Cerita Ibu: Mendidik Anak Homeschooling, Berprestasi Tanpa Sekolah Formal

9 Mei 2023 18:50 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mira Julia. Foto: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Mira Julia. Foto: kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sejak 23 tahun yang lalu, Mira Julia dan Aar Sumardiono mendobrak pola pendidikan formal anak-anak di Indonesia yang menurut mereka sudah mulai seperti pabrik. Sebab sejak SD hingga SMA, cara belajar semua siswa selalu sama. Sekolah juga terasa semakin lama semakin panjang, sehingga semakin sedikit waktu bagi anak untuk bermain dan bereksplorasi.
ADVERTISEMENT
“Terus dari situ kita cari tahu, ada enggak ya alternatif lain dari jalan yang ini? Dan kami mulai riset kecil-kecilanlah tentang itu. Waktu itu belum tahu kalau namanya homeschooling,” kata Lala dalam program Cerita Ibu kumparanMOM.
Lala dan Aar kesulitan mencari referensi dan pertemanan. Sebab kala itu hampir tak ada keluarga di Indonesia yang menerapkan homeschooling. Informasi dari internet juga masih sangat terbatas karena belum ada media sosial. Hingga akhirnya mereka mendapat banyak referensi dari keluarga-keluarga praktisi homeschooling di Amerika.

Bagaimana Cara Anak Homeschooling Belajar?

Anak-anak Lala dan Aar sedang belajar menjahit dengan mesin jahit tangan. Foto: Dok. Lala
Menurut Lala, homeschooling adalah customize education. Oleh karenanya setiap keluarga memiliki cara belajar tersendiri, bahkan metode dan kurikulum bagi masing-masing anak bisa sangat berbeda.
ADVERTISEMENT
Di keluarga Lala, cara belajar yang diterapkan sangat berbeda dengan sekolah formal yang menerapkan jam belajar. Sedangkan baginya, belajar bisa dimulai dari aktivitas sehari-hari sejak bangun tidur. Bahkan dapur di rumah bisa jadi sumber dari begitu banyak bidang ilmu.
“Kita bisa belajar dari apa yang ada di sekeliling kita. Jadi, justru kekuatannya homeschooling itu adalah belajar dari keseharian. Sebenarnya dapur itu sumber belajar yang luar biasa. Buka kulkas itu ada matematika di sana, ada IPA di sana, ada kimia di sana, ada bahasa di sana. Belum lagi ngomongin bumbu-bumbu,” urai Lala.
Selain belajar dari keseharian, mereka juga acapkali mengambil kursus online, seperti matematika, Bahasa Inggris, dan lain-lain sesuai kebutuhan anak. Tak hanya di dalam rumah, anak-anak homeschooling juga kerap belajar di luar rumah, Moms.
ADVERTISEMENT
Metode belajarnya juga macam-macam. Seperti belajar mengenai pengolahan susu langsung dari peternakannya di kawasan Lembang, Jabar, belajar pengolahan tahu dari industri, belajar entrepreneurship dari pelaku UMKM, dan lain-lain.
Anak-anak belajar membuat kompos di rumah. Foto: Dok. Pribadi
Mereka juga biasanya mengikuti berbagai klub yang disukai anak, mulai dari bidang olahraga, seni, ilmu pengetahuan, dan masih banyak lagi. Ada juga komunitas-komunitas yang penuh dengan berbagai kegiatan edukatif seperti Pramuka, camping, perjalanan, dan beragam program lain.
Dengan banyaknya aktivitas itu, Lala justru mempertanyakan anggapan anak homeschooling kurang bersosialisasi. Menurutnya, justru anak sekolah yang kurang bersosialisasi karena aktivitasnya terlalu banyak di sekolah.
“Buat kami sekolah itu sosialisasi semu, sebenarnya. Dia seperti laboratorium sosial. Kenapa? Karena dari TK, SD, SMP, SMA, itu temannya seumur. Coba, di dalam dunia nyata kita enggak pernah berada dalam suatu kondisi di mana semuanya seumur,” kata founder Komunitas Rumah Inspirasi ini.
ADVERTISEMENT

Berprestasi Meski Tak Pernah Sekolah Formal

Duta saat memenangi lomba catur Malaysian Chess Festival. Foto: Dok. Pribadi
Meski tak pernah sekolah formal, ketiga anak Lala dan Aar tetap menunjukkan prestasi sesuai potensi mereka masing-masing. Anak pertama mereka, misalnya, Yudhis (22), bisa lolos SBMPTN UI meski tak pernah mengenyam pendidikan formal dari TK hingga SMA.
Yudhis yang kini jadi mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI, mengambil ijazah Paket A (setara SD), Paket B (setara SMP), dan Paket C (setara SMA), sebelum akhirnya mengikuti SBMPTN UI. Pria yang juga menyukai filsafat dan teknologi ini mengikuti bimbel selama setahun untuk bisa masuk UI dan langsung lolos.
Kemudian anak kedua Lala dan Aar, Tata (19), adalah seorang entrepreneur. Remaja perempuan itu telah membangun bisnis sekolah menggambar bernama Kreasita.com sejak SMP. Kini muridnya mencapai ribuan orang.
ADVERTISEMENT
“Dia memang dari dulu sukanya menggambar. Kita mau stimulus yang lain-lain, baliknya ke situ lagi. Jadi cukup jelas (minatnya), tapi enggak spesifik,” ujar Lala.
Beda lagi dengan anak ketiga mereka, Duta (15), yang sangat menyukai catur. Bahkan menurut Lala, Duta tidak menyukai hal lain selain catur. Dari hobinya tersebut, begitu banyak kejuaraan catur yang ia ikuti dan menangi baik nasional maupun internasional. Mulai dari Kejurnas Catur, Malaysian Chess Festival, Bangkok Chess Club Blitz 2022 , Asian Chess Championship, Eastern Asian Youth Championship, dan masih banyak lagi.
Duta Juara Kejurnas Catur Kelompok Umur 19 tahun 2023. Foto: Dok. Pribadi

