Cerita Ibu: Saya Perlu Yakinkan Anak, Ibu Sambung Tak Seburuk yang Mereka Pikir

20 November 2023 17:25 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Cerita Ibu. Aset: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Cerita Ibu. Aset: kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tak pernah terbayang dalam benak Puspita Ayu (38) bahwa suatu hari ia akan menikah dengan seorang pria yang sudah memiliki anak dan menjadi ibu sambung. Namun ketika bertemu dengan pria yang kini menjadi suaminya itu, yang membuat Puspita yakin menerima pinangannya, justru karena sang anak.
ADVERTISEMENT
“Pertama kali ketemu sama anak-anak, saya merasa ada yang kurang di mereka dan itu bawaannya kayak pengin, yaudah sini deh gitu, gue yang sayangi,” kata Puspita dalam program Cerita Ibu kumparanMOM. Bahkan menurut Puspita, mungkin ia akan lebih ragu jika sang suami kala itu belum memiliki anak.
Puspita dan suami menikah pada tahun 2020 di depan jasad ayah Puspita. Ya, kala itu ayah Puspita meninggal dunia dan sang ibu memintanya untuk menikah sebelum jenazah sang ayah dikebumikan.
Jadilah saat itu, ia yang tadinya single, langsung berubah jadi ibu dengan dua anak laki-laki yang berusia 10 dan 8 tahun.

Tantangan di Awal Pernikahan

Menjadi ibu sambung. Aset: Dok. Pribadi
Menjadi ibu sambung dari dua orang anak bukanlah hal yang mudah, apalagi Puspita belum pernah punya pengalaman sebagai ibu. Ditambah lagi, kedua anak tersebut sudah cukup besar, sehingga kepribadian dan karakter mereka sudah terbentuk dari pola asuh sebelumnya. Oleh karena itu ketika ia hendak menanamkan nilai-nilai dalam pengasuhan yang ia yakini, ada banyak penyesuaian yang harus dilakukan.
ADVERTISEMENT
Kondisi itu membuatnya merasa membutuhkan dukungan lebih dari sang suami. Sementara di sisi lain, anak-anaknya merasa kehilangan perhatian dari ayah, karena mereka yang sebelumnya tidur bersama sang ayah, terpaksa harus berpindah kamar.
“Jadi awal-awal agak berat di situ. Karena meyakinkan mereka bahwa saya hadir dalam hidup mereka itu bukan buat mengambil ayahnya, tapi untuk melengkapi hidup mereka, untuk menambah yang selama ini nggak ada,” tutur ibu yang juga penyiar radio ini.
Seiring berjalannya waktu, akhirnya Puspita dan kedua anaknya bisa lebih saling memahami. Dia mulai mengerti bahwa anak-anaknya punya latar belakang sendiri yang ia harus hormati.
“Yang juga bikin saya akhirnya perlahan belajar mengerti adalah pemikiran saya, saya yang memutuskan untuk menjadi ibunya anak-anak, saya yang memutuskan untuk masuk ke dalam hidup mereka. Jadi saya yang perlu meyakinkan mereka bahwa kondisi ini tidak seburuk yang ada di pikiran mereka,” katanya.
ADVERTISEMENT
Kini Puspita dan kedua anaknya sudah semakin akrab. Tak jarang mereka menghabiskan waktu bersama, mulai dari berenang, jalan-jalan, bermain di rumah, atau sebatas kruntelan di kasur. Sesekali, sang anak ikut menemaninya bekerja.

Minimnya Pengakuan sebagai Ibu Sambung

Menjadi ibu sambung. Aset: Dok. Pribadi
Meski begitu, bukan berarti tak ada lagi tantangan sebagai ibu sambung. Salah satu contohnya saat ia mengantar anak mendaftar sekolah. Puspita merasa, ia yang paling repot mengurus segala hal untuk persiapan masuk sekolah, tapi justru namanya tak tertulis dalam formulir pendaftaran anak.
“Di formulir pendaftaran, itu nama orang tua, alamat segala macam, lalu di bawah ditulis, nama ibu kandung. Terus saya sempat (berpikir) kan itu yang ngantriin ngambil formulir saya, yang nyerahin ke sekolah saya, yang ngurusin ambil ijazah dan lain sebagainya, ngurusin seragam saya, tapi nama saya nggak ada,” keluhnya.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, saat sang anak mengurus persyaratan untuk membuka rekening bank, salah satu yang wajib disebutkan adalah nama gadis ibu kandung. Sehingga, ia sebagai ibu sambung memang seringkali tak tertulis dalam keperluan administrasi anak.
“Ya itu sih sedihnya, terus kalau ibu sambung kayak aku, penghargaannya apa, ya. Cuma bener kata suami, nanti yang kasih penghargaan langsung Allah, bukan manusia. Jadi yaudah itu aja sih ingetnya,” Puspita Ayu. (format biq quote)
Kebesaran hati ini, kata dia, dapat terwujud berkat dukungan yang kuat dari keluarga dan orang-orang terdekat. Menurutnya, suami dan anak-anaklah yang sebetulnya lebih berjiwa besar. Sebagai penengah, posisi suami terkadang tidak mudah untuk menyatukan ia dan kedua anaknya. Sementara sang anak, mau tak mau harus menerima kehadiran orang baru yang kemudian mengisi posisi sebagai ibu, sosok yang perlu mereka hormati.
ADVERTISEMENT
“Mereka (anak) tidak mengambil keputusan apa-apa, tapi mereka harus menerima, oh ada perempuan baru, ada orang baru, ini yang akan jadi ibunya mereka, yang harus mereka hormati, harus mereka patuhi, harus mereka sayangi,” katanya.
Oleh karena itu, Puspita berusaha sebaik mungkin menjadi ibu bagi kedua anak laki-lakinya. Ia mencari tahu apa harapan anak-anak terhadap sosok ibu dan berusaha mewujudkannya.
Menjadi ibu sambung. Aset: Dok. Pribadi
Meski selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi anak, sebagai ibu, tetap saja ia kerap merasa belum maksimal dalam memberikan apa pun yang anak butuhkan. Bahkan dalam salah satu momen ia pernah meminta maaf pada anak karena mengaku belum optimal menjadi ibu. Padahal di sisi lain, sang anak merasa Puspita adalah ibu yang baik bagi mereka.
ADVERTISEMENT
Kepada kedua anaknya, Puspita mengucapkan terima kasih karena sudah mau menerimanya sebagai ibu. Dia berjanji akan terus belajar untuk menjadi ibu yang baik. Apa pun yang ia ajarkan, selalu bermuara demi kebaikan sang anak.
Ia juga berpesan pada ibu-ibu di luar sana yang juga sedang menjalani peran sebagai ibu sambung. Peran ini mungkin tidak mudah, namun bukan berarti tak bisa dilalui.
“Jadi kalau yang mungkin ada di posisi aku lagi melewati masa-masa yang sulit, tenang aja, nanti juga akan lewat masa-masa itu menjadi yang lebih mudah,” tutupnya.