Cara Menghadapi Anak Manja

7 Februari 2018 16:55 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi aktivitas anak  (Foto: Unsplash)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi aktivitas anak (Foto: Unsplash)
ADVERTISEMENT
Manja merupakan kecenderungan dalam diri anak untuk selalu menuntut perhatian dan pelayanan dari orang lain, tanpa mau melakukan hal yang sama bagi orang lain.
ADVERTISEMENT
Kalau kita bicara tentang anak yang masih bayi sih, mungkin masuk di akal. Bayi memang belum dapat melakukan banyak hal sendiri. Tapi bagaimana bila anak mulai memasuki usia balita dan masih saja mengembangkan sikap manjanya? Pasti akan mulai mengganggu orang-orang di sekitarnya -bahkan juga mengganggu mereka yang menyayanginya.
Biasanya, anak yang manja dibesarkan dalam keluarga dengan pola asuh permisif yang berlebihan. Orang tua dengan pola asuh ini, mencurahkan kasih sayang dan terus memberikan dukungan, tanpa tuntutan maupun batasan. Anak mau apa saja boleh, anak ingin berbuat apapun dibebaskan.
Anda tidak nyaman melihat anak menangis. (Foto: thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Anda tidak nyaman melihat anak menangis. (Foto: thinkstock)
Bayangkan saja seperti jalan raya yang bebas aturan. Semua orang bebas mau jalan di jalur mana, bebas mau berhenti di mana, tidak dicegah bila tidak menggunakan helm atau sabuk pengaman, tidak dilarang menerobos lampu merah. Pengemudi di jalan bebas aturan ini pasti menjadi manja, tapi juga sekaligus sangat mungkin menemui bahaya dan celaka.
ADVERTISEMENT
Selain soal pola asuh, seringkali orang tua memanjakan anak pertama atau anak bungsu. Terutama bila jarak usia si bungsu dengan kakaknya cukup jauh. Dan biasanya, pemanjaan dilakukan sejak bayi sehingga terus menguat sesuai dengan pertambahan usia anak.
Meski sebenarnya, anak yang tidak manja bisa dibentuk dari bayi. Misalnya dengan jangan terlalu membiasakan anak menjadi pusat perhatian. Anda juga bisa melibatkan bayi agar dapat banyak melihat kegiatan dan mendengar pembicaraan orang-orang di sekitarnya, agar ia mengerti kalau dunia ini tidak melulu tentang dirinya sendiri.
Ilustrasi anak dikucilkan (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak dikucilkan (Foto: Thinkstock)
Membiarkan anak terus-menerus mengembangkan sikap manja, akan mendatangkan banyak kesulitan di masa depannya kelak. Anak akan sulit menyesuaikan diri dalam pergaulan, tidak mudah beradaptasi, sulit mendapat teman hingga nantinya bisa saja susah mendapat pekerjaan.
ADVERTISEMENT
Lalu bagaimana bila anak sudah terlanjur menginjak usia balita dan mengembangkan sikap manja?
Langkah yang dapat Anda lakukan pertama kali adalah mengenali pengalaman pribadi Anda sendiri. Seringkali orang tua memanjakan anak karena semasa kecil dulu mereka merasa serba kekurangan atau merasa terlalu dikekang.
Padahal, tidak selalu cara Anda untuk memperbaiki kekurangan tersebut tepat dan sesuai untuk kebutuhan anak.
Anak rewel di pagi hari (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Anak rewel di pagi hari (Foto: Thinkstock)
Langkah kedua yang dapat Anda lakukan adalah mengalihkan perhatian anak pada hal lain bila ia mulai manja merengek minta perhatian. Lakukan hal ini setiap kali, sambil menjelaskan bahwa Anda perlu melakukan hal penting terlebih dahulu. Intinya, tunda memenuhi keinginannya.
Langkah ketiga, memberi contoh pentingnya bersikap kooperatif. Misalnya tunjukkan di hadapan anak bahwa ayah dan ibu saling menolong dan saling meminjamkan barang. Biarkan anak melihat bahwa berbagi atau bekerja sama tidak hanya dapat membuat pekerjaan selesai dengan lebih cepat tapi juga bisa membuat Anda lebih bahagia.
Mengajarkan anak untuk membersihkan rumah (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Mengajarkan anak untuk membersihkan rumah (Foto: Thinkstock)
Perlihatkan juga pada anak bahwa Anda suka melakukan sendiri hal-hal yang memang dapat dilakukan sendiri. Mengambil handuk, mengembalikan barang-barang ke tempatnya, hingga mencuci piring bila asisten rumah tangga Anda sedang menyiram tanaman di halaman misalnya. Jadikan kemandirian sebagai budaya keluarga sehingga anak dapat lebih mudah mengikutinya.
ADVERTISEMENT
Selamat mencoba!