Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Semua masalah plasenta tersebut dapat membahayakan keselamatan ibu dan bayi. Tak jarang, masalah plasenta membuat ibu harus melahirkan melalui operas caesar, menyebabkan kelahiran dini atau prematur, hingga risiko pendarahan.
Lantas, bagaimana setelah persalinan? Apakah plasenta juga masih bisa menimbulkan masalah usai si kecil lahir?
Kemungkinan Masalah Plasenta Usai Melahirkan
Jika ibu melahirkan pervaginam, plasenta atau yang lebih dikenal dengan ari-ari akan keluar beberapa saat setelah bayi. Tapi, ketika plasenta tidak kunjung keluar hingga lebih dari 30 menit setelah bayi lahir, ini bisa menandakan adanya masalah, Moms.
Mengutip Mother Love, masalah plasenta setelah melahirkan biasanya terjadi pada kasus plasenta akreta dan retensi plasenta. Plasenta akreta merupakan suatu kondisi di mana plasenta tumbuh terlalu dalam ke dinding rahim. Sementara itu, retensi plasenta terjadi ketika sebagian atau seluruh plasenta tersangkut di belakang otot rahim. Kedua kondisi tersebut bisa menyebabkan tertinggalnya sebagian atau seluruh plasenta di dalam rahim setelah bayi lahir.
ADVERTISEMENT
Lantas, apa dampaknya?
Moms, pelahiran plasenta akan mempengaruhi kelancaran aktivitas menyusui Anda. Plasenta menghasilkan banyak progesteron selama kehamilan, di mana hormon tersebut menekan kadar prolaktin yaitu hormon utama yang mendukung produksi ASI.
Ketika plasenta lahir, kadar progesteron akan turun dan memungkinkan prolaktin bekerja. Sebaliknya, jika plasenta tertinggal, maka kadar prolaktin tidak dapat meningkat sehingga produksi ASI pun bisa jadi terhambat atau bahkan tidak keluar sama sekali.
Tak sampai di sana, masalah plasenta setelah melahirkan juga bisa menyebabkan ibu mengalami pendarahan hebat selama masa nifas. Hal ini membuat tekanan darah ibu turun sangat rendah sehingga gagal bersirkulasi ke kelenjar pituitarinya. Kondisi ini dapat menyebabkan beberapa sel tubuh berhenti berfungsi dan jika ibu kehilangan banyak darah, ia berisiko mengalami sindrom sheehan dan kerusakan permanen pada fungsi kelenjar pituitarinya.
ADVERTISEMENT
Kelenjar pituitari juga berperan dalam produksi hormon prolaktin. Artinya, jika proses produksi hormon terganggu, maka produksi ASI juga bisa mengalami hal yang sama, Moms. Oleh karenanya, sangat penting bagi ibu untuk memantau volume darah nifas, karena pendarahan hebat pascapersalinan menjadi salah satu gejala umum masalah plasenta yang tidak terdiagnosis selama kehamilan.