Campak Pada Anak, Kenali Gejala, Komplikasi, dan Cara Pencegahannya!

1 Mei 2025 11:09 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Campak. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Campak. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Kasus campak tengah mengalami peningkatan di sejumlah negara, termasuk di salah satu daerah di Indonesia. Tepatnya di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan, yang tercatat sebanyak 18 orang menjadi pasien campak. Imbasnya, pemerintah setempat menetapkan kejadian luar biasa (KLB) karena angka kasus campak yang melonjak tajam.
ADVERTISEMENT
Menurut Plt Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Kabupaten Tanah Laut, Hadiansyah Noor, sejauh ini tidak ada pasien campak yang meninggal dunia. Kebanyakan pasien merupakan anak-anak berusia 9 bulan hingga 7 tahun.
Hadiansyah Noor menyebut, kenaikan kasus campak ini disebabkan beberapa faktor. Salah satunya cakupan imunisasi yang hingga kini baru mencapai 80 persen, padahal targetnya minimal 90 persen.
Lebih lanjut, adanya keraguan di tengah masyarakat mengenai bahan yang terkandung di dalam vaksin tersebut, --yang disebut mengandung unsur yang tidak sesuai dengan syariat Islam-- menjadi kendala tersendiri di lapangan.

Kenali Gejala dari Penyakit Campak

Campak (measles) merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh virus dari famili Paramyxovirus, seperti rubeola dan rubella. Virus ini menular lewat percikan air liur dan virus yang menyebar di udara (airborne). Penularannya begitu cepat, dengan masa inkubasi rata-rata 7-18 hari.
ADVERTISEMENT
"Attack rate atau penularannya lebih dari 90 persen dari individu yang terinfeksi sejak 4 hari sebelum ruam, dan sampai 4 jam setelah tumbuh dari ruam. Di mana masa inkubasi terjadi pada 7-18 hari," jelas dokter spesialis anak, dr. Reza Abdussalam, Sp.A, kepada kumparanMOM.
Ilustrasi anak campak. Foto: Shutter Stock
Apa saja gejala campak yang bisa terjadi?
"Ruam akan timbul saat demam mencapai puncaknya dan akan bertahan lebih dari tiga hari," ucap dr. Reza.
Bila anak menunjukkan gejala-gejala di atas, segera bawalah ke rumah sakit untuk mendapat penanganan. Sebab, bila terlambat dan tidak mendapat penanganan tepat, maka terdapat bahaya komplikasi yang mengintai.
ADVERTISEMENT
dr. Reza menyebut sekitar 1 dari 10 anak yang terinfeksi campak bisa mengalami infeksi telinga dan diare. Serta, 1 dari 20 anak dapat mengalami pneumonia, yang menjadi penyebab kematian akibat campak pada anak. Begitu juga ensefalitis atau peradangan atau pembengkakan pada otak, yang terjadi pada 1 dari 1.000 anak.
"Dan kondisi yang paling ditakutkan adalah SSPE atau Subacute Sclerosing Panencephalitis, yaitu gangguan permanen yang muncul bertahun-tahun setelah efek campak yang diderita saat kecil," ungkap dia.
Bila anak sampai didiagnosis SSPE, maka dikhawatirkan dapat menyebabkan kemunduran intelektual, kejang progresif, hingga kematian.

Bagaimana Pengobatan dan Pencegahan Campak?

Ilustrasi bayi imunisasi atau mendapat vaksin. Foto: aslysun/Shuttterstock
Nah Moms, penyakit campak sebenarnya sudah ada sejak lama dan bersifat menular. Sayangnya, cakupan vaksinasi rendah di suatu daerah membuat status kejadiannya menjadi KLB.
ADVERTISEMENT
Bila anak Anda terkena penyakit campak, maka segera lakukan isolasi mandiri di rumah. Selama proses penyembuhan, pastikan si kecil mendapat asupan nutrisi yang sehat dan seimbang, serta mengonsumsi cukup cairan. dr. Reza mengingatkan antibiotik hanya diberikan bila dokter mencurigai terdapat infeksi bakteri sekunder.
"Semua anak yang didiagnosis campak harus mendapat suplementasi vitamin A sebanyak dua dosis," tuturnya.
Sampai saat ini belum ada tersedia obat antivirus khusus untuk campak. Maka dari itu, orang tua sebaiknya melengkapi imunisasi MR si kecil agar bisa terhindar dari penularan penyakit tersebut.
"Mari lengkapi vaksinasi MR mulai dari usia 9 bulan, dilanjutkan usia 18 bulan, dan usia 5 tahun, atau saat program imunisasi BIAS di kelas 1 SD," pungkasnya.
ADVERTISEMENT