Cerita Ibu: Bayi Saya Alami Infeksi Pencernaan karena Menelan Air Ketuban

22 September 2022 20:08 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
13
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Cerita Ibu: Bayi Saya Alami Infeksi Pencernaan karena Menelan Air Ketuban. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Cerita Ibu: Bayi Saya Alami Infeksi Pencernaan karena Menelan Air Ketuban. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Bisa melahirkan bayi yang sehat rasanya jadi dambaan semua ibu. Meski begitu, ada beberapa hal yang mungkin saja bisa jadi tantangan bagi ibu saat melahirkan dan merawat bayi baru lahir, seperti cerita Ani.
ADVERTISEMENT
Bermula dari bayinya yang harus menjalani perawatan di RS setelah dilahirkan. Selama 25 hari pertamanya ia dirawat tanpa mengonsumsi ASI karena ditemukan adanya infeksi pada pencernaan. Ya Moms, menurut cerita Ani, ia mengalami ketuban pecah dini yang berisiko membuat bayinya terkena infeksi.
Menurut diagnosis dokter, diketahui si kecil tidak bisa minum banyak karena perutnya akan membengkak dan sulit untuk BAB. Setelah pulang, Ani bersyukur kekhawatiran seperti dikatakan dokter tidak terjadi, dan BAB pertamanya lancar.
Namun ada hal lain yang membuatnya cemas, yakni banyak bekas-bekas suntikan yang membekas di tubuh bayinya. Di leher pun juga muncul bintik-bintik yang agak berbau dan bernanah, hingga luka melepuh di kaki karena kelalaian suster di rumah sakit tempat anaknya dirawat. Setelah sebulan harus dipakaikan perban dan diganti rutin, akhirnya bekas lukanya mulai membaik.
Ilustrasi bayi menangis. Foto: Shutter Stock
Masalah lain yang sampai saat ini masih dihadapi Ani adalah berat badan bayinya yang sulit naik. Berat badannya sempat tidak naik dan hanya 2,8 kg. Setelah berganti dokter hingga empat kali, baru diketahui ternyata masalah pencernaan yang dialami sang bayi sebelumnya menjadi penyebab berat badannya tidak naik.
ADVERTISEMENT
Menurut penjelasan dokter, bayinya ternyata mengalami infeksi pencernaan akibat menelan air ketuban. Dokter juga mendiagnosis bayinya akan mengalami keterlambatan pertumbuhan karena kekurangan gizi. Si kecil pun sampai harus masuk RS karena dehidrasi dan muntah-muntah setelah dicoba minum susu formula.
Ia bersyukur masalah kesehatan yang dialami anaknya bisa terungkap. Setelah pengobatan, berat badan bayinya mulai perlahan naik jadi 3,5 kg di usia empat bulan.
Nah Moms, cerita Ibu Ani yang dibagikan lewat akun Instagram @kumparanMOM mendapat respons dari followers. Ada yang menceritakan pengalaman serupa, dan memberikan semangat ke Ani.
"I feel u mom, anakku jg terminum air ketuban sampe 3/4 paru parunya dan 2minggu dirawat, g bs lgsg minum asi jg sampe bibirnya pecah-pecah, nangis sejadi jadinya apalagi pas tanya ke dokter ttg kesembuhan anak jawabnya cm 'kita usahakan ya bu' 😭. Alhamdulillah skrg sdh 10thn usianya, tetap berdoa yg kenceng, bisikin ucapan-ucapan baik ke baby dan positif thinking🙏," kata pemilik akun @meikinayamorika.
ADVERTISEMENT
"Aku pernah mom, anakku waktu lahir nelen ketuban banyak banget, masuk nicu 7hari, aku pulang dari rs anak masih disana, remuk seremuk itu hati liat banyak selang ditubuh bayiku, tapi alhamdulillah setelah 7 hari pulang dan sehat walafiat sampai sekarang sudah 1tahun lebih. Yuk mom percaya bismillah pasti dedenya bisa sembuh 🥰," tulis pemilik akun @lathifaira.
"Sesama mama dg riwayat bayi minum ketuban releated bgt 😢 lekas sehat dedek bayi,, keep strong ibu ani.. ibu gak sendirian *pelukjauh," ungkap pemilik akun @ratna.indahs.
Cairan ketuban memang sangat diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi di dalam kandungan. Namun, tak jarang ibu mengalami masalah dalam kandungan yang bisa memengaruhi kesehatan bayi, seperti yang dialami Ibu Ani dengan bayinya yang menelan air ketuban.
ADVERTISEMENT

