Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Cerita Ibu: Perjuangan Asri Welas Dampingi Anak yang Alami Katarak Kongenital
21 Oktober 2022 19:00 WIB
·
waktu baca 5 menitADVERTISEMENT
Bahagia rasanya bila melihat anak bisa tumbuh dan berkembang dengan baik. Namun, Asri Welas memiliki cerita tersendiri dalam mendampingi tumbuh kembang anak keduanya, Rayyan Gibran R. Rahardja, yang sempat terhambat setelah diketahui mengalami katarak kongenital.
ADVERTISEMENT
Katarak kongenital merupakan kelainan atau cacat bawaan yang ditunjukkan dengan lensa mata bayi keruh atau buram sejak lahir. Kondisi ini berpotensi menyebabkan gangguan penglihatan hingga kebutaan.
Asri Welas sendiri bercerita awalnya ia tidak menyadari bahwa Ibran --panggilan Gibran-- mengalami gangguan penglihatan. Kecurigaannya ini justru bermula dari ucapan sang putra sulung, Rajwa Gilbram Ridha Rahardja atau biasa dipanggil Ibam, yang mengatakan adiknya tidak berkedip saat ditepuk di depan matanya. Kala itu, mereka sedang berlibur di Jepang dan usia Ibran masih tiga bulan. Setelah diperiksa oleh suaminya dengan senter, terlihat adanya blok putih yang menutup kedua mata Ibran.
Setelah kembali ke Indonesia, Asri Welas dan suaminya langsung membawa si kecil ke dokter spesialis mata anak. Dokter pun mendiagnosis putranya mengalami katarak kongenital, yang membuat penglihatannya terganggu dan harus menjalani operasi pengangkatan lensa mata. Operasi berhasil dijalani, namun Ibran diharuskan memakai alat bantu kacamata dengan lensa khusus yang harus digunakan seumur hidup. Ya Moms, ukuran kacamatanya bahkan hingga +23.
ADVERTISEMENT
Menurut dokter, penyebab katarak kongenital adalah virus rubella dan tokso. Tetapi, dokter mencurigai kemungkinan penyakit bawaan di bagian tubuh lain. Dan benar saja, hasil pemeriksaan menunjukkan Ibran mengalami gangguan di bagian oralnya, sehingga ia jadi telat berbicara, tidak bisa mengunyah, gigi dan gusinya jadi sering berdarah, hingga perkembangannya sempat terlambat.
Untuk membantu perkembangannya, wanita berusia 43 tahun itu mengungkapkan Ibran harus menjalani terapi setiap hari. Terapi ini sudah dijalani selama 5 tahun. Mulai dari terapi untuk motorik kasar dan halus, serta terapi oral atau analnya dijalani oleh Ibran. Selain itu, terdapat terapi frekuensi suara untuk menyeimbangkan virus-virus yang ada di mulutnya supaya hilang.
Sampai saat ini, Ibran terus tumbuh menjadi seorang yang bisa percaya dengan dirinya sendiri. Bahkan, di usianya yang sudah lima tahun itu, Ibran menyukai berbagai kegiatan, salah satunya berenang. Kelahiran adiknya pada tahun 2019 juga semakin memberikan semangat dan motivasi bagi Ibran. Kini, Asri Welas dan Ibran bergabung dalam sebuah kegiatan sosial yang menyalurkan 2025 kacamata khusus untuk anak dengan katarak kongenital di pelosok Indonesia.
ADVERTISEMENT
Nah Moms, ternyata cerita Asri Welas yang dibagikan lewat akun Instagram @kumparanMOM mendapat beragam respons dari followers. Mereka turut memberi semangat kepada Ibran dan anak-anak lainnya agar tidak patah semangat.
"Semangat mba asri welas.. Semangat bu ibu dengan anak2 istimewa.. 🤗," tulis pemilik akun @meirestika.
"Mba Asri panutannnnnn," kata pemilik akun @vprimaarista
Menurut data dari Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI), prevalensi katarak kongenital secara global sebanyak 1-15 per 10.000 kelahiran dan sering muncul di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Lantas, apa yang perlu orang tua perlu pahami tentang penyebab, pengobatan, dan risiko bagi tumbuh kembang anak?
