Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Cara Menghadapi Anak yang Mulai Tertarik dengan Lawan Jenis
18 Agustus 2022 16:00 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Pada suatu hari, anak pulang sekolah lalu tiba-tiba membicarakan teman sekolahnya yang lawan jenis. Ia bercerita dengan antusias tentang kegantengan atau kecantikan temannya, serta kebaikan sifatnya. Lalu, si kecil menyatakan rasa suka kepada Anda. Atau mungkin dalam kasus lain, si kecil tidak secara terang-terangan berkata kepada Anda bahwa dia naksir temannya, tetapi menunjukkan sikap serupa. Pernah mengalaminya juga, Moms?
ADVERTISEMENT
Ya, sebagai orang tua, Anda bisa jadi cukup kaget saat anak tiba-tiba bercerita naksir seseorang padahal usianya masih sangat kecil. Apakah hal ini normal terjadi? Tentu saja, jawabannya iya!
"Hal ini adalah fase perkembangan anak yang normal. Antara usia 6 sampai 8 tahun, anak-anak mulai berpikir tentang teman sekelas mereka dengan cara berbeda. Mungkin menyukai anak laki-laki atau perempuan dan berpikir dia menarik," ujar Konselor Klinis Allison Bates, dikutip dari Today's Parents.
Adanya pergeseran perkembangan ini bisa bersamaan dengan semakin sadarnya anak tentang privasi dan tubuhnya. Selain itu, faktor lain yang juga memengaruhi anak mulai tertarik dengan lawan jenisnya karena terbawa cerita dongeng, misalnya seorang putri yang jatuh cinta dengan pangeran. Atau juga bisa karena mereka melihat hubungan ayah dan ibunya sehari-hari.
"Mereka mulai meniru hubungan yang dimiliki orang-orang di sekitarnya. Mungkin dia juga akan bertanya, 'bagaimana ayah dan ibu bertemu?'," tutur Bates.
ADVERTISEMENT
Menghadapi Anak yang Mulai Tertarik dengan Lawan Jenis
Saat mendengar anak mulai naksir temannya, jangan langsung tidak mengindahkannya, Moms. Anda bisa menyikapinya dengan bijak seperti cara-cara berikut ini:
1. Bicara soal Hubungan
Meski masih anak kecil, Anda tidak perlu menunda-nunda untuk berbicara soal konsep berhubungan dengan lawan jenis. Sebagai orang tua, Anda tetap perlu tenang dan jadilah teman berbicara yang baik bersama anak.
"Orang tua harus tenang saat berbicara tentang hubungan, karena Anda harus menjaga pintu komunikasi tetap terbuka. Anda tidak boleh menertawakannya, atau memberi tahu anak-anak bahwa mereka masih terlalu muda untuk tertarik pada lawan jenis," jelas Bates.
2. Tanyakan Alasan Anak Naksir Temannya
Satu hal yang bisa dilakukan adalah bertanya mengapa si kecil menyukai temannya: "Mengapa kamu menyukai temanmu?", "Apakah dia orang yang lucu dan bisa membuatmu tertawa?", "Apa benar dia jago pelajaran olahraga?" dan semacamnya. Ya, Anda perlu fokus untuk menghargai setiap alasan mengapa anak naksir temannya. Hal ini sekaligus menunjukkan dukungan orang tua bagi kualitas batin dan kepercayaan diri si kecil.
ADVERTISEMENT
3. Lakukan Pendekatan yang Nyaman
Mengutip laman Parents, jangan menghindari omongan atau bahkan melarangnya sama sekali ketika anak menceritakan ketertarikannya kepada temannya yang lawan jenis. Cobalah untuk menjadi seseorang yang selalu mendengarkan setiap ceritanya, dan jangan menertawakan apa pun yang dia katakan atau berusaha untuk mengabaikan perasaannya. Sebab, Anda perlu membuat anak tetap merasa nyaman, sehingga mau terbuka dengan situasi yang dialami.
4. Tetapkan Batas
Peran orang tua penting dalam mengajari batasan-batasan ketika anak menyukai orang lain. Misalnya, jangan sampai menyukai berlebihan atau tidak boleh sampai menyentuh fisiknya. "Anda dapat memberi tahu anak bahwa mereka boleh bermain bersama di sekolah, tetapi tidak untuk berperilaku dengan fisik," jelas Asisten Profesor di The Chicago School of Professional Psychology, Cynthia Langtiw, Psy.D.
ADVERTISEMENT
5. Ajari Tentang Penolakan
Wajar dalam sebuah hubungan, termasuk pertemanan, bisa mengalami konflik dan penolakan. Hal ini juga berlaku bagi anak yang mungkin telah menyatakan perasaan kepada teman lainnya, namun mendapat penolakan. Jelaskan bahwa penting untuk menghormati perasaannya, karena kemungkinan temannya lebih nyaman menjadi teman biasa.
"Tanyakan bagaimana perasaannya tentang penolakan itu, kemudian jelaskan bahwa teman-temannya yang lain tetap mendukung dan bisa menjadi teman bermainnya," tutup Profesor Psikologi University of California, Kristin Lagattuta, Ph.D.