Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Cerita Ibu: Saya Galau Kembali WFO Setelah 2 Tahun Pandemi Kerja di Rumah
11 Agustus 2022 19:00 WIB
·
waktu baca 5 menitADVERTISEMENT
Sudah dua tahun lebih pandemi COVID-19 di Indonesia membuat banyak perubahan dalam beraktivitas sehari-hari. Terlebih, banyak perusahaan akhirnya memberlakukan work from home (WFH ) karena produktivitas karyawan tetap baik meski tidak berada di kantor. Namun, tak sedikit juga kantor yang kembali melakukan kebijakan WFO alias work from office.
ADVERTISEMENT
Ternyata, kebijakan kembali bekerja di kantor ini membuat galau beberapa ibu, termasuk dialami Dania. Saat awal pandemi, Dania melahirkan anak keduanya. Tak lama setelah cuti melahirkannya habis, kantornya memberlakukan kebijakan WFH karena kasus COVID-19 terus melonjak.
Awalnya, ia tak terbayang harus seperti apa mengurus anak sambil bekerja di rumah. Tetapi, Dania merasakan banyak hal positif bisa WFH sambil mengasuh kedua anaknya. Anak sulungnya merasa tetap diperhatikan karena ia punya cukup waktu, dan sisi lain si anak bungsu tetap bisa diasuh penuh olehnya. Tak dipungkiri, berkat WFH, ia jadi bisa melihat satu demi satu tumbuh kembang kedua anaknya. Sebuah berkah yang luar biasa dan tidak ternilai.
Namun, setelah hampir dua tahun kantornya memberlakukan kerja di rumah secara penuh, kini Dania pun harus bersiap karena kantornya kembali menerapkan WFO. Dania merasa bingung sekaligus sedih karena harus meninggalkan kembali anak-anaknya di rumah karena ia harus kembali bekerja di kantor.
Tantangannya adalah jarak antara kantor dan rumahnya yang sangat jauh. Tak tanggung-tanggung, waktu tempuh pulang dan pergi bisa memakan 4-5 jam. Padahal, jika WFH, waktu tersebut bisa dimanfaatkan untuk melakukan banyak hal di rumah termasuk mengasuh dua anaknya.
ADVERTISEMENT
Saat ini, Dania sedang merasa kebingungan karena sudah terlanjur nyaman kerja di rumah. Di sisi lain, ia sangat menyukai pekerjaannya. Ia galau, apakah harus resign dan melepaskan pekerjaannya atau tetap bertahan demi mencukupi kebutuhan keluarganya sehari-hari.
Nah Moms, cerita ibu Dania yang dibagikan lewat akun Instagram @kumparanMOM mendapat berbagai respons dari followers. Ada yang menceritakan pengalaman serupa, dan ada juga yang memberi saran untuk memutuskan pilihan mana yang terbaik.
"Hi Mom, I feel the same! :) tapi saat ini mulai banyak kok perusahaan2 yg menawarkan full WFH. Biasanya memang perusahaan asing/multi-country. For the worst case, coba sambil cari di situs2 yg menawarkan pekerjaan yg bisa wfh, siapa tau memang rejekinya :)," tulis pemilik akun @wulandariris.
ADVERTISEMENT
"Mikir 2x ya mau wfo, bhay," kata pemilik akun @saqeey.
"Lagi ngalamin ini jg galaunya. Aku discuss dulu sih sama suami, tapi ternyata kebutuhan sehari-hari msh jd prioritas. InsyaAllah anak masih bisa dipegang karena suami dan aku gantian WFO," tulis pemilik akun @bearylna.
Sebagai seorang ibu bekerja, memutuskan untuk resign dari pekerjaan memang bisa membuat dilema. Ya Moms, memiliki banyak waktu luang bersama anak begitu menyenangkan. Tetapi, berhenti bekerja juga terkadang bukanlah keputusan mudah. Apalagi jika usaha untuk mencapai karier saat ini dilakukan lewat perjuangan dan waktu tidak sebentar.
Tak dapat dipungkiri juga, banyak ibu bekerja yang sudah terlanjur nyaman bisa bekerja dari rumah. Pekerjaan tetap bisa dilaksanakan, dan di saat bersamaan anak tetap diasuh penuh.