Memahami Penyebab Katarak Kongenital pada Bayi
Dilansir Verywell Health, gejala umum katarak kongenital sama seperti katarak pada orang dewasa, yakni terdapat bintik putih keruh di bagian lensa mata. Akibatnya, sistem penglihatan anak bisa terganggu, seperti penglihatan tampak lebih buram, berbayang, hingga berujung kebutaan.
ADVERTISEMENT
Pada bayi baru lahir, memang terkadang tidak bisa selalu terlihat secara kasat mata. Namun sebenarnya, bintik putih tersebut sudah bisa terlihat sejak bayi di dalam kandungan, yaitu melalui pemeriksaan USG. Hanya saja, beberapa dokter terkadang kurang memperhatikan hal tersebut.
Nah Moms, apa yang menyebabkan bayi bisa mengalami katarak kongenital? Dikutip dari laman Kids Health, katarak ini dapat terjadi pada bayi yang memiliki kondisi:
Infeksi yang paling umum terjadi disebabkan oleh cacar air, sitomegalovirus, herpes, HIV, rubella, sipilis, dan toksoplasmosis.
Sementara March of Dimes melansir, beberapa penyebab lainnya bisa jadi karena adanya perubahan/kelainan gen atau kromosom, ibu hamil yang mengalami hipoglikemia, hingga ibu yang mengalami infeksi selama kehamilan --baik dari virus herpes dan infeksi lainnya.
ADVERTISEMENT
Bagaimana Perawatan Bayi dengan Katarak Kongenital?
Dalam sebuah diskusi beberapa waktu lalu, Menteri Kesehatan RI tahun 2014-2019 sekaligus dokter spesialis mata, Prof. Dr. dr. Nila Djuwita Faried Anfasa Moeloek, Sp.M(K), mengungkapkan katarak kongenital yang terjadi pada bayi tidak akan bisa sembuh. Itu artinya, kondisi ini akan berlangsung hingga ia dewasa dan lanjut usia.
Dalam kebanyakan kasus, dokter akan melakukan operasi untuk menghilangkan kataraknya. Pembedahan biasanya dilakukan segera setelah diagnosis, dan lebih baik pada usia bayi 6-8 minggu agar perkembangan visual anak semakin optimal. Setelah itu, anak perlu diberikan kacamata khusus sedini mungkin agar terbiasa digunakan hingga usia dewasa, mengingat ukuran lensa yang digunakan pada pasien katarak cukup tebal dan berat.
ADVERTISEMENT
“83 persen dari kemampuan manusia mengolah informasi berasal dari indra penglihatan. Jadi, operasi katarak pada anak harus dilakukan segera, jangan terlambat. Setelah operasi bedah, rehabilitasi visual harus dilakukan secepatnya dengan menggunakan kacamata khusus agar anak dapat melihat lebih jelas,” ungkap dr. Nila konferensi pers 'Penyaluran 2025 Kacamata Khusus untuk Anak dengan Katarak' yang diselenggarakan Optik Tunggal beberapa waktu lalu.
Apakah Katarak Kongenital Dapat Dicegah?
Menurut Dokter Spesialis Anak dr. Setyo Handryastuti, Sp.A(K) dalam laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tindakan pencegahan sudah bisa dilakukan para ibu sejak berencana hamil. Yakni dengan cara mendapatkan vaksin rubela.
"Oleh karena itu, sangatlah bijaksana untuk melakukan tindakan pencegahan dengan cara vaksinasi rubela. Terutama untuk anak perempuan agar mempunyai kadar antibodi yang cukup pada saat usia reproduksi serta ibu hamil tidak boleh kontak dengan penderita rubela," tutur dr. Setyo.
ADVERTISEMENT
Selain itu, pencegahan lainnya sebelum hamil adalah melakukan pemeriksaan menyeluruh sebelum program hamil, termasuk apakah ada risiko mengalami infeksi. Sehingga, bila mengalami suatu infeksi dapat segera diobati dini, dan membantu Anda memiliki kehamilan yang sehat. Yang tak kalah penting adalah mengetahui apakah keluarga besar ada yang juga memiliki riwayat gangguan mata sejak lahir. Cara ini bisa membantu Anda memahami tentang gen, cacat lahir, dan kondisi medis lain yang diturunkan dalam keluarga.
=====
Yuk, baca lebih banyak #CeritaIbu yang inspiratif di Instagram @kumparanmom. Atau ingin ikut berbagi cerita? Bisa, Moms! Kirimkan saja cerita Anda lewat DM Instagram @kumparanmom.