BKKBN: KB Bisa Cegah Stunting hingga HIV

29 Juli 2022 17:03 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi keluarga bahagia dengan satu anak saja. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi keluarga bahagia dengan satu anak saja. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Alat kontrasepsi banyak digunakan pasangan suami istri untuk menunda kehamilan atau mengatur jarak usia antar anak. Hal ini dikenal dengan program keluarga berencana (KB) yang digalakkan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas kesehatan dan kebahagiaan keluarga.
ADVERTISEMENT
Namun, hingga saat ini masih banyak pasangan suami istri yang melewatkan KB karena alasan tertentu. Menurut Deputi Kepala BKKBN Pusat, dr. Eni Gustina, MPH, fenomena ini menjadi satu dari banyaknya hambatan dan tantangan yang dialami BKKBN dalam meningkatkan angka pengguna KB di Indonesia.
“Masih banyak hambatan yang dialami BKKBN untuk meningkatkan KB termasuk tantangan sosial dan demografi (akses masyarakat pada layanan KB), hingga kurangnya dukungan suami pada istri untuk menggunakan KB. Hal ini kemudian menyebabkan meningkatnya angka kehamilan yang tidak diinginkan dan risiko stunting pada anak,” ungkap dr. Eni dalam acara Media Workshop Pre-Launching Family Planning 2030 di Hotel Wyndham, Rabu (27/7).
Melihat hal tersebut, BKKBN berkomitmen untuk meningkatkan pengguna KB agar keluarga dan anak-anak memiliki kualitas kesehatan yang baik melalui program Family Planning 2030 bekerja sama dengan UNFPA Indonesia dan Yayasan Cipta.
ADVERTISEMENT

Strategi BKKBN Tingkatkan KB untuk Cegah Stunting pada Anak

ilustrasi keluarga bahagia Foto: Shutterstock
BKKBN berencana melakukan pendampingan lebih mendalam pada keluarga untuk mensosialisasikan KB yang fokusnya adalah mengurangi angka stunting pada anak. Ini menjadi ujung tombak untuk mengidentifikasi alat kontrasepsi yang dibutuhkan pasangan, baik yang baru menikah, ibu hamil, serta ibu yang memiliki bayi atau balita.
“Kita akan melakukan pendampingan pada keluarga untuk sosialisasi KB dengan fokus mengurangi angka stunting pada anak,” kata dr. Eni.
Tingginya angka kematian ibu dan bayi serta risiko stunting pada anak-anak bisa terjadi karena kurangnya informasi valid yang diterima masyarakat. Sosialisasi ini akan meningkatkan pengetahuan keluarga terutama ibu tentang pentingnya menjaga kesehatan reproduksi dengan program KB agar si kecil terhindar dari risiko stunting.
ADVERTISEMENT
“KB dan kesehatan reproduksi juga dapat mencegah penyakit keganasan pada pasangan usia lanjut (45-49 tahun), serta risiko HIV dan AIDS pada pasangan usia subur,” lanjut dr. Eni.
Benda apakah ini? Foto: Shutter Stock
Peningkatan layanan KB di berbagai fasilitas kesehatan baik yang di bawah pemerintahan maupun swasta juga menjadi strategi BKKBN untuk meningkatkan akses KB terutama bagi masyarakat marjinal (pedesaan). Hal ini bisa dilakukan dengan meningkatkan layanan konseling dan pembiayaan pelayanan yang bisa memanfaatkan kartu jaminan kesehatan sosial seperti BPJS.
“Untuk meningkatkan faskes kita berupaya pelayanan KB ini masuk dalam sistem akreditasi di RS, kemudian adanya kerja sama dengan faskes swasta termasuk praktik mandiri bidan dan klinik untuk memperluas jaringan KB yang bisa diakses masyarakan dengan jaminan kesehatan seperti BPJS,” jelas dr. Eni.
ADVERTISEMENT
BKKBN juga akan dengan cermat melakukan seleksi produk yang memenuhi kaidah. Sehingga, alat kontrasepsi dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dengan kualitasnya yang baik.