Cara Dukung Pendidikan yang Inklusif untuk Siswa Berkebutuhan Khusus

23 September 2022 12:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
13
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi anak berkebutuhan khusus. Foto: Ormalternative/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak berkebutuhan khusus. Foto: Ormalternative/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Setiap anak dilahirkan dengan keistimewaannya masing-masing. Beberapa anak ada yang memerlukan teknik pengasuhan khusus agar tumbuh kembangnya tetap berjalan optimal, misalnya saja anak berkebutuhan khusus.
ADVERTISEMENT
Pendidikan menjadi salah satu kekhawatiran orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus. Sebab, mereka membutuhkan institusi pendidikan yang memiliki kurikulum dan lingkungan inklusif, yang artinya mampu merangkul semua siswa dengan berbagai latar belakang termasuk mereka yang berkebutuhan khusus.
Sebagai jawaban dari keresahan para orang tua, Jakarta Intercultural School (JIS) resmi meluncurkan JIS Learning Center, yakni program belajar untuk anak-anak berkebutuhan khusus yang berbasis neuro-diversities. Program ini sekaligus memperkuat komitmen JIS untuk menyediakan lingkungan pendidikan yang inklusif bagi siswa dari latar belakang multikultural.

Pendidikan Berbasis Neuro-diversities Dukung Pembelajaran Siswa Berkebutuhan Khusus

JIS Head of School, Maya Nelson di Pembukaan JIS Learning Center, JIS Pattimura Elementary School, Jakarta Selatan, Rabu (21/9/2022). Foto: Dok. Jakarta Intercultural School
“Kami menghormati dan meyakini bahwa tidak ada dua anak yang sama. Dengan demikian, anak-anak tidak belajar atau berkembang dengan cara atau kecepatan yang sama,” kata JIS Head of School, Maya Nelson, dalam acara peresmian JIS Learning Center di JIS Pattimura Elementary School, Jakarta Selatan, Rabu (21/9).
ADVERTISEMENT
Menurut Maya, JIS sebagai institusi pendidikan yang menganut nilai-nilai keragaman, kesetaraan dan inklusi, memahami kebutuhan dalam mengembangkan dan memperluas kurikulum pendidikan. Dengan demikian, program pendidikan inklusif yang dijalankan dapat memberikan ruang bagi siswa dengan kebutuhan belajar yang berbeda pula.
Pendidikan inklusif berbasis neuro-diversities ini menggunakan pendekatan dua arah yang menekankan keterampilan hidup dan akademik siswa untuk menerapkan rencana pembelajaran individual. Mulai dari pembelajaran membaca, menulis, dan matematika, serta keterlibatan yang berfokus pada perkembangan fisik, dan sosial-emosional.
Ilustrasi anak berkebutuhan khusus. Foto: Manop Boonpeng/Shutterstock
“Di dunia, ada orang-orang (anak-anak) yang memiliki keragaman saraf, ada orang-orang dengan semua jenis kemampuan dan gaya belajar, keterampilan, dan sosialisasi yang berbeda. Kami ingin memastikan itu terwakili di komunitas kami juga,” ungkap JIS Education Specialist, Donise Lyons.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, Donise menjelaskan, pendidikan yang inklusif akan menjadi ruang yang memperkaya dan mendukung anak-anak usia 4-11 tahun dengan keterlambatan perkembangan umum tingkat ringan hingga parah. Kondisi ini akan menyulitkan mereka dalam mengikuti tuntutan akademik di kelas biasa atau membutuhkan bantuan tambahan dengan perkembangan bahasa dan motorik. Oleh karenanya, JIS Learning Center akan memastikan anak-anak mendapat dukungan untuk keseluruhan perjalanan belajarnya di lingkungan yang inklusif.
Ya Moms, satu kelas JIS Learning akan diikuti siswa dalam jumlah kecil, yakni tidak lebih dari 8 anak. Nantinya, JIS juga berencana memperluas program untuk menerima anak-anak usia sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas pada tiga tahun ke depan.
Pembukaan JIS Learning Center di JIS Pattimura Elementary School, Jakarta Selatan, Rabu (21/9/2022). Foto: Dok. Jakarta Intercultural School
Sementara itu, Direktur Guru Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kemendikbud Ristek, Dr. H. Yaswardi, M.Si yang juga hadir dalam acara tersebut menyambut baik program pendidikan yang diselenggarakan oleh JIS sebagai sekolah reguler untuk anak-anak berkebutuhan khusus.
ADVERTISEMENT
“Untuk mengembangkan sekolah reguler menjadi inklusi, kita memerlukan dukungan kurikulum yang baik, guru yang profesional dan berkualitas, sarana dan prasarana yang memadai serta program dan anggaran. Kementerian akan selalu memberikan apresiasi kepada sekolah-sekolah reguler yang memunculkan program pendidikan inklusi yang dibutuhkan oleh anak berkebutuhan khusus,” pungkas Yaswardi.