Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Ternyata, menurut psikiater anak bersertifikat asal Kanada, Dr. Willough Jenkins, salah satu kesalahan pengasuhan anak yang paling sering terjadi adalah menyuruh anak berhenti menangis. Kenapa?
"Memberi tahu anak-anak agar tidak menangis itu kita seperti mengirimkan sinyal bahwa perasaan mereka tidak valid. Padahal, menangis adalah cara alami untuk mengekspresikan emosi. Dan penting bagi anak-anak untuk merasa aman dengan menunjukkan apa yang mereka rasakan," ungkap Jenkins, seperti dikutip dari New York Post.
Ia pun menyarankan orang tua agar menunjukkan rasa nyaman dan terbuka ketika anaknya ingin menangis.
"Tidak apa-apa untuk merasa sedih, dan mari kita sebagai orang tua untuk membicarakan apa yang ia rasakan," tuturnya.
Sementara spesialis anak dari Cook Children's Medical Center di Fort Worth, Texas, Amerika Serikat, Ashley Pagenkopf, menuturkan bahwa menangis adalah tahapan yang wajar pada setiap usia anak.
ADVERTISEMENT
"Menangis adalah mekanisme tubuh untuk melepaskan hormon oksitosin dan endorfin, dua hormon 'perasaan senang' yang dapat meningkatkan perasaan tenang pada anak," ucap Pagenkopf.
Bahkan, orang tua yang dapat menunjukkan rasa kasih sayang ketika menemani anak menangis, maka lebih tinggi kemungkinannya memiliki ikatan kuat dengan anaknya.
"Penelitian telah menunjukkan bahwa respons orang tua terhadap tangisan anak memengaruhi cara ia mengatur emosinya sendiri. Dan seiring waktu, jika respons orang tua justru negatif, maka pada akhirnya anak akan memiliki regulasi emosi yang buruk," ungkap dia.
Lantas, Bagaimana Merespons Anak yang Sedang Menangis?
Pagenkopf menyarankan Anda untuk mengucapkan kata-kata yang menenangkan ketika melihat anak menangis, misalnya "Enggak apa-apa kalau mau menangis. Yuk, kita juga sambil tarik napas dalam-dalam", "Nak, kamu lagi merasa kesulitan, ya? Enggak apa-apa, ibu di sini nemenin kamu".
ADVERTISEMENT
Pusat pelatihan untuk terapis, Gottman Institute, juga menyarankan orang tua agar mengajari anak-anak mereka tentang perasaan sedih yang muncul.
Kemudian, setelah menangis, ahli menyarankan barulah Anda bisa bertanya tentang apa yang membuat si kecil menangis. Bila anak sudah lebih besar, minta ia untuk memberi label pada perasaan mereka, seperti: sedih, frustrasi, marah, dan sebagainya. Anak juga bisa diajari bagaimana mengenali perasaannya sedang tidak baik-baik saja. Contoh, kalau lagi kesal, wajar saja bila wajahnya jadi memerah.
Bagaimana bila anak pura-pura menangis? Sebelum itu, Anda perlu memahami alasan anak pura-pura menangis karena bisa jadi ada kebutuhan yang ia ingin orang tua melakukannya.
"Pura-pura menangis adalah mengkomunikasikan kebutuhan anak yang layak dieksplorasi. Dan dengan berkata 'berhenti menangis', tidak membuat Anda mengeksplorasi apa yang ia butuhkan," tutup Jenkins.
ADVERTISEMENT