa hubungan di antara keduanya?

Hubungan Mimisan saat Hamil dan Risiko Preeklamsia

Ilustrasi ibu hamil mimisan. Foto: Wonderplay/Shutterstock
Umumnya, mimisan saat hamil tidak berbahaya dan bisa berhenti dengan sendirinya. Namun, pendarahan hidung dengan frekuensi sering dan volume yang lebih banyak bisa menimbulkan kekhawatiran seperti komplikasi preeklamsia.
Mengutip Mom Junction, mimisan hebat pada trimester ketiga kehamilan bisa jadi salah satu tanda preeklamsia. Ini terjadi karena preeklamsia ditandai dengan tekanan darah tinggi yang merupakan penyebab potensial mimisan itu sendiri. Jika ibu memang mempunyai riwayat darah tinggi, maka risiko preeklamsia memang perlu diwaspadai.
ADVERTISEMENT
Mimisan hebat yang terjadi di akhir kehamilan secara terus menerus bisa jadi tanda sindrom HELLP, yaitu Hemolysis, Elevated Liver enzymes and Low Platelets atau Hemolisis atau Peningkatan Enzim Hati dan Trombosit Rendah yang merupakan varian langka dari preeklamsia dan sangat berbahaya bagi ibu dan janin, seperti dikutip dari Today’s Parent.
Ilustrasi hidung ibu hamil mimisan. Foto: Shutter Stock
Ibu hamil dengan sindrom HELLP tidak memiliki gejala yang khas, namun ada beberapa kondisi yang perlu diwaspadai. Mulai dari penglihatan kabur, sakit kepala berkepanjangan, pembengkakan yang tidak normal, pendarahan atau nyeri yang tidak biasa, dan protein di dalam urin.
Kendati demikian, beberapa ibu hamil lainnya mungkin tidak mengalami gejala tersebut, sehingga tidak menyadari jika dirinya menderita sindrom HELLP atau pun preeklamsia biasa. Oleh karenanya, sebaiknya Anda rutin mengecek tensi dan kesehatan selama kehamilan sebagai bentuk pencegahan dini ya, Moms.
ADVERTISEMENT
Sindrom HELLP sangat berisiko pada ibu maupun bayi di dalam kandungan. Ibu bisa mengalami gagal ginjal dan hati yang membahayakan keselamatannya. Ini biasanya ditandai dengan rasa sakit pada bagian dada, yang lebih sering dianggap sebagai akibat dari gerakan bayi
Selain itu, plasenta juga bisa terlepas kapan saja, sehingga suplai makanan dan oksigen pada bayi berhenti yang menyebabkan bayi bisa kehilangan nyawanya. Ini lah sebabnya dokter akan menyarankan ibu untuk segera melahirkan bayinya setelah didiagnosis sindrom HELLP.
Pada kasus yang parah biasanya ibu memiliki kadar trombosit yang rendah, sehingga tidak dapat melahirkan melalui operasi caesar karena suntik anestesi berisiko pada pendarahan hebat. Oleh karenanya, dokter akan menyarankan Anda untuk melahirkan secara normal, Moms.
ADVERTISEMENT