Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Bagaimana Winda Viska harus menjalani kehamilan dan persalinan tampaknya memang tak mudah. Setelah pernah mengalami preeklamsia saat hamil anak kedua pada 2017 lalu, ia kembali mengalami gangguan kehamilan tersebut di kehamilan ketiganya.
ADVERTISEMENT
Preeklamsia sendiri merupakan gangguan kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi dan adanya protein di dalam urine. Kondisi seperti ini biasanya terjadi di atas usia kehamilan 20 minggu atau di trimester ketiga kehamilan.
Eksklusif kepada kumparanMOM, Kamis (5/3), alumni Indonesian Idol ini bercerita, ia harus kembali berjuang menjalani kehamilan dan melahirkan prematur lagi karena preeklamsia di kehamilan ketiganya. Bila sesuai prediksi, Winda harusnya melahirkan di tanggal 7 Februari. Tapi demi keselamatan ibu dan bayi, dokter memutuskan untuk menjalani operasi caesar di tanggal 21 Januari lalu.
“Harusnya due date-nya di tanggal 7 Februari. Jadi di 21 (Januari) itu saya kontraksi, kontraksinya kenceng banget rasanya, karena saya kan pernah melahirkan normal juga, ya, kayak di bukaan 5 gitu. Rasanya sekencang itu, tapi non-stop,” jelas pelantun lagu 'Sempurnalah Hidupku' yang melahirkan anak ketiganya di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau.
ADVERTISEMENT
“Saya cek jam 5, operasinya itu jam 12 malem lewat gitu. Jadi pas sudah dibuka, ternyata sudah mengalami yang namanya solusio plasenta, jadi plasentanya sudah copot (dari rahim)," tambahnya.
Kondisi preeklamsia sendiri memang bisa menyebabkan beberapa komplikasi kehamilan. Tak hanya persalinan prematur saja, Dokter Spesialis Kandungan dan Kebidanan, dr. Ardiansjah Dara Sjahruddin, SpOG, M.Kes, menjelaskan preeklamsia juga bisa meningkatkan risiko solusio plasenta atau tercopotnya plasenta dari rahim, seperti yang dialami Winda.
"Nah, ada kondisi, karena preeklamsia ini tekanan darah tinggi, bisa saja plasenta terlepas namanya solusio plasenta. Kalo ini terjadi dan terlambat (ditangani) maka ibu dan anak bisa meninggal," jelas dr. Ardiansjah kepada kumparanMOM beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
Winda pun kini masih dalam proses pemulihan. Menurutnya, setelah melahirkan anak ketiga yang berjenis kelamin laki-laki itu, tekanan darahnya masih tinggi. Ia juga terkena anemia yang merupakan komplikasi dari preeklamsia dan membuatnya sempat menerima tranfusi darah sebanyak dua kali.
“Saya sendiri sekarang jadi anemia berat, kemarin terakhir periksa, tekanan darah masih di 190. Terus karena anemia berat kemarin, jadi harus transfusi kan, karena udah pucet banget,” jelas pemeran Saschya di Sitkom 'Office Boy'.
Meski belum pulih sepenuhnya, Winda memastikan bayinya dalam kondisi sehat. Ia bahkan sangat semangat untuk terus menyusui.
“Alhamdulillah baby sehat, saya masih kekeh harus ASI, masih berusahalah. Memang harus istirahat, jadi penanganannya ya, minta bantu orang juga di rumah," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Winda sebenarnya sudah melakukan antisipasi agar tidak terkena preeklamsia lagi di kehamilan ketiganya ini.
“Saya jaga makanan dan minuman di kehamilan ketiga ini, tapi naik lagi (tekanan darahnya) di tujuh bulan. Sebenarnya dari kehamilan kedua juga sama (sudah dijaga), kalsiumnya juga vitamin juga, tapi ya tetap kena, jadi ya sudah,” katanya.
Perlu diketahui, ibu hamil yang pernah mengalami preeklamsia di kehamilan sebelumnya memang berisiko lebih tinggi terkena preeklamsia lagi di kehamilan berikutnya. Hal itu dijelaskan dalam Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) Persatuan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) "Diagnosis dan Tata Laksana Preeklamsia".
Sebelumnya, di kehamilan anak yang keduanya, Mahesa Mulya Tan, Winda juga melahirkan prematur di usia kandungan 8 bulan. Ia sempat mendapat pengobatan selama beberapa minggu, namun kondisinya tak kunjung membaik.
ADVERTISEMENT
Bahkan, kondisi itu semakin diperparah dengan urine Winda yang secara tiba-tiba menjadi warna merah. Hal itu karena preeklamsia tersebut sudah mengenai ginjalnya. Sehingga dokter memutuskan operasi caesar untuk keselamatan ibu dan bayinya.
"Dikasih obat anti-hipertensi dan anti-kejang, tapi enggak membaik. Dicek lab juga sudah positif ada protein di dalam urine, dan tensinya sudah sampai 150 kalau enggak salah," katanya.
Nah Moms, itulah kenapa, pemeriksaan rutin selama kehamilan penting dilakukan. Sehingga bila ada gangguan kehamilan, dokter bisa segera melakukan penanganan dengan tepat. Winda berpesan,
"Kalau aku bilang, ini kan penyakitnya memang enggak diketahui kenapa. Jadi memang plasentanya kan yang bermasalah dari awal. Kalau buat aku yang penting, ini harus diterima dengan lapang dada itu satu. Kedua, yang paling penting, jagain tensi saja. Kalau tensinya sudah tinggi, boleh dicek ke dokternya, boleh enggak ini ditahan lebih lama," ujar Winda.
ADVERTISEMENT
Jangan lupa juga untuk selalu mencari informasi dari sumber terpercaya, agar Anda bisa menentukan langkah selanjutnya dengan lebih mantap.
"Yang pasti dokter lebih tahu dari kita, cuma kita boleh cari tahu, jangan diam saja. Boleh kok, tanya, ini bahaya enggak dok, bahanya apa. Alhamdulillah saya enggak sampai stroke ya, kemarin saja waktu di Singapura, dibilangin, hati-hati jantungnya, ya," ungkap Winda.
"Jangan khawatir, Insya Allah kalaupun harus caesar di usia kandungan 7 bulan atau 8 bulan, insyaallah anaknya sehat. Itu lebih aman untuk kita dan bayinya," tutupnya.
Ya, seperti kata Winda, bila menurut dokter, operasi caesar adalah jalan keluar terbaik, maka Anda tak perlu cemas. Sebab, hal itu adalah keputusan terbaik untuk menyelamatkan ibu dan bayi di dalam kandungan.
ADVERTISEMENT