Berbahaya untuk Janin, Ini Daftar Olahraga yang Sebaiknya Dihindari Ibu Hamil

17 Maret 2020 9:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi ibu hamil berolahraga PTR Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ibu hamil berolahraga PTR Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Olahraga adalah salah satu kegiatan yang baik dilakukan ibu hamil demi menjaga kesehatan tubuh dan janin. Selain itu, kegiatan ini juga bermanfaat untuk memperbaiki pola pernapasan, membuat tubuh lebih lentur, menguatkan tulang, mengurangi stres, mencegah depresi, meningkatkan perkembangan otak janin, serta mempermudah proses persalinan nantinya.
ADVERTISEMENT
Terkait hal itu, Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan, dr. Upik Anggraheni, SpOG menganjurkan ibu hamil untuk berolahraga teratur setidaknya 2-3 kali seminggu selama 20-40 menit atau sesuai kemampuan. Dengan tidak lupa untuk selalu melakukan pemanasan dan tidak memaksakan diri saat kondisi tubuh kurang memungkinkan.
"Olahraga yang bisa dikerjakan selama hamil di antaranya, jalan, jogging, sepeda statis atau olahraga aerobik dengan intensitas rendah, berenang, dan yoga," ujarnya saat dihubungi kumparanMOM, Sabtu (14/3).
Ibu Hamil Olahraga Foto: Shutter Stock
Meski olahraga umumnya memang memberikan efek positif terhadap ibu dan janin, tapi Anda harus selektif dalam memilih olahraga saat hamil. Menurut dr. Upik ada beberapa olahraga yang perlu dihindari karena bisa membahayakan kondisi Anda dan bayi di dalam kandungan, seperti:
ADVERTISEMENT
- Bermain ski dan menunggang kuda, karena berisiko jatuh.
- Bulu tangkis, voli, atau berlari cepat. Sebab kegiatan tersebut membutuhkan tenaga yang besar dan keseimbangan yang kuat.
- Latihan squat dengan beban, sit-up penuh.
- Olahraga ekstrem, seperti panjat tebing dan hiking.
- Gerakan senam seperti berputar sambil berdiri.
- Olahraga di cuaca panas, lembap, dan berdurasi lebih dari 1 jam sehari atau 5 jam per minggu.
Ilustrasi olahraga yang dilarang untuk ibu hamil. Foto: Pixabay
Meski begitu, bila sebelum hamil Anda terbiasa melakukan olahraga dengan banyak perubahan gerak, Anda sebenarnya masih boleh melakukannya. Tapi tentunya setelah berkonsultasi dan mendapat lampu hijau oleh dokter.
"Kalau sudah terbiasa aktif sebelum hamil, termasuk atlet bisa meneruskan olahraganya dengan pengawasan. Terutama untuk olahraga yang memerlukan perubahan gerak cepat seperti tenis, bulu tangkis, dan voli. Selain itu, pastikan denyut jantung (ibu) tidak lebih dari 140 denyut per menit," kata dokter yang berpraktek di Rumah Sakit Pondok Indah IVF, Jakarta Selatan ini.
Ilustrasi ibu akan menghadapi persalinan prematur. Foto: Shutterstock
Berkonsultasi dengan dokter sebelum berolahraga penting dilakukan, sebab ada beberapa kondisi kehamilan yang tidak disarankan untuk melakukan aktivitas itu. Misalnya saja, ibu dengan kondisi penyakit jantung, penyakit paru restriktif yakni fungsi paru-paru sulit mengembang ketika bernafas, inkompetensia serviks yakni kondisi medis di mana serviks mulai memendek atau terbuka sebelum masa kehamilan penuh.
ADVERTISEMENT
"(Ibu) Persalinan prematur, ketuban pecah dini, preeklamsia, dan pendarahan seperti plasenta previa, dan kontraksi prematur, harus menghindari olahraga berat," tutupnya.
Jadi, olahraga saat hamil sebenarnya tidak dilarang, bahkan justru dianjurkan. Namun Anda harus tetap memperhatikan intensitas dan jenis olahraganya untuk menjaga keselamatan Anda dan janin.