news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Bolehkah Bayi Makan Sate?

14 Oktober 2021 11:21 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bolehkah Bayi Makan Sate? Foto: Thinkstock
zoom-in-whitePerbesar
Bolehkah Bayi Makan Sate? Foto: Thinkstock
ADVERTISEMENT
Ada begitu banyak jenis sate atau satai yang dikenal di Indonesia. Semuanya enak dan menggugah selera. Tak heran bila makanan khas yang satu ini disukai banyak orang dari berbagai usia.
ADVERTISEMENT
Sate juga kerap dijadikan hidangan istimewa yang dinikmati bersama anggota keluarga. Tapi bagaimana dengan bayi? Apa boleh ikut makan sate?

Kata Dokter soal Boleh Tidaknya Bayi Makan Sate

Bolehkah Bayi Makan Sate? Foto: Shutterstock
Bayi boleh saja makan sate. Namun yang perlu diperhatikan adalah kandungan bumbu sate yang diberikan pada bayi. Terutama bila sate tersebut dibeli atau bukan dimasak sendiri di rumah.
"Kalau kita beli makanan tentu kandungan natriumnya sangat tinggi apalagi untuk anak" kata Dokter Spesialis Gizi Klinik, dr. Jovita Amelia, Sp.GK,. kepada kumparanMOM, Senin (11/10).
Ia pun menjelaskan bahwa rekomendasi pemberian garam untuk bayi hingga usia 12 bulan, yaitu kurang dari 1 gram sehari atau sekitar kurang dari 0,4 natrium. Kemudian, usia 1 hingga 3 tahun, yaitu kurang dari 2 gram sehari atau sekitar 0,8 natrium.
ADVERTISEMENT
"Jadi pada anak kurang dari 1 tahun atau 12 bulan, sebaiknya hindari pemberian garam tambahan, termasuk yang ada di makanan-makanan," paparnya.
Selain itu, dokter yang berpraktik di Ciputra Hospital Citra Garden City, Jakarta Barat ini mengingatkan orang tua untuk memperhatikan tekstur dari sate atau makanan apa pun yang diberikan pada bayi.
Ya Moms, bayi yang baru mulai MPASI misalnya, tentu tekstur makanan padat yang diberikan adalah lumat (puree). Karena itu bila hendak memberi bayi sate, lebih baik buatlah sendiri di rumah.

Tips Beri Bayi Sate Buatan Sendiri

Bolehkah Bayi Makan Sate? Foto: Shutterstock
Saat membuat sate untuk bayi, pertimbangkan jenis daging yang akan digunakan. Menurut Jovita, sebaiknya daging kambing baru diberikan saat si kecil berusia 7-10 bulan.
ADVERTISEMENT
Orang tua sebaiknya juga tidak memberi bayi jeroan, babat, otak, dan usus kambing. Perlu diingat pula, bukan daging kambing yang menyebabkan darah tinggi melainkan banyaknya garam yang Anda masukkan saat memasaknya.
"Boleh saja diberikan kepada bayi sebagai MPASI. Asalkan pilih bagian yang mengandung paling sedikit lemak. Karena bayi hanya bisa makan yang teksturnya halus, sebaiknya daging kambing digiling atau dicincang halus,” tambah Jovita.
Ilustrasi Daging Kambing untuk MPASI Bayi Foto: Shutterstock
Selain itu, Jovita berpesan untuk memperhatikan tingkat kebersihan dan kematangan daging sate. Jangan beri bayi daging setengah matang maupun yang dimasak terlalu kering atau overcooked.
Sama halnya dengan makanan bayi lain, daging juga berpotensi menimbulkan alergi. Untuk mengetahui hal itu, berikan satu per satu jenis daging pada bayi selama 4 hari. Setelah itu pantau apakah si kecil mengalami alergi.
ADVERTISEMENT
Tanda-tanda alergi bisa dilihat apakah dia mengalami diare atau mengalami ruam pada kulitnya. Bila tidak memiliki tanda-tanda tersebut, berarti bayi tidak mengalami alergi.