Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
BKKBN: 20,9% Anak Indonesia Kehilangan Sosok Ayah, Apa Penyebabnya?
3 Februari 2025 18:00 WIB
ยท
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
"Saat ini masyarakat Indonesia mulai kehilangan sosok ayah dalam mengasuh anak di keluarga. Ayah hanya mengurus ekonomi keluarga, namun lupa mengasuh anak, padahal anak juga butuh sentuhan psikologis. Maka, jika ada kekerasan pada anak, jangan pernah menyalahkan anak," katanya dalam keterangan resmi di Jakarta, seperti dikutip dari Antara, Senin (3/2).
Padahal, kehadiran sosok ayah dalam pola asuh anak dapat mencegah budaya kekerasan terhadap anak yang belakangan semakin meningkat.
"Kekerasan terhadap anak dapat dihilangkan dengan pola asuh yang baik, berdasarkan akhlak mulia berbasis pada kesadaran bersama, karena untuk menciptakan generasi masa depan yang kuat, tidak hanya melalui akademik, tetapi juga dimulai dengan pembentukan karakter di lingkungan keluarga," ujar dia.
Dampak Bila Anak Kehilangan Sosok Ayah
Menurut Wihaji, ada beberapa penyebab lain yang membuat anak Indonesia kehilangan kehadiran sosok ayah, seperti perceraian, hingga bekerja di tempat yang jauh.
ADVERTISEMENT
Tidak adanya dukungan psikologis dari ayah, ternyata bisa berdampak buruk bagi anak.
"Hal itu dapat berdampak pada perkembangan anak, menyebabkan meningkatnya gangguan emosi dan sosial, risiko penyalahgunaan NAPZA, performa akademik lebih rendah, risiko kenakalan remaja, hingga karakter maskulin anak laki-laki yang menjadi kabur, menyebabkan hilangnya karakter kepemimpinan pada mereka," paparnya.
Untuk mengatasi hal tersebut, Kemendukbangga/BKKBN memiliki lima program hasil cepat atau quick win untuk menjalankan Astacita Presiden dan Wakil Presiden.
Terkait pembentukan karakter anak, Wihaji mengenalkan Gerakan Ayah Teladan (GATE), yang merupakan salah satu dari lima quick win, sebagai upaya membangun karakter orang tua, khususnya ayah untuk belajar mengasuh anak.
"Saat ini sebagian besar keluarga yang mengasuh anak kita adalah media sosial, karena mereka berjam-jam berdiskusi dan ngobrol dengan media sosial, dibandingkan ngobrol dengan orang tuanya, khususnya ayah. Bahkan, ada ayah dan anaknya ketemu bareng, tetapi sama-sama memegang ponsel, sama-sama asik dengan dunianya sendiri," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Ketika ayah tidak hadir di dalam pola asuh anak, menurutnya, dapat menyebabkan berbagai dampak buruk untuk mentalnya.
"Anak menjadi lemah lunglai, tidak kuat menghadapi tantangan, dan sedikit manja, maka, sempatkanlah bagi ayah untuk ngobrol dengan anak," tutup Wihaji.