Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Berkenalan dengan Doula, Sahabat Ibu Hadapi Persalinan
9 Februari 2019 12:36 WIB
Diperbarui 27 Juni 2019 19:14 WIB
ADVERTISEMENT
Setiap ibu hamil tentu menginginkan proses persalinan yang tenang, nyaman dan tak berisiko. Salah satu faktor penunjang keberhasilan itu ialah dengan memilih pendamping persalinan yang tepat, seperti suami atau dokter kandungan. Tak hanya suami atau orang tua, kini hadir profesi baru yang khusus disiapkan untuk mendampingi ibu saat bersalin, yaitu doula.
Kata doula sendiri berasal dari bahasa Yunani yang berarti women's servant atau pelayan perempuan. Ya, doula merupakan sebutan untuk pendamping persalinan non-medis. Ia bisa saja bukanlah dokter, suster, ataupun bidan.
Sejak tahun 2012, profesi doula mulai dikenal oleh masyarakat di Indonesia. Sosoknya kian populer seiring banyaknya artis tanah air yang menggunakan jasanya. Sebut saja Atiqah Hasiholan, Ardina Rasti, Putri Titian, Nycta Gina, atau Rachel Vennya.
ADVERTISEMENT
Padahal, penggunaan jasa doula sebenarnya bukanlah tren baru. Sebuah jurnal yang diterbitkan American Association of Critical-Care Nurses (AACN) menjelaskan bahwa penggunaan jasa doula sudah ada sejak tahun 1980-an. Sejak saat itu, praktik jasa doula mulai berkembang di berbagai negara, seperti Amerika Serikat, Prancis, Belgia, Afrika Selatan, dan Finlandia.
Untuk mengenal lebih jauh soal doula, kumparanMOM berbincang dengan Ashtra Ashri Dymach. Dia adalah seorang doula sekaligus pendiri komunitas Halo Ibu yang berfokus pada dunia ibu. Menurut Ashtra, doula memiliki peran yang sangat penting dalam mendampingi dan memberikan dukungan kepada calon ibu baik sebelum maupun setelah melahirkan. Bentuk dukungan yang diberikan oleh doula berupa dukungan fisik, emosional, dan informasi yang berkesinambungan.
"Doula itu seorang perempuan yang memberikann support secara continuity kepada ibu saat masa melahirkan dan sesudah melahirkan. Supportnya tidak medical, tapi lebih kepada psikologi, spiritual, fisikal dan emosional. Tidak secara medical", ujar Ashtra, Selasa (7/2).
Hal itu sejalan dengan hasil penelitian yang diterbitkan oleh DONA (Doulas of North America) yang menunjukkan doula punya berbagai dampak positif bagi ibu yang akan melahirkan. Misalnya saja bisa membantu ibu yakin menentukan pilihannya, mengurangi penggunaan obat nyeri, serta membuat ibu lebih percaya diri saat bersalin.
Saat proses melahirkan, doula bukan hanya fokus mendampingi ibu, melainkan juga calon ayah terutama ayah baru yang juga panik menghadapi proses kelahiran sang istri.
"Siapa aja sih yang disupport seorang doula? Itu biasanya adalah ibu, ayah. Karena pada saat melahirkan, ada seorang anak yang dilahirkan, ada seorang ibu yang menjadi ibu, ada seorang ayah. Maka supportnya ke semuanya. Yang terutama ibu. Malah saya sama klien saya sering support ke bapaknya," kata Ashtra.
Meski sedang tren di kalangan ibu milenial, ternyata profesi doula belum diakui secara resmi di Indonesia, Moms. Bukan hanya itu, dalam lingkup medis pun, belum semua rumah sakit, dokter atau perawat menyambut baik kehadiran doula di ruang bersalin sebagai pendamping ibu. Oleh karenanya, Ashtra dan teman-teman doula lainnya kini sedang berjuang untuk mengatur regulasi profesi doula.
"Doula itu belum ada regulasinya. Tapi aku sama teman-teman lagi mau mengusahakan supaya ada (regulasinya), karena kebutuhannya sudah tinggi. Kenapa kebutuhan doula itu hadir? Karena di zaman metropolitan seperti ini, perempuan-perempuan pada sibuk, comunity enggak ada, bahkan ibu bisa lahiran sendiri karena suami sibuk kerja, dan mungkin ibunya lagi kerja juga. Kebutuhannya udah high demand tapi regulasinya belum ada. Ada beberapa RS yang sudah bikin regulasi sendiri dan kita diakui ada juga RS yang masih asing," jelas Ashtra.
ADVERTISEMENT
Ashtra kembali menekankan dengan tegas bahwa peran doula tidak akan mengantikan peran dokter, perawat ataupun tenaga medis yang mendukung persalinan ibu.
"Yang pasti kita tidak menggantikan peran dokter ataupun suster ataupun bidan. Tapi kita sams-sama berkolaborasi. Dokter kan banyak pasien. Kadang ibu kan pengen ada satu support yang terus menerus yanga ada situ," ujar Ashtra.
Untuk menggunakan jasa doula, kata Ashtra, calon ibu terlebih dahulu harus mengikuti kelas yang dibuat oleh komunitasnya. Di sana berkenalan terlebih dahulu antara si doula, calon ibu dan calon bayinya. Karena butuh proses yang cukup panjang untuk mendapatkan chemistry antara ibu, bayi dan doula.
"Doula ini kan jodoh-jodohanan ya. Karena belum tentu berjodoh. Belum tentu doulanya mau, atau belum tentu ibunya mau. Ngobrol dulu sama bayinya mau enggak dia. Kan ada penelitiannya tuh. Misalnya ketuk dua kali ya kalo kamu mau sama doula Ashtra," katanya.