ADVERTISEMENT
Nah Moms, bagi Anda yang sedang galau seperti Dania, yuk perhatikan beberapa pertimbangan berikut ini.
Yang Perlu Dipertimbangkan Sebelum Memutuskan Resign karena Keluarga
1. Tanyakan ke Diri Sendiri
Mengutip Today's Parent, keputusan untuk tetap bekerja atau berhenti bekerja akan berpengaruh pada keluarga dan orang-orang di sekitar Anda. Namun, yang perlu diingat, saat ini pikirkan apa yang paling membuat Anda bahagia, Moms.
Misalnya, ketika bekerja, Anda akan bisa bertemu banyak rekan-rekan di kantor, istirahat dan makan siang, hingga terus mengembangkan skill sesuai keahlian kerja. Sementara ketika menjadi ibu rumah tangga, ada kepuasan ketika bisa menyaksikan langsung tumbuh kembang dan punya lebih banyak waktu bersama anak-anak.
Apabila Anda berhenti bekerja karena berpikir orang lain akan bahagia, hal itu hanya akan membuat kondisi sulit dan tak jarang membuat frustasi. Namun, jika Anda benar-benar ingin lebih bahagia dengan fokus mengurus anak, maka coba abaikan pikiran dan tekanan negatif yang muncul.
ADVERTISEMENT
2. Buat Daftar Pengeluaran Apabila Resign
Mulailah untuk membuat daftar kelebihan dan kekurangan yang berkaitan dengan kondisi finansial keluarga jika Anda berhenti bekerja. Misalnya, kebutuhan belanja bulanan, bayar cicilan rumah atau cicilan lain, biaya pendidikan anak, dana pensiun dan lainnya. Jangan lupa hitung pengeluaran darurat dengan berkurangnya sumber pemasukan, setelah Anda berhenti kerja.
Beberapa ibu mungkin juga perlu mengubah gaya hidupnya. Misalnya, saat bekerja dan punya penghasilan sendiri bisa bebas membeli barang yang diinginkan. Namun setelah tidak lagi bekerja, perlu dipikirkan agar mengurangi membeli barang yang kurang diperlukan. Yang terpenting adalah diskusikan dengan suami seperti apa rencana keuangan bulanan setelah pemasukan lebih sedikit dari sebelumnya.
3. Pikirkan Tujuan Karier
Beberapa ibu memutuskan tetap lanjut bekerja karena ingin mengejar target dalam kariernya. Bagi Anda yang sudah mengejar pendidikan tinggi dan membangun karier namun belum sesuai keinginan, mungkin akan terasa lebih berat apabila memutuskan berhenti bekerja. Peneliti dari Universitas Carleton Ottawa, Linda Duxbury, menyarankan apabila ingin fokus mengurus anak sambil bekerja, Anda perlu memiliki rencana agar skill tetap terasah.
ADVERTISEMENT
4. Pahami Anak akan Baik-baik Saja
Nah Moms, penelitian yang dilakukan Institut Kesehatan Anak dan Perkembangan Manusia Nasional Amerika Serikat terhadap 1.000 anak menunjukkan tidak ada perbedaan perkembangan anak-anak yang diasuh ibu sendiri atau orang lain--saat ibunya bekerja.
Studi yang sama dilakukan oleh Harvard Business School di 24 negara juga menemukan wanita yang ibunya bekerja sambil membesarkan anak-anak cenderung memiliki pekerjaan yang lebih baik dan berpenghasilan lebih besar. Jadi, tetap bekerja pun keluarga juga bisa tetap bahagia.
Tetapi balik lagi, keputusan resign atau tidak dari pekerjaan karena sudah nyaman berada di rumah perlu didiskusikan dengan suami dan keluarga. Pikirkan lagi mana prioritas Anda saat ini, dan bagaimana mengatasi kekurangan-kekurangan saat harus berhenti bekerja.
ADVERTISEMENT
=====
Yuk, baca lebih banyak #CeritaIbu yang inspiratif di Instagram @kumparanmom. Atau ingin ikut berbagi cerita? Bisa, Moms! Kirimkan saja cerita Anda lewat DM Instagram @kumparanmom.