Kedua Orang Tua Bekerja di Luar Rumah, Mungkinkah Menerapkan Homeschooling?

Lala mengakui, salah satu isu saat memilih pendidikan homeschooling adalah manajemen waktu. Jika kedua orang tua bekerja di luar, maka perlu dipastikan bagaimana pendidikan anak di rumah dan siapa yang akan bertanggung jawab.
ADVERTISEMENT
“Jadi gini, untuk anak yang masih usia dini, logika ajalah, itu masih butuh pondasi. Salah satu orang tuanya bagusnya ada di sebelahnya, atau orang tua punya orang lain yang bisa menggantikan posisinya untuk memberikan pondasi buat anak-anaknya,” kata Lala.
Meski demikian, bukan berarti keluarga yang kedua orang tuanya bekerja di luar rumah, tidak mungkin menerapkan homeschooling bagi anak-anaknya. Sebab Lala memiliki beberapa teman yang menerapkan hal itu.

Bisakah Pindah dari Sekolah Formal ke Homeschooling?

“Sangat bisa. Secara legal memungkinkan, karena homeschooling itu legal, ya. Yang dilakukan orang tua adalah mencari PKBM, kalau orang tuanya memang mau mempunyai ijazah, anaknya, maka dia tinggal memindahkan dari formal ke nonformal,” urai Lala.
Namun, ia menekankan kepada orang tua yang ingin menerapkan homeschooling untuk anaknya agar benar-benar yakin sebelum mengambil keputusan. Sebab dari pengalaman yang ia lihat selama ini, banyak orang tua yang menerapkan homeschooling untuk anak, tapi masih ragu saat anak tak pernah ikut ujian dan tak memiliki ijazah.
ADVERTISEMENT
“Kuncinya kalau mau homeschooling, orang tuanya harus belajar dan harus tahu kenapa dia perlu tidak sekolah. Kalau masih sangat ingin ijazah, kalau buat saya, sih, sekolah aja karena sekolah itu bagus,” ucap ibu yang kini tinggal di Surabaya tersebut.

Kisaran Biaya Homeschooling

Seperti halnya biaya makan, biaya homeschooling pada masing-masing keluarga juga akan berbeda. Lala mencontohkan, saat ia dan suami memiliki anggaran berlebih, anak-anak bisa belajar hingga ke luar kota atau bahkan ke luar negeri sembari liburan. Namun, jika kondisi keuangan sedang menipis, mereka bisa belajar dari apa saja yang ada di rumah, termasuk dari buku-buku bekas.
Selain itu, biaya untuk mengambil kursus matematika dan Bahasa Inggris, misalnya, rata-rata hanya Rp 350 ribu selama setahun yang bisa diakses online 24 jam. Selain itu, biaya lain-lain seperti tiket liburan, tiket nonton film, dan lain-lain bisa jauh lebih murah karena dilakukan di hari dan jam kerja.
ADVERTISEMENT
“Murah banget, kan? Itu tergantung kitalah. Tapi ada juga yang mahal banget, karena (misalnya) anaknya videografer, alat kameranya mahal, iya,” ujar ibu asal Jatinegara, Jakarta Timur, ini.

Pentingnya Kesiapan Orang Tua

Melihat penjelasan Lala di atas, mungkin Anda jadi tertarik menerapkan homeschooling di rumah. Eits, tapi tunggu dulu, Moms. Ada tanggung jawab besar yang harus disadari orang tua jika memilih homeschooling untuk anak, lho. Sebab pendidikan anak sepenuhnya menjadi tanggung jawab orang tua.
Homeschooling itu bukan memindahkan sekolah ke rumah. Homeschooling itu bukan menitipkan anak pada lembaga di luar keluarga. Jadi bukan lagi mengambil anak dari sekolah formal kemudian menaruhnya lagi pada sebuah lembaga nonformal, bukan,” urai Lala.
Oleh karena itu, orang tua perlu terus menerus belajar. Meski bukan berarti orang tua harus bisa semua hal, namun perlu bijak dan paham apa yang dibutuhkan anak.
ADVERTISEMENT
Homeschooling itu perlu kesadaran dari orang tua bahwa ketika orang tua memilih homeschooling berarti dia bertanggung jawab penuh pada proses pendidikan anak-anaknya. Jadi dia perlu belajar. Belajar bagaimana caranya menjadi orang tua yang baik, belajar bagaimana caranya untuk bisa mengeluarkan potensi anak, belajar bagaimana bisa menemani dia, menghantarkan,” tegasnya.