ADVERTISEMENT
Menjadi seorang doula, tak harus memiliki latar belakang di dunia medis. Siapa pun yang mempunyai keinginan untuk membantu ibu bersalin bisa menjadi doula. Namun, untuk menjadi profesional, doula minimal harus mengantongi sertifikat dari lembaga doula internasional, seperti DONA atau Doula of United Kingdom.
Oleh karenanya Ashtra menyarankan calon ibu bersama pasangan untuk mencari tahu terlebih dahulu latar belakang si doula yang hendak menjadi pendamping ketika bersalin nanti.
"Cari doula itu cari yang ada organisasinya. Kalau aku tuh dibawah DONA. Cari doula yang sudah ter-training dari organisasi yang udah mapan. Jangan mereka mengaku sebagai doula tapi mereka belum ditraining gitu. Cari tahu guru mereka siapa," kata Ashtra.
Berapa biayanya?
Biaya penggunaan doula sebenarnya bervariasi. Karena sejatinya, doula itu bukan hanya profesi sebagai pendamping ibu pada saat proses bersalin.
Jika butuh sahabat dan pendamping pascamelahirkan, ibu juga bisa menggunakan jasa postpartum doula. Peran postpartum doula bukan sebagai konsultan ASI atau jasa pijat bayi, melainkan membantu dan mendampingi ibu mencarikan informasi-informasi yang dibutuhkan pascamelahirkan.
"Macam-macam. Aku start from aja ya, lingkaran ibu doang itu 350 ribu, lingkaran ibu tuh berarti support prenatal dan post natal. Kalau mau temani lahiran semuanya paket mulai dari 5 juta, itu udah ikutan kelas, udah ikut ditemani lahiran, bikin birthplan, dan postpartum ditemani juga. Jadi sebenarnya bisa berapa aja sih. Kelas kehamilan bisa satu juta doang. Kalau kelas prenatal cuam 350 doang," kata Ashtra.
ADVERTISEMENT
Dhini Hidayati adalah seorang ibu dari satu anak yang turut menggunakan jasa doula. Ia mengaku bahwa sangat terbantu sekali dengan adanya kehadiran doula. Karena ia bisa mendapatkan banyak informasi tentang persalinan
"Kalau anak pertama, cucu pertama buat keluarga. Kita enggak tahu situasi ruang bersalin yang kita hadapi, sehingga kita enggak tahu apakah pilihan yang kita ambil itu pilihan terbaik atau tidak. Kalau aku enggak ketemu doula, aku enggak tahu bahwa minus gede itu ternyata enggak berpengaruh pada melahirkan normal", ujar Dhini kepada kumparanMOM, Kamis (8/2).
Doula Tak Hanya Dampingi Ibu yang Bersalin Normal
Selama ini masyarakat mengenal doula sebagai pendamping ibu yang hanya melahirkan secara normal. Padahal sebenarnya doula bisa menjadi pendamping ibu bersalin sesuai dengan metode apa pun yang dipilih oleh ibu. Misalnya seperti bersalin caesar, home birth, dan sebagainya.
"Tergantung ibu. Caranya seperti apa enggak masalah, mau normal, caesar itu tergantung ibu. Yang penting ibunya tahu dan sadar apa yang dia pilih dan dia terinformasi dengan baik apa pilihannya dan hak dia yang bisa dia dapat pada saat persalinan dan setelah melahirkan. Karena sebagian ibu tidak tahu haknya yang dia dapatkan saat persalinan. Aku pernah kok nemenin istrinya dokter ke dalam ruang operasi", ujarnya.
ADVERTISEMENT
Itulah mengapa Ashtra menyarankan setiap ibu hamil penting untuk membuat birthplan atau perencanaan kelahiran yang sangat matang. Birthplan menjadi alat diskusi ibu dengan dokter ataupun bidan. Karena setiap ibu punya keinginan dengan cara melahirkan yang berbeda-beda.
"Birthplan itu penting. Dan perencanaan postpartum mau kaya gimana. Mau nikah aja persiapannya 1000 persen apalagi mau welcoming baby. Jangan sampai pas nikah lebih matang persiapannya daripada kelahiran. Ibu harus punya plan A, B, C, D mulai dari RS dan siapa yang nanti ada di situ untuk mendampingi", katanya.
Birthplan merupakan rencana yang berisikan keinginan ibu yang perlu diinformasikan kepada tenaga kesehatan yang akan membantu proses kelahiran. Birthplan berisikan proses yang diingkan sesaat sebelum melahirkan, saat persalinan, pilihan cara melahirkan, permintaan untuk perawatan bayi setelah melahirkan serta hal-hal yang ibu ingin hindari pada saat-saat tersebut.
Birthplan juga menjadi sarana berdiskusi dengan suami. Ya, suami juga perlu tahu tentang apa yang diingankan dan dipikirkan ibu mengenai proses persalinan.
Lalu bagaimana jika Anda tak punya budget khusus untuk menggunakan jasa doula?
ADVERTISEMENT
Tenang Moms. Bila Anda tak punya budget khusus untuk menggunakan jasa doula, Ashtra menyarankan agar calon ibu aktif mengikuti kelas-kelas yang memberikan materi tentang hal-hal yang perlu dilakukan ataupun dipersiapkan baik sebelum dan sesudah melahirkan.
"Ikut preparation child birth. Ikut kelas persiapan kelahiran. Baca buku, berkenalan dengan doula, ngobrol dengan doula, dan buat birthplan", kata Ashtra.
Nah Moms, bagaimana dengan Anda, tertarik menggunakan jasa doula saat bersalin nanti?
Yuk, ikuti terus konten spesial Heboh Persalinan Zaman Now persembahan kumparanMOM.