Cara Menyapih Anak Tanpa Drama

22 Maret 2018 15:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi ibu menyusui (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ibu menyusui (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Ikatan Dokter Anak Indonesia, menganjurkan ibu menyusui anaknya hingga usia 2 tahun atau lebih. Itu sebabnya ketika anak yang sejak lahir disusui memasuki usia 2 tahun, biasanya ibu mulai bersiap menyapihnya.
ADVERTISEMENT
Namun, menyapih si kecil memang tak semudah membalikkan telapak tangan. Ada tahapan dan proses yang membutuhkan kesabaran dan komitmen dari Anda bahkan juga seluruh anggota keluarga lainnya.
Apalagi, jika Anda tidak ingin menyapih anak dengan cara yang ‘menyiksa’ seperti mengancam, menakut-nakuti, memberikan balsem, obat pahit atau berpisah dengan si kecil untuk sementara waktu.
Situs resmi Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) dalam cerita sukses 'Menyapih dengan Kasih' menuliskan cara yang bisa dilakukan untuk menyapih balita secara menyenangkan dan tanpa drama. KumparanMom (kumparan.com) merangkumnya untuk Anda berikut:
Ubah Paradigma
Anak dan ibu bahagia (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Anak dan ibu bahagia (Foto: Pixabay)
Jika selama ini, Anda cemas ketika masa menyapih dapat merenggangkan hubungan Anda dengan si kecil. Maka, ubahlah terlebih dahulu paradigma itu. Jadikan momen menyapih, justru mempererat bonding dengan balita Anda dengan cara lain.
ADVERTISEMENT
Misalnya, dengan mengganti waktu menyusui jadi waktu membacakan buku cerita, bernyanyi bersama atau kegiatan menyenangkan lainnya.
Ubah Kebiasaan
Ibu dan anak (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ibu dan anak (Foto: Pixabay)
Ketika usia anak menjelang dua tahun, Anda bisa mengambil ancang-ancang menyapih dengan mengubah kebiasaan sehari-harinya. Anak yang biasanya Anda ‘undang’ untuk menyusu, kini cobalah untuk membiarkannya.
Anda juga bisa membuat aturan untuk secara perlahan mengurangi frekuensi menyusu si kecil.
Misalnya pertama terapkan aturan menyusu hanya di rumah, tidak boleh menyusu lagi bila sedang berada di luar rumah seperti saat ke mal, ke restoran atau rumah Nenek.
Setelah itu, tingkatkan aturan jadi menyusu hanya di dalam kamar tidur. Tidak menyusu lagi di ruang keluarga misalnya. Lalu menyusu di dalam kamar hanya ketika mau tidur di malam hari saja dan seterusnya.
ADVERTISEMENT
Bukan hanya di kecil, Anda pun perlu komitmen untuk mematuhi hal itu. Sesibuk dan semalas apapun.
Siapkan Tubuh
Alat pompa  ASI  (Foto: thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Alat pompa ASI (Foto: thinkstock)
Secara bertahap, Anda perlu menyiapkan tubuh Anda selama masa penyapihan. Seperti halnya mengurangi frekuensi menyusui, kurangi juga frekuensi memerah payudara Anda.
Misal, yang biasanya setiap 3 jam menjadi hanya tiga kali sehari, lalu jadi 2 kali sehari dan seterusnya. Jangan langsung menghentikan atau mengurangi secara drastis, karena justru bisa menimbulkan bengkak pada payudara Anda.
Siapkan Si Kecil
Bayi. (Foto: Thinstock)
zoom-in-whitePerbesar
Bayi. (Foto: Thinstock)
Inilah bagian terpenting dalam penyapihan, menyiapkan balita Anda. Ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan pada si kecil. Seperti, mengganti ASI dengan air putih.
Bila suatu ketika balita Anda berkata, “Bu, mau nenen!” jawablah, “Eh? Anak besar masih nenen? Anak yang sudah besar itu minumnya air putih. Lihat, Ibu dan Ayah juga minum air putih.”
ADVERTISEMENT
Lakukan dengan cara yang menghibur dan membuat anak termotivasi mengikutinya.
Apresiasi
Bila anak dapat mengikuti aturan dan menahan dirinya, jangal lupa beri apresiasi. Katakan, "Ibu senang kamu tidak nenen meskipun pengen sekali pasti ya. Kayaknya anak Ibu benar-benar sudah mau jadi anak besar, nih. Hebat!"
Sesekali Anda juga bisa mengajak si kecil berkumpul dengan sebayanya yang sudah tidak menyusu agar ia tidak merasa 'sendiri'.
Libatkan Ayah dan Keluarga Lainnya
Peran penting suami saat istri menyusui. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Peran penting suami saat istri menyusui. (Foto: Thinkstock)
Ayah biasanya lebih spontan untuk menghibur anak. Karena itu ayah pun berperan penting selama proses penyapihan.
Tidak hanya itu, ada kalanya menyapih membuat si kecil merasa kesal pada Anda karena dianggapnya jahat atau pelit. Di sini ayah dapat membantu menjadi teman yang menghibur dan menjelaskan pada balita.
ADVERTISEMENT
Bila mungkin, libatkan juga keluarga lainnya. Misalnya bila anak sehari-hari juga diasuh oleh kakek, nenek, atau kerabat lainnya. Minta semua sama-sama mengingatkan si kecil tentang aturan baru juga memotivasinya.
Jangan sampai pada saat anak merengek minta menyusu, neneknya malah kasihan lalu memaksa Anda untuk menyusuinya. Bisa berantakan semua misi Anda jadinya!