Cara Jelaskan pada Anak Jika Orang Tuanya Bermasalah Hukum Seperti Irjen Sambo

23 Agustus 2022 13:32 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo bersama istri, Ny Putri Sambo. Foto: Instagram/@divpropampolri
zoom-in-whitePerbesar
Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo bersama istri, Ny Putri Sambo. Foto: Instagram/@divpropampolri
ADVERTISEMENT
Kasus yang menjerat mantan Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo begitu menyita perhatian publik. Ya Moms, rasanya di mana-mana orang membicarakan kasus dugaan pembunuhan Brigadir Yosua Hutabarat tersebut. Pekan lalu, polisi telah menetapkan tersangka baru yakni istri Sambo, Putri Candrawathi.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, Sambo dan istri harus ditahan dan tak bisa menemani anak-anak mereka dalam kehidupan sehari-hari. Pasangan tersebut diketahui memiliki 4 anak yang berusia 21 tahun, 17 tahun, 15 tahun, dan si bungsu baru 1,5 tahun.
Putri Candrawathi (kanan), istri Irjen Ferdy Sambo, bersama sang anak (tengah), datang menjenguk suaminya yang sedang diperiksa di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Minggu (7/8/2022). Foto: Retyan Sekar Nurani/kumparan
Salah satu anak perempuan mereka pernah muncul ke publik bersama Putri saat menjenguk Sambo di Mako Brimob. Sedangkan satu anak lainnya masih bersekolah di SMA Taruna Nusantara, Magelang.
Bila orang tua harus menjalani proses hukum seperti kasus Sambo, bagaimana cara jelaskan pada anak terkait hal tersebut? Simak penjelasan dari psikolog anak Irma Gustiana berikut ini, Moms.

Cara Jelaskan pada Anak Sesuai Usia Terkait Kasus Hukum Orang Tuanya

Ilustrasi anak sedih Foto: Shutterstock
Ayank, sapaan akrab Irma Gustiana, menyebut ada perbedaan cara menjelaskan kepada anak yang masih balita, usia sekolah dasar, dan anak remaja. Sebab masing-masing usia memiliki perbedaan kemampuan mencerna apa yang terjadi.
ADVERTISEMENT
Untuk anak usia balita, yang paling penting adalah pemenuhan rasa aman. Selain itu kebutuhan sehari-harinya juga harus dipenuhi, sehingga meski mereka mencari sosok orang tua, ada sosok lain yang menggantikan sementara peran orang tua.
“Kalau terlalu kecil ya kita bijaksana untuk tidak menceritakannya dulu. Karena ini kan kasus hukum, dia kemampuan berpikirnya masih belum bisa abstrak, masih konkret," kata pemilik klinik Rumah Tumbuh ini.
Sebetulnya, menurut Ayank, tidak ada batasan spesifik berapa usia anak bisa menerima penjelasan soal kasus yang dihadapi orang tua. Namun menurutnya, anak yang memasuki usia sekolah dasar sudah bisa menerima penjelasan meski sederhana, belum detail terkait kasus.
Di usia ini, anak sudah bisa dijelaskan apa yang sebenarnya terjadi, Moms. Informasikan juga bahwa apa yang dilakukan orang tuanya adalah bentuk tanggung jawab kepada negara, sebagai konsekuensi apa yang telah mereka lakukan.
ADVERTISEMENT
“Kemudian juga mereka diminta dulu untuk enggak get in touch dengan media sosial, dan lalu orang-orang terdekatnya dampingi mereka, meminimalisir tekanan macam-macam, kan juga orangnya terkenal,” ujarnya.
Ilustrasi belajar di rumah. Foto: Shutterstock
Jika anak-anak tersebut--usia sekolah dasar maupun remaja--kesulitan menghadapi pergaulan di sekolah, Ayank menyarankan untuk tidak ke sekolah terlebih dahulu selama beberapa waktu. Atau bisa juga ambil alternatif homeschooling agar anak terhindar dari bullying di sekolah namun kebutuhan akademisnya tetap terpenuhi.
“Intinya sebenarnya mengamankan mereka,” ujar Ayank.
Sebab, apa yang dilakukan orang tua mereka tidak ada kaitan dengan anak-anaknya. Kesalahan orang tuanya juga bukan berarti kesalahan seluruh anggota keluarga.