Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Cerita Ibu: Sempat Stres karena 1,5 Bulan Usai Melahirkan, Suami Meninggal Dunia
17 Januari 2025 20:17 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Aisyah Latief begitu terpukul saat dikabari bahwa suaminya meninggal dunia di kediaman mertuanya di Pemalang, Jawa Tengah. Ibu 1 anak ini mengaku selama sebulan terakhir kesulitan berkomunikasi dengan suami, namun yang ia terima justru kabar duka.
ADVERTISEMENT
“Sebulan itu lost contact dengan suami. Saya tanya kabar suami, dari pihak sana (keluarga suami) nggak ada yang ngerespons. Sekalinya dikabarin waktu suami meninggal, saya shock,” tuturnya dalam program Cerita Ibu kumparanMOM beberapa waktu lalu.
Aisy bercerita, awal mula suami diketahui sakit TBC saat ia hamil trimester 3, tahun 2021. Kala itu suami batuk terus-menerus hingga akhirnya dirawat di rumah sakit selama seminggu. Dalam kondisi hamil besar, Aisy menemani sang suami di rumah sakit.
Sepulang dari rumah sakit, keluarga suami memboyongnya pulang untuk berobat herbal. Aisy mengizinkan seraya mengingatkan agar obatnya selalu diminum, mengingat penderita TBC harus minum obat selama 6 bulan penuh. Namun baru 3 hari di kampung, ia merasakan tanda-tanda menjelang persalinan.
ADVERTISEMENT
“Nggak tahunya bener kak, nggak lama setelah itu aku lahiran ditemenin suami. Tapi nggak lama, 40 hari setelah itu dia dibawa lagi sama keluarganya pulang kampung,” katanya.
Suami Meninggal dan Jadi Ibu Tunggal
Singkat cerita, ia dikabari bahwa suaminya meninggal dunia. Aisy yang syok, tak bisa pulang kampung saat itu juga. Besoknya ia pulang kampung ditemani om –yang ia panggil ayah-- dengan menyewa mobil. Sebab sebetulnya dokter belum mengizinkan bayinya yang baru berusia 2 bulan itu dibawa bepergian jauh, sehingga
“Sampai sana nggak ada yang meluk aku, nggak ada yang semangatin aku. Sebelumnya mereka malah bilang lewat SMS, aku penyebab suamiku meninggal,” tuturnya.
Di makam suami, ia menangis sejadi-jadinya. Aisy mengungkapkan keluh kesahnya di depan makam pria yang baru dinikahinya selama sekitar 1 tahun itu
ADVERTISEMENT
“Ya Allah, aku kan ke sini kan pengin kumpul sama suamiku, masak aku ke makam doang,” Aisy mengenang ucapannya kala itu sambil terisak.
Banting Tulang Demi Menafkahi Anak
Diakui Aisy, menjadi ibu tunggal bukanlah hal yang mudah. Apalagi saat itu usia anak masih bayi, sehingga sulit ditinggal kerja. Aisy yang merupakan anak tunggal dan yatim piatu, terkadang menitipkan bayinya ke tante dan omnya yang ia panggil Mama dan Bapak. Namun karena mereka sudah tua, ia akhirnya memilih pekerjaan yang bisa dilakukan sambil membawa anak.
“Aku nyapu, ngepel musala dan TPA, ngojek, antar jemput anak sekolah, antar barang, semua aku lakuin demi anak,” kata ibu berusia 27 tahun ini.
Ia mengaku selama diajak bekerja, bayinya yang bernama Adzki itu tak pernah rewel atau pun sakit. Ia juga beberapa kali mendapat bantuan sembako dari sejumlah pihak.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, tak dipungkiri bahwa kondisi ini tidaklah mudah. Aisy jadi kesulitan mengontrol emosi, sering nangis dan marah. Bahkan putri semata wayang yang amat ia cintai itu hampir saja menjadi korban.
“Pernah aku pingin banting dede. Terus Mama datang, Mama bilang, ‘Mba inget ini dede anak Mba, jangan dibanting’. Tapi hati aku kayak belum menerima (suami meninggal),” katanya sambil bercucuran air mata.
Aisy lantas menceritakan kondisi itu pada bidan tempat anaknya imunisasi dan kemudian disarankan konsultasi kesehatan jiwa di Puskesmas. Tak ragu, ia langsung konsul dan kemudian dirujuk ke RSUD Kota Tangerang.
“Sampai sekarang aku masih rutin konsul dan minum obat kalau kambuh,” katanya.
Perlahan Bangkit dan Jadi Konten Kreator
ADVERTISEMENT
Tak mau terus-menerus terpuruk, Aisy bergabung ke sejumlah komunitas untuk para ibu, salah satunya teman kumparanMOM. Ia juga mulai menjadi konten kreator dan kerap dapat pekerjaan review produk ibu dan anak atau tempat wisata keluarga.
Dari situ, ia merasa mendapat banyak pengalaman baru. Bahkan hal-hal yang ia cita-citakan bersama suami, terwujud dengan menjadi konten kreator ini.
“Dulu aku sama suami kan suka jalan-jalan naik motor. Waktu sampai di depan Ancol, aku bilang ke suami ‘Mas, kapan-kapan kita masuk ya ke dalam Ancol’. ‘Iya, kumpulin uang dulu, ya’ gitu kata suami aku. Nggak tahunya kemarin dapat pekerjaan promosiin acara di Ancol. Aku nangis bawa dede,” tutur perempuan asal Kota Tangerang ini.
ADVERTISEMENT
Impian lain yang ia catat bersama suami dan belum terwujud adalah masuk ke Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Selain itu, impian lain yang lebih penting adalah menengok makam suami.
“Aku mau ke makam suami aku, mau bilang ‘Ini anak kita udah gede lho, Mas’. Tapi belum ada biaya,” tutupnya.