Bolehkah Mencampur Susu Formula dengan Madu?

1 Oktober 2018 17:57 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Amankah bila sering ganti susu formula? (Foto: Shuterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Amankah bila sering ganti susu formula? (Foto: Shuterstock)
ADVERTISEMENT
Ketika anak memasuki usia 6 bulan, kebutuhan nutrisi anak tentunya akan mulai bertambah dan tidak hanya cukup didapatkan dari ASI maupun susu formula. Rasa ingin mencampur berbagai makanan untuk si kecil pun tentu Anda rasakan ketika anak sudah diperkenalkan dengan makanan pendamping ASI atau MPASI .
ADVERTISEMENT
Salah satu jenis makanan yang mungkin akan Anda pertimbangkan untuk dicampurkan ke dalam susu formula adalah madu. Selain rasanya yang manis, madu memang memiliki banyak manfaat kesehatan untuk tubuh manusia, termasuk untuk anak.
Tapi, benarkah susu formula boleh dicampurkan dengan bahan makanan lain, termasuk dengan madu?
Untuk menjawab hal itu, kumparanMOM menghubungi dr Yogi Prawira, SpA, dokter spesialis anak di RSUPN Cipto Mangunkusumo. Dokter Yogi membenarkan bahwa madu dan susu itu memang memiliki banyak manfaat. Tapi sebelum Anda mencampurnya, bayi terlebih dahulu harus berusia satu tahun.
Ilustrasi Madu untuk Anak (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Madu untuk Anak (Foto: Pixabay)
“Madu dan susu memiliki banyak manfaat. Tapi sebelum Anda memberikan madu, pastikan usia anak sudah lebih dari satu tahun. Tidak ada aturan baku yang melarang susu untuk dicampur dengan madu, hanya saja pastikan madu atau susu diberikan dalam kondisi hangat dan bukan panas,” jelas dr Yogi kepada kumparanMOM beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
Namun, meski bisa dicampur, dr Yogi juga menegaskan bahwa susu formula sudah memiliki rasa manis, sehingga Anda harus mempertimbangkan rasanya, Moms.
Madu meredakan batuk. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Madu meredakan batuk. (Foto: Thinkstock)
Seperti dijelaskan dalam laman resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), konsumsi madu untuk bayi berusia kurang dari satu tahun dapat meningkatkan risiko infant botulism atau penyakit botulisme pada bayi. Infant botulism terjadi akibat toksin yang diproduksi oleh kuman Clostridium Botulinum. Clostridium Botulinum adalah bakteri gram positif bersifat anaerob yang dapat ditemukan di dalam tanah yang dapat terbawa oleh udara. Nah, spora Clostridium Botulinum ini ternyata juga dapat ditemukan pada madu.
Bayi yang menelan spora Clostridium Botulinum berisiko mengalami infant botulism karena masih belum lengkapnya flora normal pada usus bayi, sehingga belum dapat berkompetisi dengan spora yang masuk ke saluran cerna. Perbedaan pH pada saluran cerna memungkinkan pertumbuhan spora Clostridium Botulinum yang masuk ke usus bayi.
ADVERTISEMENT
Clostridium Botulinum yang masuk ke dalam saluran cerna bayi akan menyerang sistem saraf bayi dan menyebabkan kelemahan otot. Gejala yang tampak pada bayi yang mengalami infant botulism antara lain: lesu, lemas, sesak napas, malas menyusu, sulit menelan, sembelit, sulit membuka mata, dan mulut kering.
Ingat juga, kalau ASI adalah sumber nutrisi terbaik untuk bayi. Sehingga, jika tidak ada indikasi medis dari dokter, bayi sebaiknya mendapat ASI hingga berusia dua tahun atau lebih, Moms.