Penyebab Bayi Menelan Air Ketuban dan Bahayanya Bagi Kesehatan

Penyebab Bayi Menelan Air Ketuban dan Bahayanya Bagi Kesehatan. Foto: Antara/Rahmad
Cairan ketuban memiliki fungsi sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi di dalam kandungan. Namun, pada beberapa kondisi, bayi bisa mengalami masalah kesehatan akibat keracunan air ketuban atau yang dalam istilah medis disebut aspirasi mekonium (meconium aspiration).
Dikutip dari laman Johns Hopkins Medicine, sindrom aspirasi mekonium adalah kondisi ketika bayi baru lahir menghirup campuran mekonium (feses pertama bayi) yang tercampur dengan cairan ketuban, lalu kemudian masuk ke dalam paru-paru. Biasanya, feses pertamanya akan memiliki tekstur lengket, kental, dan berwarna hijau gelap. Kejadian ini bisa berlangsung selama atau setelah proses persalinan.
Aspirasi mekonium merupakan salah satu penyebab utama penyakit parah atau kematian pada bayi baru lahir. Sekitar 5-10 persen bayi mengalami kondisi ini saat dilahirkan. Sindrom tersebut dapat terjadi pada bayi yang lahir cukup bulan (37 hingga 41 minggu) atau pasca cukup bulan (setelah 42 minggu).
ADVERTISEMENT
Prosesnya adalah ketika mekonium yang kental bercampur ke dalam cairan ketuban, lalu mekonium akan tertelan dan terhirup ke dalam jalan napas janin. Saat bayi mengambil napas pertamanya setelah dilahirkan, partikel mekonium memasuki jalan napas dan dapat disedot (dihirup) jauh ke dalam paru-paru.
Ilustrasi bayi mengalami aspirasi mekonium. Foto: Shutter Stock
Dalam kondisi normal, janin semestinya belum mengeluarkan mekonium saat masih berada di dalam kandungan. Akan tetapi, hal sebaliknya bisa terjadi pada beberapa kondisi. Salah satunya ketika janin mengalami stres selama persalinan, apalagi pada ibu yang kehamilannya sudah lewat dari 40 minggu.
Lantas, apakah kondisi ini berbahaya dan bisa menyebabkan gangguan kesehatan pada bayi? Jawabannya iya, Moms. Dilansir Children's National, bayi berisiko mengalami kondisi berbahaya bahkan berakibat serius, seperti:
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Nah Moms, Anda perlu waspada apabila bayi mengalami gejala-gejala seperti kulit bayi berwarna kebiruan, napas cepat, suara mendengkur saat bernapas, retraksi (otot dada dan leher tampak turun saat bernapas), atau dada yang terlalu buncit akibat udara yang terperangkap. Tapi gejala pada tiap bayi bisa berbeda-beda.
Untuk mendiagnosa aspirasi mekonium, dokter biasanya akan melakukan rontgen dada. Salah satunya dengan sinar-x sebagai tes diagnostik yang menggunakan sinar energi elektromagnetik untuk menghasilkan gambar jaringan internal, tulang hingga organ dalam.
Saat melahirkan, perawatan yang mungkin diberikan pada bayi, seperti:
ADVERTISEMENT
=====
Yuk, baca lebih banyak #CeritaIbu yang inspiratif di Instagram @kumparanmom. Atau ingin ikut berbagi cerita? Bisa, Moms! Kirimkan saja cerita Anda lewat DM Instagram @kumparanmom.