Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.0

ADVERTISEMENT
Ilmu parenting, termasuk strategi dalam mendisiplinkan anak terus berkembang dari masa ke masa. Namun sebetulnya teknik dasar dalam mendisiplinkan anak tidak berubah kok, Moms. Mengutip Verywell Family, ilmu-ilmu baru soal pendisiplinan anak sebetulnya merupakan turunan dari lima teknik dasar yang sudah ada selama ini.
ADVERTISEMENT
Moms, setiap anak memiliki karakter yang berbeda-beda. Karena itulah teknik pendisiplinan yang dilakukan juga tak bisa selalu sama pada setiap orang. Apalagi situasi yang dihadapi juga berbeda-beda.
Menurut psikoterapis yang juga Pemimpin Redaksi Verywell Mind, Amy Morin, LCSW, menentukan jenis pendisiplinan yang cocok bagi anak perlu mempertimbangkan beberapa hal. Seperti temperamen orang tua, temperamen anak, dan filosofi atau nilai-nilai yang diyakini dalam keluarga.
“Tidak ada satu jenis disiplin yang akan bekerja untuk semua anak atau semua keluarga dan dalam setiap situasi. Kemungkinan Anda mengambil pendekatan eklektik (fleksibel), di mana Anda menggunakan beberapa teknik berbeda dari setiap jenis disiplin,” ujar Morin, seperti dikutip dari Verywell Family.
Teknik Dasar Mendisiplinkan Anak
1. Disiplin Positif
ADVERTISEMENT
Disiplin positif didasarkan pada pujian dan dorongan. Alih-alih berfokus pada hukuman, orang tua tetap mengajarkan anak disiplin dengan mencari solusi bersama-sama. Disiplin positif menggunakan pertemuan keluarga dan pendekatan otoritatif untuk mengatasi masalah perilaku. Berikut contohnya:
Seorang anak berusia 6 tahun menolak mengerjakan pekerjaan rumahnya. Orang tua yang menggunakan disiplin positif mungkin duduk bersama anak dan berkata, “Ibu tahu gurumu ingin kamu menyelesaikan tugas matematikamu malam ini dan kamu tidak mau melakukannya. Apa yang bisa ibu bantu supaya tugasmu selesai dan kamu bisa memberi tahu Bu Guru bahwa kamu menyelesaikan tugas tepat waktu?”
2. Gentle Discipline (Mendisiplinkan Tanpa Memarahi)
Metode ini berfokus pada pencegahan masalah. Pengalihan fokus kerap dilakukan untuk menjauhkan anak dari perilaku buruk. Anak-anak diberi konsekuensi, tetapi gentle discipline bukan lantas menanamkan rasa malu, Moms.
ADVERTISEMENT
Sebaliknya, orang tua sering menggunakan humor dan distraksi. Fokus gentle discipline adalah tentang bagaimana orang tua mengelola emosi mereka sendiri sambil menangani perilaku buruk anak.
Contohnya seperti ini: Seorang anak berusia 6 tahun menolak mengerjakan pekerjaan rumahnya. Orang tua yang mendisiplinkan dengan lembut mungkin merespons dengan humor dengan mengatakan, "Apakah kamu lebih suka menulis makalah dua halaman yang menjelaskan mengapa kamu tidak ingin mengerjakan matematika malam ini?" Setelah situasi mencair, orang tua akan menawarkan untuk melihat kertas matematika bersama anak untuk mendiskusikan penyelesaiannya.
3. Disiplin Berbasis Batas
Disiplin berbasis batas berfokus pada penetapan batas dan memperjelas aturan di awal. Anak-anak kemudian diberi pilihan dan ada konsekuensi yang jelas untuk perilaku buruk, seperti konsekuensi logis atau konsekuensi alami. Begini contohnya, Moms:
ADVERTISEMENT
Seorang anak berusia 6 tahun menolak mengerjakan pekerjaan rumahnya . Orang tua yang menggunakan disiplin berbasis batas akan menetapkan batas dan memperjelas konsekuensinya dengan mengatakan, "Kamu tidak akan dapat menggunakan barang elektronik apa pun malam ini sampai pekerjaanmu selesai."
4. Modifikasi Perilaku
Modifikasi perilaku berfokus pada konsekuensi positif dan negatif. Perilaku yang baik diperkuat dengan pujian atau hadiah. Perilaku buruk diberi konsekuensi negatif, seperti hilangnya hak istimewa.
Misalnya, seorang anak berusia 6 tahun menolak mengerjakan pekerjaan rumahnya. Orang tua yang menggunakan modifikasi perilaku dapat mengingatkan anak tentang hadiah yang telah diatur sebelumnya dengan mengatakan, "Ingat, setelah kamu menyelesaikan pekerjaan rumah, kamu bisa menggunakan komputer selama 30 menit."
Pujian akan ditawarkan jika anak memilih untuk patuh. Orang tua akan mengabaikan protes apa pun.
ADVERTISEMENT
5. Pelatihan Emosi
Pembinaan emosi adalah proses disiplin lima langkah yang berfokus pada mengajari anak-anak tentang perasaan. Ketika anak-anak memahami perasaan mereka, mereka dapat mengungkapkannya dengan kata-kata daripada bertindak berdasarkan perasaan itu. Anak-anak diajari bahwa perasaan mereka baik-baik saja dan orang tua membantu mengajari mereka cara yang tepat untuk mengatasi emosi mereka.
Begini contohnya: Seorang anak berusia 6 tahun menolak mengerjakan pekerjaan rumahnya. Orang tua lantas membantu anak mengidentifikasi perasaan dengan mengatakan, “Ibu tahu kamu sedih karena kamu nggak bisa main, soalnya kamu harus mengerjakan PR. Matematika bisa jadi sulit dan membuat frustrasi jika kamu tidak tahu jawabannya atau butuh waktu lama. Ayo gambar perasaanmu saat mengerjakan PR matematika.”
****
ADVERTISEMENT
Dapatkan informasi terupdate seputar dunia parenting dan motherhood setiap hari hanya di Moms Update! Cari tahu informasi lengkapnya di media sosial kumparanMOM! Klik di sini