Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Perhatikan ini, Moms. Apakah si kecil buang air besar lebih sering, dan tekstur tinja lebih encer dari biasanya? Perhatikan pula, pada saat bersamaan tubuh anak terlihat lemas.
ADVERTISEMENT
Tidak salah lagi, anak sedang mengalami diare. Penyebab diare pada anak paling sering akibat adanya infeksi virus (60-70%), bakteri (10-20%) dan parasit (10%). Ketika diare, tubuh akan kehilangan cairan dan elektrolit dengan cepat, selain itu usus juga kehilangan kemampuan menyerap cairan dan elektrolit.
Badriul Hegar, anggota IDAI dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran UI, dalam laman resmi idai.or.id mengemukakan beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengobati diare pada anak.
Pertama, jika diare terjadi tanpa dehidrasi, maka pemberian ASI tetap bisa dilakukan. Selain itu anak juga perlu diberikan oralit sebanyak 5-10 ml setiap buang air besar untuk mengganti air dan elektrolit dalam tubuh.
Kedua, bila diare disertai dehidrasi ringan sedang, anak perlu diberikan oralit dengan pengawasan medis yakni 15-20 ml/kgBB/jam. Beberapa tanda fisiknya, anak terlihat kehausan meski buang air kecil berkurang, mata tampak cekung, kulit jadi tidak kenyal, hingga bibir kering.
ADVERTISEMENT
Pada kondisi itu, anak tetap diberikan cairan, seperti ASI. Hindarkan dari minuman dengan osmolaritas tinggi yang bisa menyebabkan diare semakin parah. Seperti, cola, jus apel, gingerable, dan minuman olahraga. Anda bisa memberikannya teh sebagai rehidrasi dengan kadar Na rendah.
Ketiga, jika diare mulai menunjukkan tanda napas yang cepat dan dalam, sangat lemas, kesadaran menurun, denyut nadi yang cepat hingga kekenyalan kulit sangat rendah, maka Anda perlu segera membawanya ke dokter untuk mendapatkan cairan melalui infus.