Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Mengutip laman resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), sebagian besar anak terinfeksi HIV melalui infeksi vertikal pada ibu selama kehamilan, proses kelahiran dan lewat pemberian ASI. Sementara itu, sebagian anak kecil--kurang dari 10 persen, dapat tertular melalui jarum yang terkontaminasi, transfusi darah atau kekerasan seksual dari orang dewasa yang terinfeksi HIV.
Dikutip dari Healthline, tingkat penularan HIV pada anak melalui ibu hamil bisa mencapai sekitar 15 sampai 45 persen. Sementara berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada laman resminya, tingkat risiko kematian anak usia di bawah 2 tahun akibat HIV/AIDS sangat tinggi.
ADVERTISEMENT
Tidak semua anak yang terinfeksi HIV akan menunjukkan gejala yang spesifik, tergantung tingkat keparahan dan usia anak. Namun, ada beberapa gejala umum yang akan muncul seperti:
Sementara di sisi lain, perburukan gizi yang dialami oleh anak dapat menjadi ‘sinyal’ terjadinya infeksi HIV dalam tubuh. Sebab, masih mengutip IDAI, beberapa anak yang terinfeksi HIV mengalami gizi buruk.
Meski begitu, orang tua kini bisa bernapas lega karena dengan deteksi dini dan pengobatan yang tepat, anak dengan HIV bisa tumbuh dan berkembang dengan baik. Oleh sebab itu, yuk, pahami cara deteksi dini HIV pada anak.
Bagaimana Cara Deteksi HIV pada Anak?
Langkah utama yang bisa dilakukan untuk mendeteksi HIV pada anak, yaitu dengan tes antibodi. Seperti dijelaskan dalam laman resmi IDAI, tes ini dilakukan untuk mengetahui jumlah kadar antibodi anti-HIV dalam darah untuk melawan virus tersebut.
ADVERTISEMENT
Biasanya, tes antibodi bisa dilakukan pada anak berusia 18 bulan ke atas. Sementara untuk mengetahui jumlah kadar virus HIV pada anak terinfeksi, bisa dilakukan pada anak di bawah usia 18 bulan.
Apabila anak didiagnosis positif terinfeksi HIV, ada beberapa pengobatan yang bisa dilakukan. Namun, pengobatan masing-masing anak bisa berbeda. Sebab, tingkat keparahan pada masing-masing anak pun tidak sama.
Salah satu pengobatan yang umum dilakukan yaitu memberikan terapi obat antiretroviral (ARV) yang berfungsi untuk menurunkan jumlah virus dalam darah, dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Terapi obat ARV terbukti dapat menurunkan tingkat keparahan dan angka kematian anak terinfeksi HIV. Namun, terapi ini perlu dilakukan seumur hidup untuk menghalangi virus kembali terdeteksi di dalam darah.
ADVERTISEMENT