Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Cerita Ibu: Aku Bedrest 4 Bulan saat Hamil hingga Alami Mastitis saat Menyusui
9 Agustus 2023 16:59 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Setiap ibu mengalami proses kehamilan yang berbeda-beda. Ada yang mudah dan cenderung lancar, tapi tak sedikit juga yang butuh perjuangan besar untuk melaluinya. Salah satunya seperti yang dialami Desmonda Devi (28).
ADVERTISEMENT
“Mungkin kalau sekarang aku ditanya tentang kehamilan, aku masih trauma. Soalnya itu adalah sebuah beban mental buat aku untuk hamil,” kata Desmonda dalam program Cerita Ibu kumparanMOM.
Ya, ibu satu anak ini melalui perjalanan kehamilan yang tidak mudah, Moms. Ia harus bedrest selama 4 bulan pertama kehamilan karena flek yang parah dan ada indikasi hyper emesis grafinarum atau morning sickness akut.
“Sehari itu bisa kayak 10-12 kali muntah. Jadi bangun tidur langsung muntah, minum air putih, muntah. Enggak ada yang bisa masuk ke badanku, makanya sampai harus bedrest sampai 4 bulan,” kata Desmonda.
“Jadi aku ngerasa, kok kehamilan ternyata bisa juga seberat ini,” imbuhnya.
Gejala tersebut baru benar-benar menghilang saat usia kandungannya masuk trimester tiga. Di situlah ia memaksimalkan asupan nutrisi agar janin di dalam kandungannya tetap sehat dan tumbuh kembangnya optimal.
ADVERTISEMENT
Perjuangan Menyusui
Selama ini yang Desmonda tahu, perjuangan tertinggi seorang ibu adalah saat melahirkan anaknya. Sebab itulah yang selalu ia dengar dari orang-orang ataupun saat mengikuti kelas-kelas kehamilan dan menyusui. Namun ternyata yang ia alami tidak semulus itu.
Desmonda mengaku, pekan pertama menyusui ia mengalami puting lecet yang membuatnya nyeri saat menyusui. Setelah memasuki pekan kedua, proses menyusui semakin lancar dan tidak ada halangan yang berarti.
“Nah, aku pikir sudah selesai perjuangannya. Ternyata setelah masuk bayiku 3 bulan, setelah 3 bulan adem ayem, aku terkena milk blister,” ujarnya.
Menurutnya, milk blister adalah semacam sumbatan atau jerawat di area areola yang menyebabkan keluarnya ASI tersumbat. “Itu sakitnya benar-benar luar biasa. Bahkan menurut orang-orang, sakitnya milk blister ini, tuh, lebih sakit dari proses melahirkan,” katanya.
ADVERTISEMENT
Tak sampai di situ, milk blister yang dialami Desmonda ternyata berulang dua minggu kemudian. Bahkan kali ini cukup parah hingga membuatnya mengalami mastitis.
Ia sempat demam selama 3-4 malam, dan kemudian payudara memerah, bengkak, dan muncul semacam benjolan yang sangat ngilu saat disentuh. “Itu benar-benar enggak bisa disentuh. Kesentuh kain pun sakit banget. Buat jalan pun harus bungkuk,” tuturnya.
Itulah titik terberat Desmonda yang membuatnya hampir menyerah menyusui. “Pernah suatu malam aku lihat anakku nangis-nangis karena lapar, ingin minum. Tapi aku rasanya enggak sanggup karena saat dia mulai minum, tuh, pasti sakitnya luar biasa,” katanya.
Kala itu, suaminya pun tak masalah jika ia memilih berhenti menyusui. Sebab sang suami juga melihat perjuangan besar yang dilakukan Desmonda. Namun, karena tekad yang kuat dan support system yang mendukung, ia akhirnya bertekad untuk kembali menyusui. Apalagi, kata dokter, salah satu cara menyembuhkan mastitis adalah dengan menyusui bayi.
ADVERTISEMENT
“Jadi itulah yang luar biasa, sakitnya karena menyusui, tapi nyembuhinnya pun dengan menyusui,” ujar ibu satu anak ini.
Kini, bayi Desmonda sudah berusia 5 bulan. Dia berharap mastitis ataupun milk blister yang dialaminya tidak terulang kembali. Sebab menurut dokter yang menanganinya, gangguan ini terjadi bukan karena ia jarang mengosongkan ASI, tapi kemungkinan karena saluran di payudaranya sempit dan ASI-nya cenderung lebih kental.