Cerita Ibu: Hancur Hati Saya saat Anak Pergi Selamanya

23 Juni 2023 19:04 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Fanny Aryani. Foto: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Fanny Aryani. Foto: kumparan
ADVERTISEMENT
Kepergian seorang anak bernama Mili pada Desember 2022 yang begitu cepat membuat hati orang-orang terdekatnya hancur, terutama ibu dan ayahnya. Ya, kisah Ambanyu Mili Winata ini sempat viral di Twitter dan Instagram karena ayah dan ibunya punya cara tersendiri dalam memulihkan duka, yakni membuatkan buku cerita dengan Mili sebagai tokoh utama.
ADVERTISEMENT
Itulah yang dikatakan Fanny Aryani, ibunda Mili, kepada suaminya, MB Winata. Winata yang memang latar belakangnya tak jauh-jauh dari dunia penulisan, akhirnya mewujudkan keinginan sang istri. Ia membuat buku cerita berjudul Mili dan Pemilik Paket Misterius. Ide cerita hingga sketsa buku murni hasil karyanya. Kemudian ia bekerja sama dengan ilustrator Hana Agustine hingga menjadi buku cerita anak yang apik.
Tak butuh waktu lama hingga akhirnya buku Mili selesai dicetak dan rencananya akan diberikan kepada orang-orang terdekat tepat saat Mili ulang tahun pada bulan Mei. Namun ternyata saat Winata memposting buku itu di Twitter, respons netizen begitu besar. Cetakan awal sebanyak 300 eksemplar langsung ludes dikirimkan gratis untuk netizen.
Mereka akhirnya mencetak 1.000 eksemplar lagi dan kembali dibagikan gratis untuk orang-orang yang memesannya. Hingga saat ini sudah lebih dari 3 ribu orang yang masuk daftar tunggu (waiting list) menantikan buku Mili. Winata dan Fanny tengah mempertimbangkan tawaran kerja sama dari penerbit agar distribusi buku Mili lebih tertata dan kualitas bukunya juga lebih baik.
ADVERTISEMENT
Fanny terharu dengan respons yang luar biasa dari netizen terkait buku Mili. Doa-doa untuk Mili juga terus mengalir, tak putus-putus dari orang-orang yang bahkan tidak mengenalnya. Mulai dari Twitter, Instagram, maupun dari form pemesanan buku Mili.
“Banjir air mata saya, teman-teman baru Mili di luar sana yang sudah memberikan doa terbaiknya ke Mili, ke keluarga kami, memberikan kekuatan, jujur ini sangat-sangat berarti,” kata Fanny dalam program Cerita Ibu kumparanMOM.

Kisah Meninggalnya Mili

Mili semasa hidup. Foto: Instagram/@aryanifanny
Fanny bercerita, Mili meninggal di hari Jumat tanggal 2 Desember 2022 dalam usia 18 bulan. Proses meninggalnya sangat cepat. Sehari sebelumnya Mili masih ceria dan aktivitasnya normal seperti biasa. Ia bermain ke rumah tetangga dan bermain dengan belalang, lalu dibawa masuk ke rumah. Tiba-tiba Mili muntah-muntah. Awalnya terlihat seperti muntah biasa, namun tak juga berhenti setelah diberi air kelapa—cara andalan Fanny saat anak muntah. Akhirnya dibawa ke dokter untuk berobat jalan.
ADVERTISEMENT
Selama muntah-muntah itu, Mili yang biasanya selalu makan dengan lahap, kala itu tak mau makan sama sekali. Dia hanya mau menyusu langsung dengan ibunya dan tak mau lepas dari sang ibu. Karena muntah-muntah tak kunjung berhenti, Fanny dan Winata lantas membawa Mili ke UGD sore itu, Kamis (1/12/2022).
“Ke UGD jam 10.00 malam (22.00), kemudian jam 02.00 pagi langsung masuk ICU, di jam 10.00 pagi, hari Jumat, dia sudah berpulang. Jadi memang secepat itu dan setidaksiap itu kita menerima ini, gitu,” ujar Fanny.
Tidak diketahui dengan jelas apa penyebab Mili meninggal. Sebab belum sempat tes darah maupun CT scan. Menurut Fanny, dokter menduga penyebabnya virus, sebab balita sering kali memasukkan apa pun ke mulutnya termasuk jari yang mungkin mengandung kuman dan bakteri. Tapi tidak diketahui juga virus apa.
ADVERTISEMENT
“Kemungkinan juga ada pendarahan di pencernaan. Itu pun kita belum tahu, di pencernaan organ yang mana, kita belum tahu. Sampai akhirnya udah lemas dan dia sudah kecapean untuk berjuang, paginya secepat itu (meninggal),” tutur Fanny.

Periode Terberat

Mili semasa hidup. Foto: Instagram/@aryanifanny
Meninggalnya Mili merupakan guncangan terberat bagi Fanny dan Winata. Selama 40 hari, tidak ada hari yang dilalui Fanny tanpa tangisan.
Ia memutuskan resign dari pekerjaannya dan Winata WFH selama 2 pekan penuh sejak meninggalnya Mili. Fanny juga tak bisa berada dalam kegelapan atau keheningan. Saat malam hari, semua lampu harus menyala, termasuk televisi, agar suasana tidak hening.
“Wah, hancur dunia saya waktu itu. Hancur sehancur-hancurnya. Jangankan untuk menghadap hari, untuk nanti mau ngapain, semua terasa sia-sia. Menyerah itu sering banget muncul, udahan ajalah hidup ini, ngapain, sih, lama-lama kita hidup,” katanya.
ADVERTISEMENT
Bagi ibu 3 anak ini, semua sudut rumah mengingatkannya dengan Mili dan segala tingkah lakunya. Tak jarang ia menengok ke pintu kamar, mencari bayangan Mili. Sebab putri keduanya itu sering kali mengetuk-ngetuk pintu saat ia berada di dalam kamar.
Baju-baju Mili yang tersimpan di lemari dan kini diwariskan kepada adiknya juga masih ia ciumi. “Sepatu pertama yang saya belikan untuk dia, masih ada aroma kakinya, masih saya cium-ciumi kalau saya kangen. Ya, cuma itu yang saya punya dari dia, kan,” katanya sambil menitikkan air mata.

Anak Jadi Penyemangat Hidup

Mili punya kakak dan adik bernama Daya (4 tahun) dan Dhawa (8 bulan) yang keduanya perempuan. Mereka adalah penyemangat Fanny dan Winata dalam menjalani hidup usai kehilangan Mili.
ADVERTISEMENT
“Daya kalau dia lihat saya habis salat gitu, nangis, dia selalu bilang: “Ibu miss Adek, ya? Nggak papa, nanti kita sama-sama kayak Adek” kayak gitu. Dia, tuh, yang selalu bikin saya semangat,” tutur Fanny.