Catat! Autisme Bukan Gangguan Jiwa atau Masalah Kesehatan Mental

3 April 2022 12:00 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Autisme Bukan Ganguguan Jiwa atau Masalah Kesehatan Mental.  Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Autisme Bukan Ganguguan Jiwa atau Masalah Kesehatan Mental. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ada beberapa hal yang perlu dipahami orang tua soal autisme pada anak. Ya Moms, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) dalam situs resminya menjelaskan bahwa autisme merupakan gangguan perkembangan yang bisa menyebabkan seorang anak mengalami kesulitan dalam bersosialisasi, berkomunikasi atau beberapa perilaku lain yang signifikan.
ADVERTISEMENT
Sementara dilansir Mayo Clinic, gangguan ini juga mencakup pola perilaku yang terbatas dan berulang. Sementara istilah 'spektrum' pada Autism Spectrum Disorder mengacu pada berbagai gejala dan tingkat keparahan.
Banyaknya informasi yang simpang siur mengenai autisme bisa membuat banyak orang tua bingung. Ya, mengingat autisme adalah kondisi gangguan neurobiologis yang kompleks, sebaiknya Anda tidak begitu saja percaya dengan berbagai mitos yang beredar, tanpa mencari tahu lebih lanjut kebenarannya.
Misalnya saja, bila ada yang mengatakan bahwa autisme adalah gangguan jiwa atau masalah kesehatan mental, maka jangan langsung percaya, Moms. Kenapa?

Kata Ahli soal Autisme yang Bukan Merupakan Penyakit Jiwa

Ilsutrasi anak dengan autisme. Foto: Shutterstock
Autisme bukanlah penyakit jiwa atau gangguan kesehatan mental, Moms. Hal itu disampaikan oleh Dokter Spesialis Anak yang ahli menangani anak dengan autisme, dr. Rudy Sutadi SpA, MARS, S Pd.I,.
ADVERTISEMENT
Zaman dahulu autisme memang dikenal sebagai skizofrenia pada anak. Skizofrenia sendiri merupakan gangguan otak berat yang berhubungan dengan dasar biologis mengakibatkan gangguan mental.
Padahal setelah diteliti lebih lanjut, autisme bukanlah masalah gangguan kesehatan mental, melainkan gangguan perkembangan pada anak.
"Jadi penanganannya pun seperti penanganan pada orang-orang gila dulu. Dikurung di lemari gelap, disetrum kepalanya, terus berkembang obat-obat psikiatri. Kemudian tahun 80-an baru diketahui, ini autisme berkaitan dengan masalah metabolisme yang mengganggu perkembangan. Nah kalau ini gangguan perkembangan, jadi lebih cocok ke spesialis anak daripada ke spesialis jiwa," ujarnya.
Ya Moms, jadi sudah jelas ya kenapa autisme bukan merupakan gangguan jiwa atau masalah kesehatan mental. Selian itu, kita pun perlu memahami, bahwa anak dengan autisme bisa saja menunjukkan gejala yang berbeda-beda meski ada beberapa ciri-ciri yang umum. Enggan melakukan kontak mata, suka mengulang kata atau frasa dan memiliki masalah perkembangan bahasa misalnya.
ADVERTISEMENT
Punya reaksi yang tidak biasa dan intens terhadap suara, bau, rasa, tekstur, cahaya atau warna serta resisten terhadap perubahan kecil di dalam rutinitas juga merupakan ciri yang sering ditemui pada anak dengan autisme.
Nah Moms, ada beberapa terapi yang umumnya bisa jadi pilihan untuk diberikan pada anak dengan autisme. Setiap anak bisa saja mendapat terapi yang berbeda tergantung kondisinya. Yang jelas, berkonsultasilah dulu dengan ahli sebelum mendaftarkan anak terapi.
Berikut adalah beberapa terapi yang biasa diberikan untuk anak dengan autisme.
Terapi untuk anak dengan autisme. Foto: Shutterstock
- Applied Behaviour Analysis (ABA): Terapi ini mengajarkan anak berbagai kemampuan, seperti kemampuan bicara, bahasa, akademik, sosial dan mandiri.
- Terapi okupasi: Mengajarkan keterampilan yang membantu anak hidup mandiri. Misalnya saja, berpakaian, makan, mandi, dan berhubungan dengan orang-orang.
ADVERTISEMENT
- Terapi wicara: Beberapa anak dengan autisme memiliki keterlambatan dalam berbicara, sehingga terapi ini dibutuhkan untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
- Fisioterapi: Sebagian anak dengan autisme mempunyai gangguan perkembangan pada motorik kasar. Terapi ini dibutuhkan untuk meningkatkan kemampuan motorik kasarnya.
- Terapi sensori integrasi: Terapi sensori integrasi dilakukan untuk mengoptimalkan dan mengembangkan kemampuan sensori anak, seperti mengoptimalkan indra peraba, sentuhan, rasa, suara, penglihatan, gerakan, posisi tubuh, dan gravitasi.
- Terapi keterampilan sosial: Pelatihan sosial mengajarkan anak yang untuk berinteraksi dengan orang lain, termasuk percakapan dan keterampilan memecahkan masalah.