Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Autis atau autisme merupakan kelainan atau gangguan pada fungsi orak dan saraf, yang dapat memengaruhi seseorang dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Namun sayangnya, pada beberapa anak , autisme tidak terdiagnosis hingga usia remaja, sehingga tidak mendapat penanganan lebih dini.
ADVERTISEMENT
Menurut Dokter Spesialis Anak Konsultan Neurologi Prof. Dr. dr. Hardiono D. Pusponegoro, SpA(K), orang tua sebenarnya sudah mulai bisa mengamati gejala autisme sejak usia bayi.
Misalnya, ketika bayi berusia 4 bulan, apakah ia sudah mulai merespons ketika diajak ngobrol atau bermain. Kemudian, saat berusia 6 bulan, apakah si kecil menengok ketika dipanggil. Setelah berusia setahun dan bayi tidak menunjukkan tanda-tanda merespons tersebut, maka cobalah untuk membawanya ke dokter.
"Diagnosa autisme sudah bisa dari 18 bulan, itu semua dokter anak sudah bisa mendiagnosanya. Asal enggak lebih dari umur 5 tahun. Bisa aja tapi kemungkinannya kecil. Umur 4 tahun telat saja sudah pusing," ucap Dr. Hardiono dalam press conference Spekix 2024 di Jakarta Selatan, Kamis (25/4).
ADVERTISEMENT
Begitu dokter mendiagnosa anak mengalami autisme, maka perlu tindakan intervensi yang tepat. Dr. Hardiono menjelaskan, dari banyaknya jenis terapi, biasanya ada terapi yang bisa dilakukan di awal pada anak dengan autisme, yaitu Terapi Sensori Integrasi (Sensory Integration Therapy) dan Terapi Perilaku (Behavioral Theraphy).
"Dari sekian banyak yang kita kerjakan [di awal] cuma satu, sensory integration. Dari anak umur kecil sudah bisa, tapi enggak ngajarin ngomong dulu, tapi ngajarin agar anak lebih attach sama kita. Begitu dia bisa, baru masuk terapi behaviour yang punya macam-macam metodenya," tuturnya.
Apakah Anak dengan Autisme Bisa Sembuh?
Pertanyaan ini mungkin yang paling banyak ditanyakan oleh orang tua ketika anaknya terdiagnosis autisme. Dr. Hardiono sendiri menyebut belum diketahui secara pasti penyebab autisme pada anak.
ADVERTISEMENT
Namun, ketimbang mengkhawatirkan penyebabnya, Dr. Hardiono menyarankan orang tua tidak telat membawa anaknya jika menunjukkan gejala autisme sedikit pun. Termasuk jika Anda ragu apakah yang dialami si kecil autisme atau bukan. Ya Moms, semakin dini terdeteksi, maka terapi bisa dilakukan lebih cepat.
"Cuma yang penting kalau dia cepat didiagnosisnya ketika usia 18 bulan, sudah bisa [diterapi]. Kalau terapinya tepat, sebagian besar, 75-85 persen sudah baguslah, anak bisa ngomong," kata Dr. Hardiono.
Akan tetapi, diakui Dr. Hardiono bahwa autisme adalah kondisi yang tidak bisa disembuhkan. Namun, dengan beberapa metode terapi yang rutin dilakukan, maka anak dengan autisme bisa lebih mudah menyesuaikan diri kelak.
"Banyak yang bilang enggak bisa sembuh. Tapi bisa tidak terlihat gejalanya. Kira-kira sampai 30 persen gejalanya bisa tidak kelihatan lagi kalau dia autis," ucap dia.
ADVERTISEMENT
Bahkan, bukan tidak mungkin ke depannya anak dengan autisme yang rutin melakukan terapi bisa bersekolah seperti anak-anak lainnya. Bahkan, peluangnya bisa sampai 50 persen mereka bisa ikut melanjutkan pendidikan hingga ke sekolah menengah dan perguruan tinggi.
"Syaratnya harus ketemu gejalanya, sejak [usia] kecil terapinya. Dan mesti bener, enggak sembarangan. Makanya, Spekix hadir tujuannya untuk membantu. Semua penelitian bilang bantuan dari orang tua itu sangat menolong. Tapi enggak sembarangan dilakukan, supaya bisa dilakukan tindakan yang betul-betul tepat," tutup dia.
Nah Moms, jangan lewatkan untuk hadir dalam acara Special Kids Expo (Spekix) 2024 yang diselenggarakan pada 11-12 Mei 2024 di Jakarta Convention Center. Anda bisa mendaftarkan diri dengan registrasi di laman www.spekix.id.
ADVERTISEMENT