news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Cara Menjawab Pertanyaan Anak Seputar Idul Adha

11 Agustus 2019 11:54 WIB
ยท
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kedekatan ibu dan anak Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kedekatan ibu dan anak Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Rasa penasaran anak mungkin akan membuat si kecil menanyakan beberapa hal seputar Idul Adha. Yang paling umum misalnya, kenapa hewan kurban disembelih saat Idul Adha.
ADVERTISEMENT
Ya, sudah menjadi tugas orang tua untuk menjelaskan makna Idul Adha kepada anak. Selain itu, menjelaskan makna Idul Adha pada anak dapat membawa banyak manfaat. Bila keluarga Anda merayakan hari raya tersebut, anak tentu menjadi dapat lebih memahami dan mengimani ajaran agamanya.
Sementara bila keluarga Anda tidak merayakannya, anak dapat menambah wawasannya sekaligus menumbuhkan empati yang menjadi bibit sikap toleransi.
Nah Moms, berikut adalah beberapa hal yang biasa ditanyakan anak seputar Idul Adha dan cara menjawabnya.
"Kenapa kambing dan sapi dipotong di Hari Raya Idul Adha?"
Ini merupakan pertanyaan yang paling umum ditanyakan anak di Hari Raya Idul Adha. Si kecil mungkin juga akan bertanya kenapa saat Idul Adha harus mengorbankan hewan yang tidak bersalah. Bisa saja, anak melihatnya sebagai tindakan kejam dan bertentangan dengan sifat Tuhan yang mencintai setiap makhluk ciptaannya.
ADVERTISEMENT
Jika anak menanyakan hal ini, sampaikan padanya, menurut Islam, tindakan pengorbanan ini tidak berarti bahwa Tuhan menginginkan orang atau binatang disakiti. Pengorbanan menunjukkan bahwa seseorang bersedia melepaskan bahkan hartanyaa yang paling berharga untuk Allah Yang Maha Kuasa.
Meskipun praktik penyembelihan masih dilakukan dalam skala besar makna yang lebih dalam adalah pengorbanan keterikatan terhadap keinginan materi, harta benda, dan hal-hal lain untuk pengabdian yang lebih besar kepada Tuhan.
Islam juga sangat menjunjung tinggi kasih sayang, termasuk pada hewan. Itu sebabnya, dalam Islam ada tata cara khusus dalam menyembelih hewan agar hewan tidak tersiksa. Hewan kurban pun dipilih dengan seksama. Hewan yang cacat, sedang sakit atau masih terlalu muda umurnya, tidak boleh dijadikan hewan kurban.
ADVERTISEMENT
Mengorbankan hewan juga jadi cara umat muslim berbagi dengan sesama, karena manfaat kurban dirasakan oleh banyak orang dan bisa meningkatkan persaudaraan dan rasa solidaritas.
"Buat apa Tuhan menyuruh kita berkurban?"
anak memberi makan kambing Foto: Shutterstock
Pertanyaan anak mungkin akan lebih dalam lagi, dengan menanyakan, kenapa Tuhan memerintahkan penyembelihan hewan kurban. Jika si kecil bertanya hal itu, maka Anda bisa menjelaskannya tentang Kisah Nabi Ibrahim, Moms.
Nabi Ibrahim adalah seorang nabi dalam agama Islam dan salah satu utusan Allah yang paling saleh. Ia memiliki seorang putra bernama Ismail, yang ia dapatkan setelah banyak melakukan ibadah dan doa kepada Allah.
Suatu ketika, Allah memutuskan untuk menguji iman dan cinta Ibrahim terhadapnya. Melaui mimpi, Ibrahim diminta menyembelih Ismail, putra yang sangat ia sayangi. Tentu saja ini sangat sulit, karena tidak ada orang tua yang ingin menyakiti anaknya sendiri.
ADVERTISEMENT
Tapi saat Ibrahim menceritakan mimpinya ini pada Ismail, putranya ini justru menyetujui dan minta ayahnya untuk mengorbankannya. Tepat saat Ibraham akan menyembelih Ismail, atas petunjuk Allah, malaikat Jibril mengganti Ismail dengan seekor anak domba.
Inilah yang akhirnya menjadi asal dari peringatan Idul Adha yang disebut juga Hari Raya Kurban. Pada hari raya ini, seekor binatang (biasanya domba, kambing, sapi, kerbau atau unta) dikorbankan, dengan cara yang sama seperti Ibrahim mengorbankan seekor domba.
Sepertiga dari daging hewan kurban tersebut kemudian akan diberikan kepada fakir miskin dan anak-anak yatim, dan sisanya dapat dinikmati oleh keluarga kita. Pada hari ini, biasanya keluarga juga berkumpul, saling mengunjungi, makan dan berdoa bersama.
ADVERTISEMENT
"Kenapa Idul Adha dirayakan pada tanggal yang berbeda-beda setiap tahun?"
Jemaah haji mendaki bukit Jabal Rahmah ketika melaksanakan wukuf di Arafah. Foto: Darmawan/Media Center Haji
Idul Adha dirayakan setiap tahun di bulan Dzulhijjah, bulan terakhir dari kalender Hijriah. Anda dapat menjelaskan pada anak bahwa ada banyak sekali sistem penanggalan di dunia. Misalnya penanggalan Masehi, penanggalan Cina, dan sebagainya. Nah, Syawal, Ramadhan dan Dzulhijjah adalah nama-nama bulan di antara 12 bulan yang ada dalam sistem penanggalan Hijriah yang dipakai oleh umat Muslim.
Penangggalan Hijriah didasarkan pada peredaran bulan mengelilingi bumi, 1 tahun terdiri dari 354 atau 355 hari. Berbeda dengan kalender Masehi yang sehari-hari kita pakai dan memiliki 365 hari dalam 1 tahun. Karena kalender Masehi, dihitung berdasarkan peredaran bumi mengelilingi matahari. Perbedaan inilah yang membuat Idul Adha 'bergeser' setiap tahun pada kalender Masehi.
ADVERTISEMENT
"Kenapa ada yang menyebut Idul Adha sebagai Lebaran Haji?"
Ibrahim melakukan perjalanan ke kota suci Mekkah bersama keluarganya untuk mengorbankan Ismail. Nah, musim haji berlangsung pada bulan terakhir (Dzulhijjah) untuk memperingati perjalanan itu. Di akhir musim haji, Idul Adha dirayakan.
Jangan lupa, jelaskan juga pada anak bahwa haji adalah perjalanan umat Islam di seluruh dunia ke kota suci Mekkah. Ini adalah salah satu dari lima rukun Islam dengan empat lainnya adalah mengucapkan kalimat syahadat, menegakkan salat, mengeluarkan zakat dan berpuasa.
"Apa yang harus aku lakukan pada Idul Adha?"
Pada hari Idul Adha, jelaskan pada anak apa-apa saja yang akan dilakukan oleh keluarga Anda dan apa gunanya. Anda dapat melibatkan anak saat membuat ketupat atau menyiapkan hantaran untuk sanak keluarga.
ADVERTISEMENT
Bila keluarga Anda tidak merayakannya, Anda dapat menjelaskan bahwa di pagi hari saat Idul Adha, umat Islam akan melaksanakan salat Id seperti saat Lebaran atau Idul Fitri. Ajak juga anak untuk mengucapkan selamat kepada tetangga atau kerabat yang merayakannya.